Minggu lalu, Presiden Jokowi menyampaikan, kondisi ekonomi yang dihantui COVID-19 bisa memunculkan peluang-peluang baru untuk Indonesia bertumbuh. Hal ini tentu diharapkan semua orang termasuk para Investor. Namun, masih banyak tantangan yang harus dilewati sebelum semuanya pulih kembali. Seperti apa tantangan domestik dan global yang sedang kita hadapi saat ini?
Ketidakpastian Ekonomi di Pasar Asia
Berdasarkan MSCI World Index, saat ini pasar saham di Asia sudah pulih ke level harga seperti akhir 2019. Artinya, semua penurunan akibat wabah COVID-19 sudah pulih sepenuhnya. Tapi, apakah kenaikan akan berlanjut atau berbalik turun masih sulit untuk ditebak akibat adanya isu positif-negatif
Salah satu isu dari Amerika Serikat, saat ini stimulus ekonomi dari pemerintah Amerika memang terus bergulir, namun angka kasus Covid-19 terus bertambah disertai tingkat pengangguran yang masih lebih tinggi dibandingkan krisis finansial 2008. Hal ini membuat banyak investor masih was – was sehingga berpotensi menahan investasi-nya di pasar.
Selain itu kondisi di Cina juga sangat mempengaruhi pasar Asia. Menurut Bloomberg, output industri di Cina sudah naik 4,8% pada bulan Juli dari setahun yang lalu. Namun kondisi ini tidak disertai peningkatan jumlah belanja retail yang masih turun 1.1%. Kenaikan produksi yang tidak disertai konsumsi masyarakat berpotensi memperlambat pemulihan Cina kedepannya. Ini krusial, mengingat Cina adalah perekonomian terbesar di Asia.
Isu Geopolitik AS-Cina Masih Jadi Sorotan
Seperti yang sudah diberitakan sejak lama, hubungan antara AS dan Cina semakin panas akhir – akhir ini. Sebagai 2 negara yang menopang perekonomian global, retaknya hubungan mereka menjadi salah satu kekhawatiran investor global.
Awalnya hanya perang dagang dimana Amerika mengenakan tarif pada barang asal Cina, tapi saat ini Amerika mulai melarang penggunaan aplikasi asal Cina yaitu TikTok & WeChat. Hal ini mengindikasikan permasalahan yang semakin banyak diantara 2 negara tersebut.
Namun berita baiknya, saat ini Amerika & China masih serius menjalankan trade deal fase 1 untuk memperbaiki hubungan perdagangan. Presiden Amerika, Donald Trump mengatakan bahwa trade deal masih berjalan dengan baik. Mengingat hubungan dagang yang kuat antara kedua negara, trade deal ini menjadi satu – satunya harapan yang menjaga stabilitas hubungan kedua negara.
Guyuran Stimulus Pemerintah RI Lawan Corona
Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia naik lebih dari 12 ribu orang selama sepekan terakhir. Namun yang lebih mengerikan adalah tingkat kepatuhan masyarakat yang masih kurang. Menurut Presiden Jokowi, di pulau Jawa saja hanya 50% masyarakat yang mematuhi menggunakan masker. Kepatuhan yang masih kurang inilah yang mengancam pembatasan sosial lebih lama dan akhirnya memperlambat pemulihan.
Di saat yang sama, pemerintah masih terus menggulirkan stimulus. Setelah adanya bantuan 600 ribu rupiah untuk pekerja dengan gaji di bawah 5 juta, saat ini pemerintah juga menyalurkan kredit murah untuk sektor UMKM. Kredit murah ini memiliki bunga 3 – 6% saja, bahkan ada skema yang bisa bebas bunga untuk pinjaman mikro di bawah 2 juta. Hal ini tentu bisa membantu usaha kecil untuk survive dan menolong masyarakat yang terkena PHK agar bisa memulai usaha.
Bantuan yang diberikan pemerintah itu memang tidak lepas dari penambahan utang negara yang diprediksi menjadi 37% dari PDB Indonesia dari sebelumnya hanya sekitar 30%. Utang ini digunakan untuk menambal defisit APBN Indonesia yang diproyeksikan mencapai 1,039.2 triliun Rupiah. Penambahan utang yang membesar memang jadi mengkhawatirkan.
Namun, kabar baiknya adalah peringkat utang Indonesia tetap mendapat rating stabil dari lembaga pemeringkat Global Fitch Rating. Ini artinya ekonomi Indonesia masih berpeluang stabil pada jangka menengah.
Jadi, di tengah ketidakpastian global akibat kenaikan jumlah kasus Covid-19, kita masih punya harapan kalau ekonomi Indonesia berpeluang untuk pulih, bahkan bisa saja menghindari resesi tahun ini. Investor tidak perlu kehilangan harapan di tengah semua ini, peluang memetik keuntungan investasi itu masih ada ketika perekonomian membaik.