Inflasi Terus Melandai, BI Tetap Tahan Suku Bunga
Separuh tahun 2023 sudah berlalu. Menilik kondisi perekonomian Indonesia, ada beberapa hal menarik yang menjadi highlight.
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75% pada Juni 2023. Keputusan ini menandai sikap BI yang telah menahan tingkat suku bunga acuan selama 5 bulan berturut-turut sejak Februari 2023.
BI mengatakan bahwa keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2%–4% pada sisa tahun 2023.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa inflasi melandai ke level 3,52% YoY pada Juni 2023 (vs. 4% YoY pada Mei 2023), dengan inflasi inti di level 2,58% YoY (vs. Mei 2023 di 2,66% YoY). Realisasi tersebut menandai tingkat inflasi tahunan terendah dalam 14 bulan terakhir, sekaligus menandai inflasi telah kembali ke rentang target BI selama 2 bulan berturut-turut sejak Mei 2023.
Selain itu, beberapa indikator makroekonomi Indonesia juga masih menunjukkan hasil yang cenderung positif dalam satu semester terakhir antara lain:
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat menjadi 128,3 pada Mei 2023 (vs. April 2023: 126,1). Realisasi tersebut menunjukkan IKK yang cenderung meningkat sepanjang 2023, sekaligus yang tertinggi sejak Mei 2022. Peningkatan IKK juga mengindikasikan optimisme konsumen Indonesia terhadap kondisi dan ekspektasi ekonomi di masa depan.
Neraca perdagangan Indonesia surplus US$0,44 miliar pada Mei 2023 (vs. April 2023: US$3,9 miliar, Mei 2022: US$2,9 miliar). Angka ini menandai surplus neraca dagang selama 37 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Secara kumulatif, surplus neraca dagang mencapai US$16,48 miliar selama 5M23 (vs. US$19,80 miliar pada 5M22).
Penurunan surplus neraca dagang pada Mei 2023 diakibatkan nilai ekspor (+12,61% MoM, +0,96% YoY) yang tumbuh lebih rendah dari nilai impor (+38,65% MoM, +14,35% YoY). Secara kumulatif, penurunan surplus neraca dagang selama 5M23 didorong nilai ekspor (-6,01% YoY) yang turun melebihi nilai impor (-3,78% YoY).
Nilai tukar rupiah (sampai dengan 21 Juni 2023) secara point-to-point menguat masing-masing sebesar 0,30% dan 4,17% dibandingkan dengan akhir Mei 2023 dan akhir tahun 2022. BI memperkirakan rupiah masih menguat dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
Dari sisi fiskal, Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tercatat surplus Rp152,3 triliun pada semester I/2023. Penerimaan negara mencapai Rp1.407,9 triliun, tumbuh +5,4% YoY dan setara 57,2% dari target.
Kemungkinan The Fed Lanjutkan Kenaikan Suku Bunga
Bagaimana dengan kabar perekonomian global? Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di rentang 5%–5,25% pada Juni 2023. Keputusan tersebut mengakhiri tren kenaikan suku bunga secara berturut-turut dalam 10 pertemuan sebelumnya. Keputusan ini juga diikuti dengan beberapa catatan:
Inflasi di Amerika Serikat (AS) melandai ke level 4% YoY pada Mei 2023 (vs. Apr 2023: 4,9% YoY), menandai inflasi tahunan terendah sejak Maret 2021.
Gubernur The Fed, Jerome Powell, mengatakan pihaknya masih akan menaikkan suku bunga pada sisa tahun ini untuk menekan inflasi ke target 2%.
Para pejabat The Fed memproyeksikan suku bunga akan berada di level 5,6% pada akhir 2023, yang mengindikasikan bahwa bank sentral tersebut kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps ke rentang 5,5%–5,75%.
Menurut analisis dari CME FedWatch Tool, probabilitas The Fed untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan 25–26 Juli 2023 mencapai 84,3% per Minggu (2/7), meningkat dari 71,9% per Jumat (23/6).
Di sisi lain, bank sentral China memangkas suku bunga jangka pendek dan suku bunga pinjaman jangka menengah masing-masing sebesar 10 bps. Langkah tersebut menunjukkan kekhawatiran terkait perlambatan pertumbuhan ekonomi China, meski kebijakan zero Covid telah dicabut sejak akhir tahun lalu.
