Bibit Weekly Newsletter 9 November 2020: Bayangan Pemilu AS & Resesi Pada Pasar, Sudah Siapkah Kita?

shutterstock_1740697532.jpg

Belum selesai wabah Covid-19, pasar baru saja kembali diterpa gejolak politik dari Amerika Serikat. Pemilu presiden AS yang diadakan minggu lalu sempat membuat ketidakpastian di pasar. Disamping itu, Indonesia juga resmi tercatat memasuki resesi di kuartal 3 kemarin. Bagaimana semua ini mempengaruhi ekonomi dan pasar kedepannya? 

Akhir dari Pemilu Amerika Serikat

  • Pemilu Amerika Serikat di minggu lalu sempat diwarnai ketidakpastian. Saat Joe Biden dari partai Demokrat sempat unggul dalam perhitungan suara, pihak Donald Trump tidak bisa menerimanya hingga membawa masalah ini ke pengadilan untuk menghentikan perhitungan suara. Bahkan, sempat diberitakan terjadi keributan antara pendukung kedua calon presiden tersebut.

  • Pada akhirnya, setelah perhitungan suara selesai, Joe Biden keluar sebagai pemenang pemilu. Pergantian presiden ini diprediksi akan berdampak pada perubahan kebijakan politik dan ekonomi Amerika yang juga berdampak ke banyak negara. Ini menjadi penting karena Amerika menyumbang porsi ekonomi terbesar dari semua negara.

  • Setelah pemilu ini usai, kebijakan stimulus untuk ekonomi Amerika yang selama ini dijadikan alat politik, berpotensi untuk dijalankan lebih mulus. Ini bisa memberikan dampak positif bagi perkembangan pasar global.

Kelanjutan Kondisi Lockdown Eropa

  • Eropa yang saat ini memasuki musim dingin membuat penyebaran Covid-19 semakin kuat. Kenaikan kasus harian yang semakin parah membuat Inggris, Prancis, dan Jerman menerapkan lockdown kembali.

  • Menurut CNBC, kenaikan kasus harian di Eropa sudah lebih banyak daripada Amerika Serikat saat ini. Bahkan ahli Epidemiolog Prancis mengatakan kalau awalnya penyebaran hanya ada di pusat dan pinggir kota saja, namun saat ini sudah meluas ke seluruh wilayah negara. Menandakan bahwa penanganan kasus ini tidaklah mudah.

  • Dikhawatirkan meskipun lockdown dibuka kembali nantinya, penyebaran virus bisa berlangsung kembali sehingga aktivitas masyarakat sulit untuk kembali normal. Efeknya adalah semakin lama ekonomi pulih ke kondisi sebelum Covid ini.

Indonesia Resmi Masuk Resesi

  • Badan Pusat Statistik belum lama mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Q3 Indonesia tercatat sebesar -3,40%. Ini artinya sudah 2 kuartal ekonomi tumbuh negatif, alias Indonesia resmi dikategorikan mengalami resesi.

  • Berdasarkan Kontan, beberapa ekonom juga memprediksikan kalau di Q4 nantinya, perekonomian juga belum bisa masuk ke zona positif. Ini karena 80% pertumbuhan didorong oleh konsumsi & investasi yang belum bisa kembali seperti normal akibat belum selesainya Covid-19.

  • Di sisi lain, pemerintah berusaha untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dengan menaikan belanja negara pada 2021. APBN di tahun depan dipatok naik sebesar 23,4% dan akan difokuskan pada 4 hal yaitu: belanja pegawai, bantuan sosial, belanja barang & belanja modal.