Iklim Suku Bunga Tinggi Bertahan Lama, Investor Harus Apa?

BI-7DRR Ditahan 8 Bulan Beruntun, Pemangkasan Mulai Kuartal I/2024?

Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 5,75% pada September 2023. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi konsensus dan menandai suku bunga telah ditahan selama 8 bulan berturut-turut sejak Februari 2023.

Keputusan tersebut ditujukan untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran target 2%–4% pada sisa tahun 2023 dan 1,5%–3,5% pada 2024, serta mendorong stabilisasi nilai rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Konsensus ekonom memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di 5,75% hingga akhir 2023. BI diperkirakan mulai memangkas suku bunga 25 bps pada Kuartal I/2024 dan total 75 bps selama 2024, lebih kecil dari perkiraan sebelumnya sebesar 100 bps selama 2024.

Beberapa perkembangan indikator makroekonomi lainnya, antara lain:

  1. Inflasi di Indonesia pada September 2023 turun signifikan ke 2,28% YoY (vs. Agustus 2023: 3,27% YoY). Realisasi tersebut menjadi inflasi tahunan terendah sejak Februari 2022, menandai inflasi tetap berada dalam rentang target BI selama 5 bulan berturut-turut. 

    Turunnya inflasi tahunan secara signifikan dipengaruhi oleh high base effect karena kenaikan harga BBM pada September 2022 telah berakhir. Akibatnya, komoditas bensin tidak lagi memberikan andil untuk inflasi September 2023.

  2. Nilai tukar rupiah melemah -1,64% MoM ke level Rp15.487 per dolar AS per 29 September 2023, tetapi masih menguat +0,67% secara year-to-date.

    BI menyebutkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah di September disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Namun, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, salah satunya melalui penerbitan instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

    Dalam lelang perdana SRBI pada 15 September 2023, terdapat penawaran sebesar Rp29,9 triliun atau 4,2 kali lipat dari target lelang Rp7 triliun. Selanjutnya dalam lelang kedua pada 20 September 2023 dengan target Rp5 triliun, terdapat penawaran yang masuk 3,12 kali lipat atau sebesar Rp15,6 triliun.

  3. Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus bulanan ke-40 secara berturut-turut menjadi US$3,12 miliar pada Agustus 2023 (vs. Juli 2023: US$1,13 miliar). Naiknya surplus secara bulanan didorong ekspor yang tumbuh +5,47% MoM dan impor turun -3,53% MoM.

    Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus US$24,34 miliar selama 8M23 (vs. 8M22: US$34,89 miliar). Ekspor turun -11,85% YoY, sementara impor turun -7,83% YoY.

Ekonomi AS Tumbuh Kuat, Suku Bunga Tinggi Bertahan Lama?

Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menahan suku bunga acuan di rentang 5,25–5,50% pada pertemuan September 2023. The Fed memproyeksikan suku bunga pada akhir 2023 berada di rentang 5,50–5,75%, yang mengindikasikan kenaikan suku bunga satu kali lagi pada sisa tahun ini.

Untuk 2024, The Fed memperkirakan pemangkasan suku bunga 50 bps ke level median 5,1%, lebih kecil dari perkiraan sebelumnya sebesar 100 bps. Sedangkan untuk 2025, The Fed memperkirakan suku bunga acuan berada di level 3,9% (vs. proyeksi sebelumnya: 3,4%).

Gubernur The Fed, Jerome Powell, mengatakan proyeksi pemangkasan suku bunga yang lebih kecil tahun depan lebih disebabkan oleh optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi AS, bukan dari faktor inflasi yang sulit turun. Berikut proyeksi terbaru The Fed terhadap beberapa indikator makroekonomi AS:

  • Pertumbuhan ekonomi: 2,1% (2023), 1,5% (2024), dan 1,8% (2025).

  • Inflasi: 3,3% (2023), 2,5% (2024), dan 2,2% (2025).

  • Tingkat pengangguran: 3,8% (2023), 4,1% (2024), dan 4,1% (2025).

Beberapa perkembangan indikator makroekonomi AS:

  • Inflasi 3,7% YoY pada Agustus 2023 (vs. Juli 2023: 3,2% YoY), menandai kenaikan inflasi dalam 2 bulan terakhir setelah tren melandai selama 12 bulan beruntun. Inflasi inti melandai ke 4,3% YoY (vs. Juli 2023: 4,7% YoY), terendah sejak September 2021.

    Harga BBM menjadi pendorong utama kenaikan inflasi di AS, seiring berlanjutnya pemangkasan produksi minyak mentah dari Arab Saudi dan Rusia masing-masing sebanyak 1 juta dan 300 ribu barel per hari hingga akhir 2023.

  • Pertumbuhan ekonomi +2,1% QoQ pada kuartal II/2023, sedikit melambat dibanding +2,2% QoQ pada 1Q23, yang didorong melambatnya konsumsi rumah tangga, ekspor, dan konsumsi pemerintah. Untuk FY23, The Fed memperkirakan ekonomi AS tumbuh +2,1%.

