Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Makin Kuat, Prospek Obligasi Kian Cerah?

Bank Sentral AS dan RI Kompak Tahan Suku Bunga

Bank Sentral AS The Fed pada Rabu (13/12/23) menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 5,25–5,5%, sesuai ekspektasi konsensus. Para pejabat The Fed juga memperkirakan tingkat suku bunga di akhir 2024 akan berada di level 4,6%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya (vs September 2023 di level 5,1%).

Market memproyeksi The Fed akan mulai memangkas suku bunga sebesar 25 bps dalam pertemuan di Maret 2024, dengan analisis CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitasnya mencapai 72,6%.

Di dalam negeri, hal yang sama juga dilakukan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di level 6% per Desember 2023, masih sesuai dengan ekspektasi pasar. Kebijakan ini menegaskan komitmen BI setelah stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi. 

Keputusan untuk mempertahankan suku bunga stabil ini dilihat sebagai tanda stabilitas ekonomi dan bisa berdampak positif di berbagai sektor, khususnya yang sensitif terhadap perubahan suku bunga.

Inflasi Indonesia Melandai ke 2,61%, di Bawah Ekspektasi Konsensus

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia pada Desember 2023 melandai ke level 2,61% YoY (vs. November 2023: 2,86% YoY, Desember 2022: 5,51% YoY).

  • Angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi 2,72% YoY. Namun realisasi ini masih sesuai dengan target Bank Indonesia (di level 2–4%).

  • Turunnya tingkat inflasi tahunan pada Desember 2023 berbeda dengan tren beberapa tahun terakhir, di mana sejak 2019 inflasi cenderung meningkat pada akhir tahun. 

  • Melandainya inflasi pada Desember 2023 khususnya disebabkan oleh efek high base akibat kenaikan harga BBM pada akhir 2022.

  • Secara bulanan, inflasi IHK pada Desember 2023 mencapai 0,41% MoM (vs. November 2023: 0,38% MoM). Realisasi tersebut juga masih lebih rendah dari ekspektasi konsensus di level 0,5% MoM, namun menandai inflasi bulanan tertinggi dalam 12 bulan terakhir.

  • Adapun inflasi inti pada Desember 2023 melandai ke level 1,8% YoY (vs. November 2023: 1,87% YoY), lebih rendah dari ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi inti di level 1,85% YoY.

Antisipasi Pemangkasan Suku Bunga Lebih Cepat, Obligasi Jadi Atraktif?

Tingkat inflasi yang berada di bawah ekspektasi memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk mulai memangkas suku bunga acuan lebih cepat daripada perkiraan. Terutama dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang telah menguat ke level Rp15.473 per 2 Januari 2024 serta indikasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. 

Saat ini, konsensus memperkirakan Bank Indonesia akan mulai memangkas suku bunga pada kuartal III-2024. 

Proyeksi ini meningkatkan daya tarik obligasi pemerintah Indonesia. Ini mengingat harga obligasi berbanding terbalik dengan arah suku bunga dan yield. Jadi, performa obligasi negara berpotensi meningkat. 

Beberapa aset obligasi yang bisa dipertimbangkan adalah Obligasi FR dan Reksa Dana berbasis Obligasi Negara.

Obligasi FR

Obligasi FR bisa menjadi pilihan bagi:

  • Investor yang mencari keuntungan/capital gain bisa mempertimbangkan seri Obligasi FR tenor panjang, karena pergerakan harganya lebih sensitif terhadap suku bunga. Ketika ekspektasi suku bunga turun, Obligasi FR tenor panjang berpotensi memberikan keuntungan dari capital gain.

  • Investor yang lebih cenderung mencari keamanan/stabilitas, bisa kunci yield Obligasi FR jika merasa yield dan juga tenor (jatuh tempo) sesuai dengan yang diinginkan. Ini karena yield tidak akan berubah jika FR di-hold hingga jatuh tempo.

