Virus Corona Bikin Portfolio Reksa Dana Saham Merana?

Para investor mungkin portfolionya lagi turun akhir-akhir ini. Khususnya, buat kamu yang punya porsi lebih besar di reksa dana saham, efeknya akan lebih terasa. Mungkin kamu bingung dan bertanya-tanya, “Saya harus jual semua atau beli lagi, ya?

Eits, tenang dulu guys, masalah ini juga dirasakan banyak investor lain kok, jadi jangan panik dulu ya.

Pengen tau cara menghadapi turunnya nilai investasi kamu?  yuk simak ulasannya di bawah!

Apa yang menjadi penyebab turunnya reksa dana?

Beberapa pekan terakhir, virus corona mewabah di Cina dan beberapa negara lain. Pemerintah Cina sendiri sudah membatasi pergerakan warganya untuk mencegah penyebaran virus sehingga terjadi penurunan produktivitas dalam negeri. Penurunan ini mengganggu pendapatan domestik di Cina sehingga turut mempengaruhi aktivitas perekonomian secara global.

Pasar saham di Cina ikut terkena dampak. Harga Indeks Shanghai Composite anjlok hingga lebih dari 9% dalam sebulan terakhir, dari 3050 di awal Januari 2020 menjadi sekitar 2750 pada awal Februari. Sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, gangguan ekonomi di Cina juga mempengaruhi banyak negara lainnya, terutama negara dengan hubungan dagang yang besar dengan Cina.

Bagaimana pengaruhnya terhadap Indonesia?

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Cina adalah salah satu dari 4 negara partner perdagangan terbesar Indonesia. Wajar bila gangguan ekonomi Cina berpotensi memiliki dampak pada Indonesia.

Akibatnya, investor mulai khawatir dan melakukan aksi jual sehingga pasar saham Indonesia juga terkena akibatnya. Pada grafik di bawah, IHSG mengalami penurunan dari sekitar 6300 ke 5900 sejak pertengahan Januari 2020 hingga sekarang.

Grafik Indeks Harga Saham Gabungan Periode Januari 2020

Source: Stockbit.com

Source: Stockbit.com

Apa yang harus kamu lakukan?

Kamu nggak perlu khawatir kok. Kenapa? Kejadian serupa pernah terjadi. Awal 2003, ada wabah SARS yang mengganggu ekonomi dunia. Efeknya bisa kita lihat pada pergerakan beberapa pasar saham di Asia mulai dari 2003 (gambar di bawah).

Source: Stockbit.com

Source: Stockbit.com

SARS yang mulai di Cina pada 2003 membuat Indeks Shanghai Composite (garis coklat) mengalami stagnasi, bahkan menurun hingga 2005. Sedangkan Indeks Singapura (garis ungu) dan IHSG (garis biru) masih menunjukkan tren kenaikan, meski tidak terlalu besar. Setelah wabah SARS mereda pada akhir 2005, semua pasar kembali melanjutkan tren kenaikan (paling terlihat jelas pada IHSG). Tentunya, setiap pasar punya waktu pemulihan yang berbeda.

Sejarah membuktikan bahwa, setiap penurunan pasar yang terjadi, akan selalu kembali naik. Dalam jangka panjang, pasar yang tadinya buruk akan berubah menjadi ladang investasi yang siap kita panen di masa depan. 

Jadi, kamu nggak perlu panik guys!, Momentum ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk melakukan pembelian. Bila kamu rutin menerapkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA), kamu bisa menikmati harga rata-rata yang lebih rendah. Klik disini untuk baca tentang DCA selengkapnya. Pada akhirnya potensi keuntungan yang bisa didapatkan menjadi lebih besar.