‘The Triple R’: Pahami Isu Resesi Global dan Cara Menghadapinya

The First “R”

Rate Hikes : A Weapon to Fight Inflation

Inflasi global 4,7% di 2021 diekspektasikan terus meningkat menjadi 8,8% di 2022 kemudian melandai ke 6,5% di 2023. Proyeksi inflasi yang menguat mendorong bank sentral di berbagai negara kompak menaikkan suku bunga. The Fed, bank sentral AS menjadi yang paling agresif dalam mengerek suku bunga dari 0,25% ke 3,25% hanya dalam waktu 6 bulan. Langkah ini diikuti oleh 75% bank sentral dunia lain, kecuali China dan Jepang yang justru memangkas suku bunganya.

Sumber: diolah dari Statista

The The Second “R”

Recession : Are we there yet?

Narasi bernada negatif yakni resesi mulai bermunculan seiring dengan kenaikan suku bunga acuan di tengah perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung. Risiko perlambatan ekonomi akibat tingginya biaya hidup dan ekspansi bisnis yang terhambat tidak dapat dihindari. 

International Monetary Fund (IMF) pun tak segan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 6% pada 2021 menjadi 3,2% pada 2022, lalu 2,7% pada 2023. Tren penurunan ini tampak jelas terjadi di negara maju. Di sisi lain, negara berkembang khususnya Indonesia tergolong solid dan diproyeksi masih bertahan di 5%.  

Sumber: Laporan (IMF) per Oktober 2022

The Third “R”

Reversal  : It will come sooner or later

Secara historis, penurunan di aset keuangan akan selalu disambung dengan kenaikan yang lebih signifikan. Correction is temporary, but growth is permanent, right? Jadikan momen koreksi sebagai kesempatan untuk menambah ‘muatan’ secara bertahap.  

Sebagai gambaran, grafik ini memperlihatkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah melalui berbagai fase gejolak ekonomi. Bahkan sempat mengalami koreksi yang cukup mendalam seperti saat krisis finansial pada 2008 dan krisis pandemi covid-19 pada 2020.

Pergerakan IHSG 31 Desember 2001 - 14 Oktober 2022

Sumber: Stockbit &  Bloomberg

Walaupun pergerakannya fluktuatif, IHSG tetap menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam jangka panjang. Sehingga jika terus berorientasi pada investasi jangka panjang dan konsisten, potensi imbal hasil pun bisa makin optimal.

Selain itu, diversifikasi dan alokasi aset menjadi kunci utama untuk tetap bertahan di kala kondisi sedang tidak bersahabat. Jadi, alternatif aset minim risiko seperti reksa dana sangat layak dipertimbangkan. And last but not least, make time as your friend and stay invested!

Bibit’s Takeaways (October 2022) : 

  • Be cautious! Kenaikan suku bunga bank sentral dan inflasi masih menjadi sorotan utama investor hingga akhir tahun.

  • Be rationale! Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih solid di 5% vs ekonomi global 2,7%. 

  • Be smarter! Reksa Dana Pasar Uang akan unggul ketika suku bunga naik. Sedangkan Reksa Dana Obligasi akan berpotensi tertekan secara temporer. 

  • Be wiser! Pilih sektor defensif dan punya nilai unggul serta diuntungkan menjelang Pemilu, misal : Financials and Consumer Non-Cyclical

  • Be patient! Hal baik pasti  membutuhkan waktu, begitu pula investasi :)