Belajar Memahami Inflasi dari Naiknya Harga Tahu dan Tempe

Beberapa waktu belakangan tahu dan tempe jadi buah bibir karena sejumlah pedagangnya mogok, memutuskan untuk tidak berjualan. Alasannya, karena naiknya harga kedelai sebagai bahan baku, otomatis akan mempengaruhi kenaikan harga tahu dan tempe.

Ya selain harga minyak goreng, dua makanan favorit kebanyakan rakyat Indonesia ini akan naik harganya! 

Berdasarkan kabar yang beredar, harga tahu dan tempe ini akan mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000 ribu atau yang biasanya dijual Rp 5.000 menjadi Rp 6.000. Angapannya Rp 1.000 memang  kecil, tapi kalau dihitung lagi, ada kenaikan hingga 20% untuk tahu dan tempe ini. Padahal, 10 tahun yang lalu, mungkin harga tahu dan tempe di pasar hanya Rp 3.000 saja. Kebayang kan, naiknya sampai berapa persen hingga sekarang?

Kenaikan harga inilah yang disebut inflasi. Berdasarkan keterangan resmi Badan Pusat Statistik (BPS), pengertian inflasi adalah naiknya harga barang dan jasa yang berlangsung secara terus menerus. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa.

Artinya, uang yang kamu miliki 10 tahun yang lalu nilainya akan berbeda dengan saat ini. Sederhananya, uang Rp 3.000 yang kamu punya 10 tahun lalu, tidak akan bisa membeli tahu dan tempe yang sama saat ini.

Cukup paham, kan? Pertanyaan selanjutnya, bagaimana “nasib” uang di bank yang kita tabung? Percuma dong rajin menabung kalau pada akhirnya uang tersebut akan turun terus nilainya di masa yang akan datang karena tergerus inflasi. Bagaimana mengatasinya?

Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah investasi. Dengan berinvestasi, kamu jadi punya “senjata” untuk melawan inflasi karena imbal hasil investasi yang kamu lakukan bisa lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya. Instrumen investasi yang bisa kamu pilih misalnya:

Deposito

Deposito merupakan produk keuangan yang diterbitkan oleh bank, biasanya memiliki return dan tenor yang ditetapkan di awal. Saat ini, rata-rata bunga deposito perbankan sebesar 3%(*) per tahun sebelum pajak. Sehingga deposito bisa menjadi salah satu instrumen investasi yang kamu pilih karena imbal hasilnya lebih besar dari angka inflasi.

Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)

RDPU adalah paket investasi yang isinya merupakan berbagai instrumen investasi jangka pendek di bawah 1 tahun, seperti deposito dan obligasi. Uang yang kamu investasikan di RDPU akan dikelola oleh manajer investasi (MI) yang tentunya sudah dapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adapun imbal hasil RDPU ini ada yang memberikan return sampai 3-5% per Tahun (*). Cukup untuk menjadi senjata mengejar inflasi.

Lebih jauh soal RDPU, instrumen yang satu ini bisa menjadi pilihan kamu dalam berinvestasi karena beberapa alasan. Misalnya, RDPU memiliki risiko rendah, cenderung stabil meningkat, dan memiliki likuiditas tinggi.

Nah, buat kamu investor pemula, RDPU ini cocok banget karena kamu bisa memulai investasi dengan Rp 100 ribu, bahkan Rp 10 ribuan aja, lho! Transaksi pembelian dan penjualan di RDPU juga mudah karena bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Tapi, tetap perhatikan cut off time ya!

Jadi, apakah kamu sudah siap berinvestasi di reksa dana untuk mengalahkan inflasi? Kalau sudah siap, yuk pilih reksa dana pasar uang di aplikasi Bibit kamu!

(*) Disclaimer on: ini merupakan data dari performa masa lalu, belum tentu mencerminkan imbal hasil di masa depan.