Ray Dalio dikenal sebagai investor ternama sekaligus pendiri Bridgewater Associates. Beliau memperkenalkan konsep All-Weather Portfolio. Strategi alokasi investasi ini menekankan pada diversifikasi aset agar portofolio bisa bertahan di kondisi market apapun.
Sebelumnya, Bibit pernah membahas tentang All-Weather Portfolio dan menerapkan strategi ini untuk hadapi ketidakpastian pasar. Lalu bagaimana simulasinya jika strategi ini diterapkan ke aset investasi di Indonesia?
Ray Dalio Mendiversifikasi Aset dalam 4 Kategori Utama
Simulasi All-Weather Portfolio dengan Aset Investasi di Indonesia
Strategi ini tetap relevan bila disesuaikan dengan aset investasi di Indonesia. Berikut hasil simulasi implementasi yang dibuat oleh Tim Bibit.
Simulasi Alokasi Investasi Berdasarkan All-Weather Portfolio
Alokasi ini disusun oleh tim Analyst Bibit berdasarkan alokasi portofolio ala Ray Dalio dan digunakan untuk keperluan simulasi.
Dari perspektif risiko, strategi alokasi ini menunjukkan profil yang lebih defensif. Ini tercermin dari drawdown yang lebih terbatas ketika market mengalami koreksi, termasuk saat pandemi Covid-19. Ketahanan tersebut sebagian besar berasal dari diversifikasi aset yang optimal.
Hasilnya, strategi All-Weather Portfolio ala Ray Dalio mampu mencatat kinerja lebih unggul dibanding IHSG. Dalam 5 tahun terakhir, portofolio tersebut menghasilkan total return +57,4%, jauh melampaui performa IHSG yang hanya mencapai +33,2%.
All-Weather Portfolio Memiliki Kinerja Lebih Unggul dibandingkan IHSG
Simulasi performa portofolio ini menggunakan alokasi portofolio ala Ray Dalio, dan dibandingkan dengan IHSG dalam periode Januari 2019-Januari 2024.
Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
Disclaimer: Periode simulasi Januari 2019 - Januari 2024 menggunakan strategi investasi lump sum.
Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
Simulasi ini menunjukkan bahwa pendekatan All-Weather Portfolio juga efektif diterapkan pada aset investasi di Indonesia.
3 Things You Can Learn from the All-Weather Portfolio
1. Kinerja tiap aset berbeda-beda tergantung kondisi ekonomi
Saham tumbuh saat ekonomi kuat dan inflasi rendah. Di sisi lain, obligasi negara jangka panjang cenderung berkinerja baik saat ekonomi dan inflasi lemah. Komoditas naik ketika inflasi dan ekonomi naik, sementara SBN floating with floor berkinerja baik saat ekonomi turun namun inflasi naik.
2. Fokus pada persiapan, bukan prediksi
Daripada menebak kapan pasar akan mengalami koreksi ataupun rebound, investor bisa mempersiapkan portofolio sejak awal dengan diversifikasi ke berbagai aset.
3. Atur alokasi portofolio untuk raih return optimal dengan risiko terkendali
Strategi All-Weather Portfolio bukan dirancang untuk memaksimalkan return dalam kondisi market yang bullish. Alokasi ini dirancang sehingga portofolio bisa bertahan dalam kondisi ekonomi apapun.
Aset Investasi di Bibit untuk Diversifikasi ala All-Weather Portfolio
Data Saham per 19 Mei 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja masa depan
Total Returns mencakup price returns dan dividen yang tidak direinvestasikan.
Data Obligasi FR per 20 Mei 2025 pada jam market 10.30 - 14.00 WIB
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.