Reksa Dana Obligasi Negara

Reksa Dana Obligasi Negara bisa menjadi pilihan untuk investasi jangka panjang dengan strategi nabung rutin (Dollar Cost Averaging). 

  • Meskipun pergerakan Reksa Dana Obligasi fluktuatif jangka pendek, namun dalam jangka panjang secara historis menunjukkan performa yang positif. 

  • Hal ini karena obligasi sebagai underlying Reksa Dana Obligasi mendapat kupon dan melakukan reinvestasi.

Saham

Selain obligasi pemerintah, pemangkasan suku bunga juga menjadi  sentimen positif bagi pasar saham, terutama sektor yang cenderung sensitif terhadap suku bunga seperti keuangan, teknologi, dan properti.

  • Maka Anda juga bisa menerapkan nabung rutin dengan diversifikasi portofolio ke saham untuk jangka panjang agar berpotensi mendapatkan return maksimal. 

  • Saham dengan kapitalisasi besar (big cap) bisa dipertimbangkan untuk menjadi pilihan diversifikasi, misalnya saham perbankan (BBRI, BBNI, BBCA).

Anda bisa mulai investasi di berbagai jenis aset tersebut melalui Bibit dengan melakukan upgrade akun menjadi Bibit Plus! Bibit Plus menyediakan lebih beragam pilihan aset investasi seperti Reksa Dana, Obligasi (FR dan SBN Ritel), hingga Saham hanya dalam satu aplikasi.

Sebagai nasabah Bibit Premium, Anda juga dapat berkonsultasi langsung dengan Wealth Specialist tentang perencanaan keuangan dan strategi ataupun produk investasi. Mulai dari rencana mengumpulkan dana pendidikan anak, dana pensiun, hingga pertanyaan seputar aset investasi dan informasi eksklusif hanya untuk Anda!

Writer: Investment Research Team

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana dan/atau produk tertentu.

Market Updates

Selama Desember 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik +2,71% MoM, dengan aliran dana dari investor asing tercatat inflow sebesar Rp7,79 triliun.

Di sisi lain, Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) tercatat naik +1,24% MoM diikuti inflow dana asing sebesar Rp7,73 triliun.

Foreign Flow – November 2023

  • Aset fixed income atau obligasi: terjadi inflow dari aliran dana asing pada Desember 2023 sebesar Rp7,73 triliun, menurun dibandingkan inflow pada November 2023 sebesar Rp22,23 triliun.

  • Aset saham: tercatat inflow sebesar Rp7,79 triliun pada Desember 2023, jauh membaik dibandingkan November 2023 dengan outflow sebesar Rp0,17 triliun.

Pergerakan Obligasi dan Deposito – Desember 2023

  • Indonesia Government Bond Yield 10Y berada di 6,48%, turun 15 bps dibanding 6,63% pada November 2023.

  • Indonesia Government Bond Yield 5Y berada di 6,44%, turun 22 bps dibanding 6,67% pada November 2023.

  • Indonesia Government Bond Yield 1Y berada di 6,35%, turun 21 bps dibanding 6,56% pada November 2023.

  • Rata-rata bunga deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di 4,05%.

Pergerakan Saham – Desember 2023

IHSG ditutup di level 7.080, naik +2,71% MoM pada Desember 2023.

Sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah barang baku (+6,62% MoM), sedangkan yang mengalami penurunan terdalam adalah  transportasi  (-5,33% MoM).

Di level saat ini, IHSG berada pada P/E Ratio 12,7x.

3 Produk Reksa Dana di Bibit dengan Return Tertinggi dalam 1 Bulan Terakhir

(Desember  2023)

*Berdasarkan data return per 29 Desember 2023

Disclaimer: Kinerja reksa dana berdasarkan data masa lalu, tidak mencerminkan performa di masa depan. Bukan rekomendasi jual/beli aset investasi  tertentu. Hanya untuk tujuan edukasi.