Outlook Market di Sisa 2023: Prospek dan Dampak ke Investasi

Ekonomi Indonesia +5,17% pada 2Q23, Target +5,2% pada 2024

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekonomi Indonesia tumbuh +3,86% QoQ dan +5,17% YoY pada 2Q23 (vs. 1Q23: -0,91% QoQ dan +5,04% YoY). Realisasi tersebut menandai pertumbuhan ekonomi secara tahunan dalam 9 kuartal beruntun sejak 2Q21, sekaligus menjadi pertumbuhan secara kuartalan tertinggi sejak 3Q20.

Hampir seluruh komponen pengeluaran mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi pada 2Q23 dibandingkan 1Q23: konsumsi rumah tangga +5,23% YoY, yang didorong oleh Ramadan dan Lebaran, serta konsumsi pemerintah +10,62% YoY.

Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia berkontribusi negatif seiring pelemahan ekspor sebesar -2,75% YoY dan kontraksi impor sebesar -3,08% YoY.

Sementara itu, pemerintah dan Badan Anggaran DPR menyepakati beberapa asumsi dasar ekonomi makro dalam RAPBN 2024:

  • pertumbuhan ekonomi 5,2% (APBN 2023: 5,3%),

  • inflasi 2,8% (APBN 2023: 3,6%),

  • nilai tukar rupiah Rp15.000/USD (APBN 2023: Rp14.800/USD), dan

  • tingkat bunga Surat Utang Negara 10 tahun 6,7% (APBN 2023: 7,9%).

Pemerintah juga menargetkan pendapatan negara Rp2.781,3 T (+12,9% YoY) dengan belanja negara Rp3.304,1 T (+7,9% YoY). Dengan demikian, defisit fiskal ditargetkan turun menjadi Rp522,8 T atau 2,29% dari PDB (vs. target APBN 2023: 2,84% dari PDB).

Beberapa perkembangan indikator makroekonomi lainnya, antara lain:

  1. Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 5,75% pada Agustus 2023. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi konsensus dan menandai suku bunga telah ditahan selama 7 bulan berturut-turut sejak Februari 2023.

    Keputusan tersebut ditujukan untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2%–4% pada sisa tahun 2023 dan 1,5%–3,5% pada 2024, serta mendorong stabilisasi nilai rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

    Mayoritas pelaku pasar memproyeksikan suku bunga acuan di Indonesia telah mencapai puncaknya, di mana BI diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga di level 5,75% hingga akhir tahun.

  2. Inflasi di Indonesia pada Agustus 2023 meningkat ke 3,27% YoY (vs. Juli 2023: 3,08% YoY), menandai inflasi tetap berada dalam rentang target BI sebesar 2–4% selama 4 bulan berturut-turut. Sementara itu, inflasi inti melandai ke 2,18% YoY, terendah dalam 18 bulan terakhir.

  3. Nilai tukar rupiah melemah -1% MoM pada Agustus 2023, tetapi masih menguat +2,3% secara year-to-date, berdasarkan kurs JISDOR hingga 31 Agustus 2023.

    BI memperkirakan stabilitas rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

    BI juga menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), suatu instrumen operasi moneter berupa surat berharga jangka pendek dengan underlying asset SBN milik BI. SRBI akan diimplementasikan pada 15 September 2023 dan ditujukan untuk menarik modal asing ke Indonesia.

  4. Neraca perdagangan Indonesia melanjutkan surplus ke-39 bulan secara berturut-turut menjadi US$1,31 miliar pada Juli 2023 (vs. Juni 2023: US$3,45 miliar). Ekspor turun -18% YoY, jauh lebih dalam dari penurunan impor sebesar -8,3% YoY. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus US$21,24 miliar selama 7M23 (vs. 7M22: US$29,12 miliar).

Ekonomi Lesu, China Pangkas Suku Bunga

Bank sentral China (PBoC) memangkas suku bunga loan prime rate (LPR) tenor 1 tahun sebesar 10 bps ke level terendah sepanjang masa di 3,45% pada Senin (21/8).

Beberapa catatan perkembangan kondisi makroekonomi di China:

  • China mencatatkan deflasi 0,3% YoY pada Juli 2023 (vs. Jun 2023: 0%), menandai deflasi tahunan pertama sejak Februari 2021.

  • Ekspor China turun -14,5% YoY pada Juli 2023, melanjutkan penurunan pada Mei dan Juni sekaligus menjadi penurunan terdalam sejak Februari 2020. Di sisi lain, impor juga turun -12,4% YoY, terdalam sejak Januari 2023. Selama 7M23, ekspor China turun -5% YoY, dengan impor turun -7,6% YoY.

Sementara itu, Amerika Serikat mencatatkan inflasi 3,2% YoY pada Juli 2023 (vs. estimasi konsensus: 3,3% YoY), mengakhiri tren penurunan inflasi tahunan dalam 12 bulan beruntun. Sementara itu, inflasi inti melandai ke 4,7% YoY pada Juli 2023 (vs. estimasi konsensus: 4,8% YoY), terendah sejak Oktober 2021.

