Bibit Weekly Newsletter 25 January 2021: Presiden Baru Amerika, Apa Reaksi Pasar Global?

shutterstock_1898816440.jpg

Pada minggu lalu, terjadi sebuah acara yang bisa menjadi penentu arah ekonomi dunia kedepannya yaitu pelantikan Presiden Amerika yang baru. Presiden Biden diprediksi memiliki arah kebijakan yang lebih tidak proteksionis dibandingkan presiden sebelumnya, dan ini menjadi hal yang positif untuk perekonomian global kedepannya. Meski demikian, pada minggu lalu pasar sempat ditutup melemah, IHSG ditutup di level 6,307.13. Apakah penurunan ini akan berlanjut terus atau sementara saja? Simak selengkapnya disini.

Kondisi AS Mengancam Ketenangan Pasar

  • Setelah masalah politik yang panjang, akhirnya pelantikan presiden Amerika yang baru, Joe Biden pada minggu lalu berlangsung sukses. Ini membawa sedikit ketenangan untuk pasar. Namun, pekerjaan Biden tidaklah mudah mengingat banyaknya masalah yang ditinggalkan oleh mantan presiden Trump.

  • Di saat yang sama, pemulihan ekonomi Amerika masih berjalan lambat. Data menunjukan adanya peningkatan klaim pengangguran pertama yang tertinggi sejak bulan November 2020. Ini artinya lapangan pekerjaan masih belum tersedia seperti normal. Selain itu, kelanjutan vaksinasi juga mengalami perlambatan di beberapa negara bagian akibat kekurangan pengiriman dosis.

  • Kondisi pasar amerika yang diwakili indeks S&P 500 juga sudah mencatatkan rekor tertingginya sepanjang sejarah. Dengan adanya ketidakpastian yang cukup tinggi, tidak sedikit investor yang merasa khawatir dengan kemungkinan kejatuhan pasar kembali. Hal inilah yang perlu diwaspadai.

Bank Indonesia Tahan Suku Bunga

  • Setelah rapat gubernur Bank Indonesia pada minggu lalu, akhirnya diputuskan kalau suku bunga acuan BI tidak akan diturunkan, alias tetap berada di level 3.75%. Hal ini dilakukan karena melihat adanya kenaikan inflasi ke 1.68% di bulan Desember 2020, meski angka ini masih dibawah target 2 – 4%.

  • Penyebab dari masih rendahnya inflasi ini tidak lain adalah konsumsi dari masyarakat yang masih berkurang. Selain itu, BI juga menyebutkan bahwa perbankan Indonesia masih lambat dalam menurunkan bunga kredit, yang juga jadi sebab terbatasnya daya beli masyarakat.

PPKM Belum Bisa Menahan Covid

  • Sejak 11 Januari yang lalu, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) telah dimulai di Ibu Kota serta di seluruh Jawa & Bali. Namun, sepertinya PPKM tersebut belum membuahkan hasil yang baik. Berdasarkan data dari google, rata – rata 7 hari penambahan kasus infeksi masih meningkat dari 9,602 (12 Januari) menjadi 11,701 (20 Januari).

  • Di saat yang sama, PPKM ini semakin menekan usaha retail di kota – kota besar. Menurut CNBC, traffic pengunjung mall turun hingga 32%, akibatnya banyak tenant yang ragu untuk memperpanjang investasi. Ujungnya ini mengancam adanya PHK lebih banyak pada karyawan retail.

  • Dengan PPKM yang akan diperpanjang kembali hingga Februari mendatang, tentu hal ini tidak hanya mengancam pelaku usaha retail tersebut namun bisa lebih luas. Ditambah adanya mutasi Covid yang lebih cepat menular, maka investor perlu lebih waspada terhadap ancaman pada ekonomi kedepannya.