Don’t Let Confidence Blind You
Mendapatkan keuntungan saat investasi dengan market timing biasanya bisa menimbulkan overconfidence bias atau rasa percaya diri yang berlebihan.
Bias ini bisa berisiko bagi investor karena:
Meremehkan risiko investasi
Kurang diversifikasi
Sering ubah strategi (ikut tren, FOMO, panic buy/sell)
Overestimate kemampuan diri sendiri
Contoh: Seorang investor baru saja mendapatkan return di suatu aset berisiko dengan melakukan market timing. Merasa percaya diri, ia menjual seluruh aset rendah risikonya dan all in ke satu aset berisiko tinggi meskipun strategi tersebut tidak sesuai profil risikonya.
Namun ternyata, pasar terkoreksi dan strategi market timing pun gagal. Nilai investasinya turun signifikan dan menyebabkan kerugian besar.
Fact: Beating the Market Isn’t Easy— Even for the Professional Investors
Data menunjukkan 80–90% fund manager aktif di Amerika Serikat gagal mengalahkan indeks acuannya dalam 10 tahun terakhir.
Sumber: Apollo Academy
Investor legendaris seperti Howard Marks hanya melakukan market timing sebanyak 5 kali selama lebih dari 50 tahun karir investasinya.
Alasannya sederhana: pasar sangat sulit diprediksi secara konsisten, bahkan oleh profesional dengan pengalaman puluhan tahun.
Howard Marks menyarankan untuk menerapkan strategi dollar cost averaging dan diversifikasi untuk meminimalisasi overconfidence bias saat berinvestasi.
“One-time luck doesn’t guarantee sustainable returns.”
Terapkan Strategi DCA untuk Raih Return Optimal Jangka Panjang & Diversifikasi ke Aset Rendah Risiko
Pilihan Top Reksa Dana untuk Long-Term Growth
*Return reksa dana per 12 Agustus 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
Top Reksa Dana untuk Diversifikasi ke Aset Low Risk
*Return reksa dana per 12 Agustus 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu. Always do your own research.