Kelas Bibit kali ini mengulas tentang kondisi pasar modal saat ini yang lagi bergejolak cukup besar, dan soal bagaimana investor bisa menghadapi situasi ini. Pembahasannya dibawakan oleh Eri Kusnadi, Head of Mutual Fund Distribution di Batavia Prosperindo Asset Management.
Akhir – akhir ini, kondisi pasar mengalami tekanan cukup besar. Kondisi ini awalnya diakibatkan oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang sudah berlangsung selama 2 tahun terakhir.
Kabar baiknya, sudah ada kesepakatan pertama antara AS/Cina untuk mengatasi perang dagang ini. Selain itu, ada pilpres di AS pada 2020 yang bikin kebijakan ekonomi di AS diprediksi lebih baik untuk pasar. Kedua berita baik ini tentu membawa dampak yang positif untuk ekonomi.
Tapi, sebelum melihat efek dari berita baik itu, muncul masalah yang nggak terduga guys, yaitu penyebaran virus corona (COVID-19). Efeknya sih udah mulai reda di tempat asalnya yaitu Cina, tapi sekarang mulai masif di negara lain seperti Italia, Korea Selatan, & Iran. Akibat ini, aktivitas perekonomian dunia terganggu.
Tapi, pemerintah dan bank sentral di banyak negara nggak tinggal diam, mereka mulai bikin kebijakan untuk menopang ekonomi. Contohnya, baru – baru ini bank sentral AS memotong suku bunga lagi sebesar 0.5%. Kondisi ini membuat Bank Indonesia punya kesempatan memotong suku bunga acuan dalam negeri, apalagi melihat inflasi domestik yang rendah selama beberapa tahun terakhir.
Melihat kondisi seperti ini, apa strategi yang dijalankan oleh BPAM dalam mengelola Reksa Dana mereka?
Untuk reksadana saham, kondisi ini bikin IHSG jadi lebih murah. Akibatnya, beberapa saham yang turun cukup dalam jadi menarik untuk dibeli. Karena itu, BPAM menambah porsi saham di Reksa Dana saham dari rentang 85%-92% menjadi 90-96%. Sektor yang jadi pilihannya adalah: perbankan, infrastruktur, dan konsumsi.
Walaupun pasar saham masih bergejolak, ada beberapa investor yang memilih reksadana obligasi. Dalam Reksa Dana Obligasi, BPAM memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah yang bisa tertekan akibat gejolak pasar modal dunia, karena nilai tukar juga menentukan pergerakan harga obligasi. Selain itu, melihat gejolak pada pasar obligasi saat ini, BPAM memilih penambahan obligasi tenor pendek yang jangka waktunya 1 – 10 tahun.
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan menarik saat sesi tanya jawab berlangsung. Yuk lihat disini:
1) Q: Ketika reksadana saham yang saya miliki turun dan mengalami kerugian, apa lebih baik dijual saat ini?
A: Melihat kondisi pasar yang sedang turun sekarang, ini bisa jadi kesempatan kamu untuk menambah investasi pada harga yang lebih murah. Tapi kamu harus ingat, kalau reksadana saham lebih cocok bila jangka waktu investasi kamu panjang, karena di jangka pendek fluktuasi harganya bisa sangat tinggi. Selain itu, yang penting adalah terus disiplin berinvestasi, sabar, dan tidak mudah panik saat ada penurunan.
2) Q: Dalam kondisi pasar yang sedang turun saat ini, apa yang sebaiknya saya lakukan?
A: Kamu perlu menyesuaikan dengan kondisi keuangan kamu. Kalau kamu punya dana menganggur dan punya jangka waktu panjang berinvestasi, maka kondisi ini bisa jadi kesempatan yang baik untuk menambah investasi pada harga lebih murah. Tapi, jangan menambah investasi dengan dana yang perlu kamu gunakan, alias bukan dana nganggur.
3) Q: Lebih baik membeli reksadana saham atau obligasi pada pasar yang tertekan saat ini?
A: Kamu bisa menyesuaikan dengan profil resiko kamu sendiri. Kalau kamu tipe investor agresif yang bisa menerima gejolak harga lebih besar, maka reksadana saham cocok untuk kamu miliki. Tetapi bila profil resiko kamu konservatif yang tidak bisa menerima gejolak harga besar, sebaiknya memilih reksadana obligasi. Hal ini dikarenakan pergerakan harga reksadana obligasi yang lebih stabil dibandingkan reksadana saham.
4) Q: Melihat pasar yang turun saat ini, mana yang lebih baik, berinvestasi secara bertahap atau langsung sekali dalam jumlah besar?
A: Kita tidak bisa prediksi sejauh apa penurunan ini akan terjadi, dengan kata lain harga bisa turun lebih rendah lagi. Oleh karena itu, lebih disarankan berinvestasi secara bertahap, sehingga bila pasar masih turun nantinya, kamu berkesempatan mendapatkan rata – rata harga pembelian yang lebih murah.
5) Q: Mengapa reksadana pasar uang tidak terdampak oleh isu corona?
A: Reksadana pasar uang hanya berisi safe deposit dan obligasi jangka pendek saja. Kedua jenis instrumen tersebut memiliki gejolak harga (volatilitas) yang jauh lebih kecil daripada saham atau obligasi jangka panjang. Akibatnya, harga reksadana pasar uang cenderung lebih stabil karena tidak terlalu dipengaruhi oleh isu buruk yang sedang terjadi di pasar.