Bagaimana Kinerja Obligasi selama Semester I/2023?
Kondisi inflasi Indonesia yang trennya melandai dan sikap BI yang tetap mempertahankan suku bunga acuan membuat instrumen berbasis obligasi menjadi salah satu aset investasi yang mencatatkan kinerja cemerlang sepanjang semester I/2023.
Reksa Dana Obligasi salah satunya. Instrumen ini mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar +3,52% year to date, unggul atas Reksa Dana Pasar Uang yang naik +1,91%.
Sebaliknya, Reksa Dana Saham turun -1,97%, sejalan dengan kinerja IHSG yang turun -2,46%. Kinerja yang baik dari Reksa Dana Obligasi berpotensi berlanjut pada semester II/2023, meskipun mungkin tidak setinggi pada semester I/2023.
Unggulnya kinerja Reksa Dana Obligasi tidak lepas dari performa underlying assets obligasi yang juga baik. Menurut data Pemeringkat Harga Efek Indonesia (PHEI), Indeks Obligasi Indonesia atau Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mencatatkan kenaikan +6,46% year to date per 27 Juni 2023.
Performa tersebut didorong kinerja obligasi pemerintah, sebagaimana tercermin dari kenaikan INDOBeX Government Total Return sebesar +6,59%, sedangkan obligasi korporasi yang diwakilkan INDOBeX Corporate Total Return naik +4,62%.
Kinerja positif obligasi Pemerintah Indonesia tak ayal menjadikan instrumen tersebut sebagai incaran investor dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini dapat dilihat dari tiga hal berikut:
1. Penawaran Masuk Lelang SBN Tetap Tinggi
Total penawaran yang masuk (bid) pada lelang Surat Berharga Negara (SBN) konsisten tetap tinggi sepanjang semester I/2023, terutama pada kuartal II/2023. Hal ini terlihat dari bid-to-cover ratio (rasio antara penawaran masuk dengan penawaran yang dimenangkan) yang meningkat pada kuartal II/2023.
Pada kuartal I/2023, bid-to-cover ratio berkisar antara 1,3x–2,9x. Pada kuartal II/2023, kisaran bid-to-cover ratio meningkat menjadi 2,8x–8,6x (lihat grafik di bawah). Hal ini lantaran ‘demand’ terhadap obligasi pemerintah tetap tinggi, tercermin dari nilai penawaran masuk, sementara ‘supply’ yang tercermin dari nilai penawaran dimenangkan cenderung berkurang.
2. ORI023 Diborong Rp2,87 Triliun hingga Hari Keempat Penawaran
Pemerintah mulai menawarkan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI023 pada 30 Juni 2023. Pada hari perdana penawaran, ORI023 telah terjual hampir Rp1 triliun, tepatnya sebesar Rp984 miliar atau ~5% dari total kuota sebesar Rp20 triliun.
Sementara itu, hingga Senin (3/7) penawaran ORI023 telah terjual Rp2,87 triliun atau 14,35% dari total kuota. Rinciannya sebagai berikut:
ORI023-T3 dengan kupon 5,9% dan tenor 3 tahun telah terjual Rp1,97 triliun dari kuota Rp10 triliun.
ORI023-T6 dengan kupon 6,1% dan tenor 6 tahun telah terjual Rp0,9 triliun dari kuota Rp10 triliun.
3. Asing Borong Obligasi Pemerintah Rp74 triliun Sepanjang Semester I/2023
Sepanjang Juni 2023, total dana asing yang masuk (foreign inflow) ke obligasi pemerintah Indonesia mencapai Rp15,8 triliun, melanjutkan inflow sebesar Rp453,6 miliar pada Mei 2023 sekaligus menjadi nilai inflow tertinggi sejak Januari 2023.
Secara kumulatif, foreign inflow telah mencapai Rp74,4 triliun sepanjang semester I/2023, berbalik dari foreign outflow sebesar Rp86,6 triliun hingga semester I/2022. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing juga ‘berburu’ obligasi pemerintah Indonesia dengan tren foreign inflow yang masih berlanjut sejak awal tahun.
