Per akhir minggu lalu, kasus Covid-19 di seluruh dunia hampir mencapai angka 14 juta kasus dan mencatatkan rekor penambahan kasus harian tertinggi yaitu sebesar 248,914. Indonesia sendiri sudah mencapai lebih dari 81 ribu kasus,dan sebentar lagi akan melewati jumlah kasus di Cina. Namun, baik pasar modal global seperti S&P500 maupun domestik (IHSG), belum mengalami guncangan yang serius. Malah, IHSG tetap mampu bertahan di level 5000 lebih pada minggu lalu. Sebenarnya, apa saja isu besar yang mempengaruhi itu semua? Simak selengkapnya di bawah ini.
Berhentinya Bantuan Pemerintah di Amerika
Di Amerika, para pekerja pengangguran selama ini mendapatkan bantuan senilai $600 per minggu untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup. Namun, dalam 1 minggu kedepan, bantuan tersebut sudah dihentikan oleh Pemerintah Amerika. Ini mengancam konsumsi dari banyak warga di Amerika, karena banyak warga memiliki tabungan yang tipis. Mengingat sekitar 70% ekonomi Amerika didorong oleh konsumsi rumah tangga, dihentikannya bantuan tunai bisa membuat ekonomi mereka semakin terpuruk.
Saat ini, pemerintah Amerika sendiri sedang mempertimbangkan apakah akan melanjutkan bantuan tunai tersebut atau tidak. Yang pasti, saat ini tingkat pengangguran masih lebih besar daripada sebelum krisis, dan pembukaan lapangan kerja masih dihantui oleh wabah Covid-19. Kondisi ini akan mengancam fundamental perekonomian dan berpengaruh ke pasar kedepannya.
Keberhasilan Uji Coba Vaksin
Vaksin yang dikembangkan oleh Moderna, suatu perusahaan yang tercatat di bursa saham NASDAQ di Amerika, sudah mulai menunjukkan hasilnya pada percobaan yang dilakukan ke pasien. Percobaan melibatkan 45 pasien, dan 42 orang diantaranya menunjukan produksi antibodi yang bisa menetralisir virus Covid-19. Namun, masih perlu dilakukan tes berikutnya kepada 3000 orang yang sehat untuk memastikan efektifitasnya.
Melihat perkembangan terbaru ini meningkatkan optimisme investor. Ini terlihat dari melambungnya harga saham Moderna. Tentu, bila uji coba berikutnya berhasil, maka memungkinkan untuk memberikan efek lebih besar ke pasar Amerika maupun global. Namun, investor tidak perlu terlalu euforia lebih dahulu karena hasil akhirnya belum diketahui.
Kelanjutan PSBB Mengancam Ekonomi Indonesia
Pada tanggal 15 Juli, baru saja dirilis data neraca perdagangan Indonesia. Selama bulan Juni 2020, Indonesia memiliki surplus neraca dagang sebesar USD 1,27 Miliar; dan bila dihitung dari awal tahun ini sudah surplus sebesar USD 5,5 Miliar. Data ini disumbang dari nilai ekspor dan impor yang keduanya meningkat. Ini merupakan tanda berjalannya aktivitas ekonomi kembali.
Namun, ada hal penting yang perlu diingat. Berdasarkan data dari covid19-projections.com, infeksi baru Covid-19 di Indonesia masih diprediksi meningkat sampai beberapa bulan ke depan. Apabila kasus meningkat, kemungkinan besar PSBB bisa diberlakukan kembali. Hal ini bisa kita lihat dari Ibu Kota Jakarta yang memperpanjang PSBB transisi selama 2 pekan ke depan. Kondisi ini bisa saja terjadi di beberapa daerah lainnya di Indonesia. Inilah hal krusial yang mengancam pemulihan ekonomi kembali, dan juga mengancam pemulihan pasar investasi di Indonesia.
Jadi, meski pasar modal Indonesia belakangan ini mengalami kenaikan, investor perlu mengingat bahwa kondisi ekonomi nyata baik domestik maupun internasional belum membaik secara signifikan. Hal ini menandakan bahwa kondisi pasar tidak selalu sejalan dengan kondisi ekonomi nyata. Jadi, boleh saja masih memiliki investasi yang beresiko seperti reksadana saham, tapi perlu diperhatikan untuk menjaga resikonya dengan menyebar juga ke instrumen yang lebih stabil seperti reksadana obligasi atau pasar uang.