Sejak pertengahan Mei, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan yang cukup besar, setelah turun sangat dalam beberapa bulan lalu akibat COVID-19. Bahkan minggu lalu, IHSG sempat mencapai level 5000 lebih, dari penurunan terdalamnya di bulan maret (pada level 3800) .
Ada beberapa alasan dibalik kenaikan ini. Sejumlah negara mulai melonggarkan pembatasan sosial . Mulai dibukanya pembatasan sosial membuat aktivitas perekonomian bisa menggeliat kembali dan perlahan pulih. Ekspektasi pemulihan ekonomi inilah yang membuat investor kembali optimis sehingga mereka mulai menempatkan uangnya kembali di pasar.
Berikut ini adalah beberapa angin segar yang menjadi sentimen baik untuk pasar.
Proyeksi perbaikan ekonomi dari Menteri Keuangan
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal 2 memang akan mengalami kontraksi akibat adanya PSBB yang dilakukan. Penurunannya diperkirakan sekitar -3,1%. Tetapi dengan dilonggarkan kembali PSBB secara bertahap, ia memperkirakan ekonomi dapat membaik dengan pertumbuhan 0% pada kuartal 3 dan akan pulih kembali di kuartal 4. Ekspektasi ekonomi domestik yang bisa membaik bisa menimbulkan respon positif bagi para investor di pasar.
Dukungan Pasar oleh Bank Sentral Amerika
Selain berita baik dari dalam negeri, ada pula sentimen global yang berpengaruh. Minggu lalu, Bank Sentral Amerika (Federal Reserve) memutuskan untuk melakukan pembelian obligasi korporasi di pasar sekunder. Hal ini bertujuan agar pasar bisa tetap berjalan seperti normal, dan akan menjaga likuiditas pada pasar.
Chairman Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa perjalanan menuju ekonomi benar–benar pulih akan panjang, tapi Bank Sentral Amerika akan mendukung ekonomi sepenuhnya di masa yang sulit ini.
Keputusan Federal Reserve menjadi katalis positif bagi penguatan harga pasar di Amerika Serikat dan juga berimbas pada pasar global, salah satunya IHSG.
Gelombang Kedua Covid-19 yang Menghantui Ekonomi
Isu adanya gelombang kedua COVID-19 jelas sudah diketahui banyak investor. Contoh paling baru adalah di negara asal COVID-19, Cina. Meski pertumbuhan kasus infeksinya sudah sempat mereda, mereka baru saja melakukan lockdown kembali untuk Ibukotanya, Beijing. Ini dilakukan setelah diketahui adanya infeksi yang berasal dari sebuah pasar di sana.
Kejadian semacam ini dikhawatirkan juga mungkin terjadi pada lokasi-lokasi lain di negara manapun. Hal ini membuat pemulihan ekonomi menjadi terhambat, sehingga sebagian investor masih berhati-hati untuk masuk ke pasar. Pemulihan pasar hingga ke level normal pun menjadi terhambat.
Oleh karena itu, sangat disarankan bagi investor untuk tetap memperhatikan dan meminimalisir resiko yang mungkin terjadi dalam pengambilan keputusan investasi yang dilakukan saat ini.
Kamu juga bisa lihat beberapa tips investasi yang bisa diterapkan saat kondisi market yang tidak menentu seperti saat ini. Selengkapnya, klik dibawah ini.