Dari data tersebut, terlihat bahwa obligasi masih berpotensi menghasilkan kinerja yang baik dan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan investasi. Beberapa jenis aset obligasi yang dapat dipertimbangkan antara lain Reksa Dana Obligasi, Obligasi FR atau PBS, dan ORI023 yang saat ini sedang dalam masa penawaran hingga 20 Juli 2023. Terdapat dua seri ORI023: ORI023-T3 (kupon 5,9%) dan ORI023-T6 (kupon 6,1%).
Ekspektasi suku bunga yang telah mencapai puncaknya berpotensi membuat ORI023 menarik. Jika nantinya suku bunga diturunkan, penerbitan obligasi ke depan kemungkinan akan menawarkan tingkat kupon yang lebih rendah. Selain itu, ORI023 dapat diperjualbelikan di pasar sekunder sehingga investor berpotensi memperoleh tambahan keuntungan capital gain jika ORI023 mengalami kenaikan harga saat ekspektasi suku bunga diturunkan.
Kabar baik bagi Anda yang membeli ORI023 di Bibit karena bisa mendapatkan 3 keuntungan sekaligus (triple cuan). Selain mendapatkan kupon ORI023, Anda juga bisa mendapatkan cashback hingga Rp30 juta dan Bibit akan membeli kembali (buyback) ORI023 milik Anda dengan jaminan harga minimal 100% jika Anda menjualnya di Bibit pada periode 15 September–31 Desember 2023. Jadi, Anda tidak akan mengalami penurunan harga (capital loss).
Anda bisa mulai investasi di berbagai jenis aset ini melalui Bibit dengan melakukan upgrade akun menjadi Bibit Plus! Bibit Plus menyediakan lebih beragam pilihan aset investasi seperti Reksa Dana, Obligasi (FR dan SBN Ritel), hingga Saham hanya dalam satu aplikasi.
Anda sebagai nasabah Bibit Premium juga dapat berkonsultasi langsung dengan Wealth Specialist tentang perencanaan keuangan dan strategi ataupun produk investasi. Mulai dari rencana mengumpulkan dana pendidikan anak, dana pensiun, hingga pertanyaan seputar aset investasi dan informasi eksklusif hanya untuk Anda!
Market Updates
Selama Juni 2023, obligasi masih menjadi instrumen investasi dengan kinerja terbaik. Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) mencatat kenaikan +0,99% MoM, dengan inflow dana asing sebesar Rp15,8 triliun.
Di sisi lain, IHSG naik +0,43% MoM, tetapi aliran dana investor asing mencatatkan outflow sebesar Rp4,46 triliun, berbalik dari tren inflow selama 4 bulan sebelumnya.
Foreign Inflow
Fixed income atau obligasi: terjadi inflow dari aliran dana asing pada Juni 2023 sebesar Rp15,8 triliun. Inflow pada obligasi ini melanjutkan inflow dari bulan Mei sebesar Rp453,6 miliar.
Aset saham: tercatat outflow sebesar Rp4,46 triliun, berbalik dibandingkan Mei 2023 yang mencatat inflow sebesar Rp2,07 triliun.
Pergerakan Obligasi dan Deposito pada Juni 2023
Indonesia Government Bond Yield 10Y berada di 6,26%, turun 11 bps dibanding 6,37% pada Mei 2023.
Indonesia Government Bond Yield 5Y berada di 5,91%, turun 12 bps dibanding 6,03% pada Mei 2023.
Indonesia Government Bond Yield 1Y berada di 5,83%, naik 13 bps dibanding 5,70% pada Mei 2023.
Rata-rata bunga deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di 3,84%.
Pergerakan Saham pada Juni 2023
IHSG ditutup di level 6.662, naik +0,43% MoM pada Juni 2023.
Sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah transportasi (+4,13% MoM), sedangkan yang mengalami penurunan terdalam adalah teknologi (-6,38% MoM).
Di level saat ini, IHSG berada pada P/E Ratio 13,1x.
3 Produk Reksa Dana di Bibit dengan Return Tertinggi dalam 1 Bulan Terakhir
(Juni 2023)
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Kinerja reksa dana berdasarkan data masa lalu, tidak mencerminkan performa di masa depan. Bukan rekomendasi jual/beli aset investasi tertentu. Hanya untuk tujuan edukasi.