Rapor Produk Reksa Dana Sepanjang 2023, Cek di Sini!

Kondisi makroekonomi di 2023 ini memang fluktuatif, baik secara global maupun domestik. Jika dirangkum, pada Januari-Februari China akhirnya melakukan re-opening dan suku bunga BI naik menjadi 5,75%. Lalu pada Maret ke Juli, pasar mengantisipasi suku bunga telah di puncak dengan inflasi Indonesia yang semakin rendah. 

Kemudian di Agustus hingga Oktober, The Fed AS memberikan sinyal suku bunga higher for longer (tinggi untuk waktu yang lebih lama). Hal ini diikuti dengan langkah BI yang di luar ekspektasi menaikkan suku bunga ke level 6%. Di November, inflasi AS sudah melandai dan adanya indikasi dovish (menghentikan dan/atau memangkas suku bunga).

Meskipun kondisi global yang cukup volatil, namun kinerja Obligasi Pemerintah Indonesia jauh lebih baik dibanding negara lain (Indonesia +6.9% YTD vs Global -1% YTD per 5 Desember 2023). 

Lalu bagaimana dengan kinerja keseluruhan produk reksa dana di Bibit? Cari tahu kinerja Produk Reksa Dana di Bibit sepanjang 2023 berdasarkan indikator return selama Januari 2023 hingga 15 Desember 2023 (year to date /YTD)! 

Reksa Dana Pasar Uang

Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) bergerak stabil meningkat meskipun kondisi market sedang volatil. Ini karena Reksa Dana Pasar Uang menempatkan asetnya di instrumen keuangan seperti deposito dan obligasi dengan jatuh tempo di bawah 1 tahun. 

Reksa Dana Obligasi

Pergerakan Reksa Dana Obligasi cukup sensitif dengan arah kebijakan suku bunga. Kinerja Reksa Dana Obligasi cenderung reli ketika suku bunga diekspektasikan berada di puncak, namun sempat terkoreksi ketika terdapat sinyal suku bunga higher for longer.

Namun seperti yang disampaikan sebelumnya, kinerja Obligasi Pemerintah Indonesia jauh lebih baik dibandingkan kondisi global. Hal ini juga tercermin pada kinerja Reksa Dana Obligasi yang meskipun fluktuatif, namun konsisten mencatatkan kenaikan dalam jangka panjang.

Reksa Dana Saham 

Pergerakan Reksa Dana Saham (RDS) sangat fluktuatif sebab asetnya ditempatkan minimal 80% di saham, sehingga pergerakannya sangat terpengaruh oleh naik-turun harga saham yang diperdagangkan setiap hari bursa. Inilah sebabnya return Reksa Dana Saham juga sangat bervariasi, tergantung strategi dan saham apa saja yang ada di portofolio produknya. 

Perhatikan Faktor Lain: Data Historis Jangka Panjang hingga Drawdown

Indikator return memang kerap menjadi tolok ukur untuk memilih reksa dana. Namun selain melihat return dalam setahun, kamu juga perlu mempertimbangkan data historis return dalam jangka panjang, misalnya dalam 3 tahun atau 5 tahun. Reksa Dana Obligasi dan Reksa Dana Saham cenderung lebih cocok untuk jangka waktu investasi panjang.

Sebagai contoh, ternyata return Reksa Dana Obligasi dalam jangka panjang (5 tahun) lebih tinggi dibandingkan dengan Reksa Dana Saham. 

  • Reksa Dana Obligasi memiliki total return hingga +48,8% dalam 5 tahun terakhir.

  • Sedangkan Reksa Dana Saham memiliki return hingga +27,6% di 5 tahun terakhir.

Data ini bisa menjadi salah satu pertimbangan untukmu dalam memilih reksa dana. 

Selain itu, faktor lain yang juga bisa dipertimbangkan adalah max drawdown. 

  • Max drawdown adalah indikator yang menggambarkan penurunan maksimum harga reksa dana dari titik tertinggi ke titik terendah selama periode tertentu. 

  • Indikator ini bisa menjadi gambaran apakah risiko penurunan pada produk reksa dana sesuai dengan tingkat toleransi dari profil risikomu. 

No Market Timing, Lanjut Nabung Rutin!

Jadi, produk reksa dana mana yang jadi pilihanmu di 2024 nanti? Jangan lupa untuk sesuaikan pilihan reksa dana dengan tujuan keuangan hingga profil risiko. 

Supaya konsisten, terapkan nabung rutin supaya dalam jangka panjang potensi return jadi optimal. Kebiasaan investasi rutin juga membantu kamu untuk disiplin investasi  dan terhindar dari keputusan emosional.

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana tertentu.