Realisasi inflasi yang lebih baik dari estimasi konsensus membuat pasar kini memprediksi The Fed akan menahan suku bunga di rentang 5,25–5,5% dalam pertemuan pada 19–20 September 2023. Prediksi tersebut berbeda dari proyeksi The Fed yang memperkirakan bahwa suku bunga akan mencapai 5,6% pada akhir 2023, yang mengindikasikan satu kenaikan lagi sebesar 25 bps ke rentang 5,5–5,75%.

Lantas, Bagaimana Outlook Investasi pada Kuartal III/2023?

Pertumbuhan ekonomi domestik yang solid, inflasi yang sudah kembali ke target lebih awal dari perkiraan, dan ekspektasi suku bunga yang sudah mencapai puncaknya dapat menjadi sentimen positif untuk investasi. Jika suku bunga dipangkas ke depannya, baik aset berbasis obligasi maupun saham dapat memperoleh dampak positif.

Obligasi dengan durasi panjang lebih sensitif terhadap ekspektasi perubahan suku bunga sehingga berpotensi mengalami kenaikan harga paling tinggi. Dalam acara Market Outlook Q3 2023 yang diadakan Bibit beberapa waktu lalu, sejumlah manajer investasi memperkirakan yield obligasi pemerintah 10 tahun masih akan turun ke 6–6,2% pada tahun ini, sehingga masih ada potensi kenaikan harga.

Untuk aset saham, pemangkasan suku bunga dapat berdampak pada berkurangnya beban bunga sehingga profitabilitas emiten meningkat. Selain itu, saham juga berpotensi diuntungkan dari perputaran uang menjelang pemilu pada tahun depan.

Anda bisa mulai investasi di berbagai jenis aset tersebut melalui Bibit dengan melakukan upgrade akun menjadi Bibit Plus! Bibit Plus menyediakan lebih beragam pilihan aset investasi seperti Reksa Dana, Obligasi (FR dan SBN Ritel), hingga Saham hanya dalam satu aplikasi.

Anda sebagai nasabah Bibit Premium juga dapat berkonsultasi langsung dengan Wealth Specialist tentang perencanaan keuangan dan strategi ataupun produk investasi. Mulai dari rencana mengumpulkan dana pendidikan anak, dana pensiun, hingga pertanyaan seputar aset investasi dan informasi eksklusif hanya untuk Anda!

Market Updates

Selama Agustus 2023, saham menjadi instrumen investasi dengan kinerja terbaik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik +0,32% MoM walaupun aliran dana dari investor asing tercatat outflow sebesar Rp19,90 triliun.

Hal ini disebabkan terjadinya transaksi one-off sebesar Rp18,51 T berupa crossing saham Golden Energy Mines ($GEMS) dari Golden Energy and Resources Limited, perusahaan Sinarmas di Singapura, ke Dian Swastatika Sentosa ($DSSA), perusahaan Sinarmas di Indonesia, pada 10 Agustus 2023.

Di sisi lain, Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) mencatat kenaikan +0,08% MoM walaupun terjadi outflow dana asing sebesar Rp7,37 triliun.

Foreign Flow– Agustus 2023

  • Aset fixed income atau obligasi: terjadi outflow dari aliran dana asing pada Agustus 2023 sebesar Rp7,37 triliun, berbalik dari inflow pada Juli 2023 sebesar Rp9,64 triliun.

  • Aset saham: tercatat outflow sebesar Rp19,90 triliun, berbalik dibandingkan Juli 2023 yang mencatat inflow sebesar Rp2,90 triliun.

Pergerakan Obligasi dan Deposito – Agustus 2023

  • Indonesia Government Bond Yield 10Y berada di 6,38%, naik 13 bps dibanding 6,25% pada Juli 2023.

  • Indonesia Government Bond Yield 5Y berada di 6,18%, naik 19 bps dibanding 5,99% pada Juli 2023.

  • Indonesia Government Bond Yield 1Y berada di 6,33%, naik 37 bps dibanding 5,97% pada Juli 2023.

  • Rata-rata bunga deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di 3,79%.

Pergerakan Saham – Agustus 2023

  • IHSG ditutup di level 6.953, naik +0,32% MoM pada Agustus 2023. 

  • Sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah barang baku (+9,81% MoM), sedangkan yang mengalami penurunan terdalam adalah  teknologi  (-5,81% MoM)

  • Di level saat ini, IHSG berada pada P/E Ratio 13,9x.

3 Produk Reksa Dana di Bibit dengan Return Tertinggi dalam 1 Bulan Terakhir (Agustus 2023)

Writer: Investment Research Team 

Disclaimer: Kinerja reksa dana berdasarkan data masa lalu, tidak mencerminkan performa di masa depan. Bukan rekomendasi jual/beli aset investasi  tertentu. Hanya untuk tujuan edukasi.