  • Tingkat pengangguran naik ke 3,8% pada Agustus 2023 (vs. Juli 2023: 3,5%), tertinggi sejak Februari 2022 tetapi masih sejalan dengan target The Fed.

    Di sisi lain, jumlah lowongan pekerjaan (job openings) naik sebanyak 690.000 menjadi 9,61 juta pada Agustus 2023, melampaui estimasi konsensus di 8,8 juta, yang mengindikasikan masih kuatnya ekonomi AS.

Proyeksi pemangkasan suku bunga yang lebih kecil tahun depan mengindikasikan bahwa suku bunga masih akan berada di level yang relatif tinggi untuk jangka waktu lebih lama (higher for longer). Hal ini sejalan dengan proyeksi terbaru indikator makroekonomi AS, di mana inflasi masih tinggi dan baru kembali ke target 2% pada 2026. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi cenderung resilient dengan pasar tenaga kerja yang ketat.

Yield Obligasi Melonjak, Waktunya Beli di Harga Lebih Murah?

Indikasi suku bunga tinggi dalam waktu lama mendorong imbal hasil (yield) obligasi global melonjak. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sempat naik ke 4,8%, menandai level tertinggi sejak Agustus 2007. Pergerakan yield obligasi sendiri berbanding terbalik dengan pergerakan harganya.

Kenaikan yield obligasi AS juga berarti penguatan nilai tukar mata uang dolar AS, ditandai dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) ke level 107, sehingga memberikan tekanan terhadap mata uang negara lain, termasuk rupiah.

Sementara itu, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun naik ke 7,1%, menandai level tertinggi sejak November 2022. Adapun nilai tukar rupiah sempat menyentuh level Rp15.636 per dolar AS, menandai level terendah sejak akhir Desember 2022.

📝 Lantas, apa yang dapat dilakukan investor?

  • Bagi investor yang berorientasi jangka panjang, melonjaknya yield dalam jangka pendek justru dapat menjadi peluang untuk melakukan akumulasi pembelian aset berkualitas tinggi pada harga yang lebih rendah.

  • Lakukan nabung rutin (Dollar Cost Averaging) meskipun kondisi market naik-turun. Dengan konsisten nabung rutin, Anda berpotensi memperoleh harga rata-rata dan imbal hasil yang optimal dalam jangka panjang.

Sebagai gambaran, dalam 3 bulan terakhir yield Obligasi FR tenor panjang sudah naik cukup signifikan hingga mencapai 7%. Maka, saat ini dapat menjadi momentum yang tepat untuk mengunci yield di aset rendah risiko yang dijamin negara.

Anda bisa mulai investasi di berbagai jenis aset tersebut melalui Bibit dengan melakukan upgrade akun menjadi Bibit Plus! Bibit Plus menyediakan lebih beragam pilihan aset investasi seperti Reksa Dana, Obligasi (FR dan SBN Ritel), hingga Saham hanya dalam satu aplikasi.

Anda sebagai nasabah Bibit Premium juga dapat berkonsultasi langsung dengan Wealth Specialist tentang perencanaan keuangan dan strategi ataupun produk investasi. Mulai dari rencana mengumpulkan dana pendidikan anak, dana pensiun, hingga pertanyaan seputar aset investasi dan informasi eksklusif hanya untuk Anda!

Market Update

Selama September 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya turun -0,19% MoM, dengan aliran dana dari investor asing tercatat outflow sebesar Rp4,08 triliun.

Di sisi lain, Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) mencatat penurunan -1,26% MoM diikuti outflow dana asing sebesar Rp15,40 triliun.

Foreign Flow – September 2023

Aset fixed income atau obligasi: terjadi outflow dari aliran dana asing pada September 2023 sebesar Rp15,40 triliun, lebih besar dari outflow pada Agustus 2023 sebesar Rp7,37 triliun.

Aset saham: tercatat outflow sebesar Rp4,08 triliun, jauh membaik dibandingkan Agustus 2023 yang mencatat outflow sebesar Rp19,90 triliun.

Pergerakan Obligasi dan Deposito – September 2023

  • Indonesia Government Bond Yield 10Y berada di 6,91%, naik 53 bps dibanding 6,38% pada Agustus 2023.

  • Indonesia Government Bond Yield 5Y berada di 6,57%, naik 38 bps dibanding 6,18% pada Agustus 2023.

  • Indonesia Government Bond Yield 1Y berada di 6,30%, turun 3 bps dibanding 6,33% pada Agustus 2023.

  • Rata-rata bunga deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di 3,86%.

    Pergerakan Saham – September 2023

  • IHSG ditutup di level 6.939, turun -0,19% MoM pada September 2023.

  • Sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah barang baku (+8,44% MoM), sedangkan yang mengalami penurunan terdalam adalah teknologi (-4,41% MoM)

  • Di level saat ini, IHSG berada pada P/E Ratio 13,8x.

    3 Produk Reksa Dana di Bibit dengan Return Tertinggi dalam 1 Bulan Terakhir (September 2023)

Writer: Investment Research Team

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana dan/atau produk tertentu.