Stockbit's Take
Kami menilai kinerja Bank Rakyat Indonesia ($BBRI) pada 3Q24 sejalan dengan ekspektasi, dengan laba bersih naik menjadi Rp15,4 T (+11,2% QoQ, +5,4% YoY) didorong oleh kuatnya pertumbuhan Pre–Provision Operating Profit (PPOP). Hasil ini membuat laba bersih selama 9M24 naik menjadi Rp45,1 T (+2,4% YoY), sedikit di bawah ekspektasi karena setara 74,2% dari estimasi FY24F konsensus.
Performa tersebut didorong oleh: 1) pertumbuhan PPOP yang kuat; 2) kenaikan credit cost (CoC) didorong oleh anak usaha, PT Permodalan Nasional Madani (PNM); dan 3) pertumbuhan kredit yang melandai.
Concern utama kami berasal dari CoC yang masih berada di level tinggi. Di sisi lain, manajemen BBRI mengisyaratkan dapat meningkatkan dividend payout ratio, dengan yield dapat mencapai ~7,3%.
Pertumbuhan PPOP yang Kuat Didorong NIM dan Non–Interest Income
Pertumbuhan PPOP yang kuat didukung oleh pertumbuhan Net Interest Margin (NIM) dan Non–Interest Income. NIM pada 3Q24 mencapai 7,8%, sehingga selama 9M24 naik menjadi 7,7% dan sejalan dengan guidance FY24F manajemen.
Manajemen BBRI mengekspektasikan bahwa likuiditas di pasar akan meningkat seiring penurunan SRBI dan kebijakan moneter ekspansif, yang dapat berpengaruh positif pada cost of fund BBRI.
Dari sisi lain, pertumbuhan PPOP juga didorong pertumbuhan yang kuat pada Non–Interest Income. Pertumbuhan Non–Interest Income didorong oleh pemulihan aset yang telah dihapuskan (recovery of written off assets) sebesar Rp7,7 T (+36% QoQ dan 84% YoY) pada 3Q24 dan Rp17,8 T (+63% YoY) selama 9M24.
CoC Naik Didorong PNM, Manajemen Tetap Mempertahankan Guidance
CoC pada 3Q24 memburuk ke level 3,23%, sehingga CoC selama 9M24 tercatat 3,39% dan lebih buruk dibandingkan guidance FY24F manajemen yang mengincar level maksimum 3%. Memburuknya CoC didorong oleh peningkatan CoC dari anak usaha BBRI, yakni PNM, seiring kualitas aset PNM yang masih lemah. CoC pada PNM sendiri selama 9M24 naik menjadi 7,6% (vs. 9M23: 3,3%).
Manajemen BBRI menjelaskan bahwa ini adalah strategi manajemen untuk front–load provisi bagi segmen bisnis mikro sebagai bantalan dari potensi deteriorasi kualitas aset.Manajemen BBRI masih percaya dapat mencapai guidance CoC untuk FY24F, tetapi masih melihat adanya kemungkinan meleset dari guidance, khususnya jika pertumbuhan kredit dan restrukturisasi meleset dari target.
Meski begitu, kami melihat concern dari pasar datang dari kemampuan BBRI untuk mampu mencapai guidance CoC dari manajemen. Dari segi kualitas aset, NPL gross membaik ke level 2,9% pada 9M24, sejalan dengan guidance FY24F manajemen yang mengincar level maksimum 3%. Loan at Risk (LAR) juga membaik ke level 11,66%.
Pertumbuhan Kredit Melandai
Pertumbuhan kredit melandai ke level +8,2% YoY pada 3Q24 (vs. 2Q24: +11,2% YoY), di bawah guidance FY24F manajemen. Melandainya pertumbuhan kredit adalah imbas high–base effect pada 3Q23. Manajemen BBRI pun mengekspektasikan pertumbuhan kredit akan terakselerasi pada 4Q24 hingga dapat mencapai di kisaran rentang bawah guidance.Kredit tumbuh di semua segmen, utamanya didorong oleh kredit dari segmen korporasi yang naik +16,9% YoY.
Di sisi lain, strategi manajemen BBRI untuk lebih berhati–hati dalam menyalurkan kredit bagi segmen mikro (+6,4% YoY) dan UMKM (+1,1% YoY) terefleksi dari pertumbuhan kredit di kedua segmen tersebut yang hanya mencapai single–digit. Manajemen BBRI menekankan bahwa pihaknya berfokus pada collection dan kualitas aset pada segmen mikro.
Potensi Kenaikan Dividend Payout Ratio, Potensi Yield 7,3%
Sementara itu, manajemen BBRI mengisyaratkan bahwa perseroan berada di posisi yang cukup kuat untuk meningkatkan dividend payout ratio hingga 85% atau lebih (vs. 2023: 80%), jika disetujui oleh pemegang saham. Jika BBRI dapat mencapai laba bersih FY24F sebesar Rp60,7 T sesuai ekspektasi konsensus, maka dividend payout sebesar 85% setara dengan dividend yield sebesar ~7,3%, berdasarkan harga saham BBRI secara intraday pada hari ini, Rabu (30/10), di level Rp4.690/lembar.
Writer: Investment Analyst Stockbit
Disclaimer: Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research!