Bibit Weekly 20 Januari 2023: Ingat 3 Prinsip ini Supaya Bisa Investasi Sambil Tidur Nyenyak

Investasi nggak hanya sekadar ngobrolin uang saja, tapi hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah psikologi dari investor saat berinvestasi. Apalagi di tengah ketidakpastian pasar yang sering terjadi, psikologis pun rasanya terus teruji. 

Itulah sebabnya sebagai investor kita juga harus bisa mengontrol emosi, mindset, dan bagaimana cara menyikapi kondisi pasar yang terus berubah. Nah, ada tiga hal yang perlu diingat supaya kamu bisa tetap tidur nyenyak saat berinvestasi:

1. Fokus dengan apa yang bisa kita kontrol  

Source: @BrianFeroldi on Twitter

Akan selalu ada peristiwa atau pemberitaan negatif yang menjadi distraksi saat berinvestasi. Misalnya saja saat awal pandemi covid-19 di 2020 dengan pemberitaan dari soal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level di bawah 4.000 sampai dampaknya ke perekonomian. Tak heran membuat banyak investor panik dan keluar dari market. Padahal setelah beberapa bulan kemudian, nyatanya market kembali pulih.

Terus menerus membaca berita negatif memang akan membuat kamu semakin kepikiran dan nggak tenang. Jadi ada baiknya kamu coba untuk fokus dengan hal-hal yang bisa kamu kontrol. Karena sebenarnya fluktuasi di market merupakan hal yang wajar dan semua peristiwa yang terjadi berada di luar kontrol kita. 

Caranya antara lain, kamu bisa coba lebih selektif dalam mengonsumsi media yang dibaca, lebih konsisten berinvestasi, atau fokus dengan tujuan keuangan jangka panjang sehingga tak mudah terpengaruh dengan berita negatif atau fluktuasi yang biasanya bersifat sementara.

2. Kebiasaan nabung rutin membuat market timing menjadi strategi yang tak relevan

Market timing memiliki tujuan membeli aset investasi di harga rendah untuk dijual di harga tinggi sehingga mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Terdengar ideal, tapi kenyataannya sangat sulit dilakukan. Karena tidak ada satu orang pun yang mampu memprediksi pasar secara akurat 100%.

Daripada susah-susah mikirin market timing, ada opsi lebih mudah yang bisa dilakukan, yaitu fokus nabung rutin atau Dollar Cost Averaging (DCA). DCA menjadi strategi investasi dengan cara menginvestasikan sejumlah uang secara rutin. 

Dengan cara ini, kamu bisa terus konsisten investasi jangka panjang tanpa perlu memusingkan naik turunnya harga pasar. Selain itu, dengan DCA kamu akan mendapatkan harga beli rata-rata di tengah naik-turun harga sehingga keuntungan dalam jangka panjang akan lebih optimal.

Yuk lihat contoh penerapan DCA berikut ini! Dari gambar di atas jadi terlihat kan dengan DCA kalau kamu konsisten nabung tiap bulan, nantinya akan mendapat harga beli rata-rata dan uangmu bisa tumbuh dalam jangka panjang!

3. Mengatur mindset, kunci rahasia kesuksesan investasi

“Semua ini tentang mindset”, kalimat ini sempat ramai di jagat sosial media beberapa waktu lalu. Meskipun menjadi guyonan, kalimat tersebut juga bisa kita implementasikan saat berinvestasi lho. Karena dengan mindset yang tepat, kita bisa menyikapi ketidakpastian pasar dengan lebih tenang dan bijak. Yuk perhatikan 2 contoh cases di bawah ini biar makin ada gambaran:

Case 1: Market Turun = “Harga Diskon”

Source: @BrianFeroldi on Twitter

Misalnya nih, di awal 2023 kita melihat bahwa kinerja market sedang turun (bear market). Mungkin banyak investor melihat kondisi ini sebagai hal yang menakutkan dan membuat cemas. 

Tapi dengan mindset yang tepat, kamu bisa melihat situasi bear market ini justru sebagai kesempatan untuk menambah porsi nabung rutin karena harganya yang lagi turun atau “diskon”, sehingga dalam jangka panjang kamu berpotensi mendapat harga beli rata-rata unit reksa dana yang lebih rendah. 

Case 2 “Lihat Situasi dalam Jangka Panjang daripada Jangka Pendek”

Contohnya, ada Adi dan Ida yang mulai berinvestasi dengan nominal yang sama yaitu Rp 1 juta. Di portofolio Adi, pergerakan aset investasinya naik dan akhirnya saat ini totalnya menjadi Rp 1,5 juta. Di sisi lain, aset investasi Ida juga sempat naik dari Rp 1 juta menjadi Rp1,8 juta. Tapi saat ini mengalami penurunan sehingga menjadi Rp1,5 juta.

 Jika dilihat, baik Adi maupun Ida sebenarnya memulai dengan nilai yang sama (Rp1 juta) dan saat ini portofolionya juga bernilai sama (Rp1,5 juta). Namun yang dirasakan Adi mungkin berbeda dengan Ida. Adi pasti merasa senang karena kinerja portofolionya naik terus. Sedangkan Ida bisa jadi merasa panik atau kecewa karena nilai portofolionya turun. 

Psikologis investor sering kali terpengaruh dengan hal-hal yang baru saja terjadi. Mungkin banyak dari kamu yang pernah berada di posisi Ida. Melihat portofolio hari ini merah jadi merasa khawatir ataupun gagal karena kinerjanya kurang baik. Padahal bisa jadi penurunan tersebut bersifat sementara. Dan jika kamu berfokus pada jangka panjang dan tetap konsisten berinvestasi, maka masih ada potensi imbal hasil yang bisa diperoleh di masa depan.

Kamu juga perlu ingat, bahwa selama kamu belum melakukan penjualan terhadap aset investasimu yang sedang rugi, maka kerugian yang ada dalam portofolio artinya masih belum terealisasi alias masih floating loss!

Kesimpulan

Dari ketiga poin tadi, kita belajar bahwa naik-turun dalam market dan aset investasi adalah hal yang wajar dan tidak bisa kita kontrol. Jadi lebih baik, kita fokus pada hal yang bisa kontrol, berorientasi pada tujuan jangka panjang, dan terus konsisten untuk meneruskan kebiasaan nabung rutin. Memiliki mindset yang tepat juga akan membantu kita untuk terus positive thinking di tengah ombang-ambing fluktuasi pasar! 

Semoga setelah membaca ini, kamu bisa makin percaya diri ya untuk terus berinvestasi dan semangat mewujudkan impianmu di masa depan! Stay happy, stay invested!

Writer: Tim Edukasi