US: Weak Job Data and Upcoming Election
Pertumbuhan nonfarm payroll (NFP) di AS tercatat sebesar 12.000 pada Oktober 2024 (vs. September 2024: 223.000), jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi ekonom sebesar 113.000, sekaligus menandai pertumbuhan terlemah sejak Desember 2020.
Pencapaian ini membuat tingkat pengangguran Oktober 2024 tetap di level 4,1% (vs. September 2024: 4,1%), sejalan dengan ekspektasi pasar.
Lemahnya data ketenagakerjaan tersebut meningkatkan ekspektasi market terhadap Fed cut rate. Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas The Fed untuk melakukan pemangkasan sebesar -50 bps hingga akhir 2024 meningkat menjadi 83% (vs. 1 minggu lalu: 69%).
Meski begitu, pasar AS juga didorong oleh dinamika Pilpres AS yang akan berlangsung pada 5/11 dan membuat pasar berfluktuasi. Di dalam banyak survei, Trump dan Kamala bersaing sangat ketat hingga belum ada pemenang pasti. Dalam survei terbaru AtlasIntel, Trump lebih unggul tipis dibanding Kamala dengan dukungan 49% dibandingkan 47%.
Seiring dengan dinamika tersebut, yield obligasi 10Y AS meningkat sebanyak +13 bps WoW. Sementara itu, yield obligasi 10Y Indonesia naik lebih tipis sebesar +3 bps WoW, seiring dengan foreign outflow yang terjadi.
Indonesia: MoM Deflation Has Finally Stopped
BPS mencatat bahwa inflasi indeks harga konsumen Indonesia melandai ke level 1,71% YoY pada Oktober 2024 (vs. September 2024: inflasi 1,84% YoY), sejalan dengan ekspektasi konsensus dan menandai level inflasi terendah sejak Oktober 2021.
Secara bulanan, Indonesia mencatatkan inflasi 0,08% MoM (vs. September 2024: deflasi 0,12% MoM), mengakhiri deflasi bulanan beruntun dalam 5 bulan sebelumnya sekaligus lebih tinggi dibandingkan ekspektasi konsensus yang memperkirakan flat.
Di sisi lain, S&P Global mencatat bahwa Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 49,2 pada Oktober 2024, stabil dalam 2 bulan beruntun dan menandai kontraksi aktivitas pabrik dalam 4 bulan berturut–turut.
Key Takeaways
Investor perlu berhati-hati terhadap ketidakpastian yang dapat timbul dari:
Dalam negeri: Lemahnya aktivitas manufaktur dan laju inflasi yang cenderung landai dapat menjadi indikasi lemahnya daya beli masyarakat dan ekonomi.
Luar negeri: Hasil laporan ketenagakerjaan AS yang lemah dan meningkatnya probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed pada akhir 2024, ditambah dinamika Pilpres AS yang akan berlangsung pada 5/11 waktu setempat.
Untuk mengantisipasi ketidakpastian ini, investor dapat mempertimbangkan obligasi jangka pendek sebagai opsi yang relatif stabil. Kami menilai Obligasi PBS032, yang memiliki jatuh tempo kurang dari 2 tahun lagi, menawarkan risiko rendah dan potensi imbal hasil yang relatif menarik.
Market Update
Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.
ST013 Segera Terbit! Jadi SBN Retail Terakhir di 2024
Selain Obligasi FR, ada juga SBN Retail Syariah seri Sukuk Tabungan (ST013) yang akan terbit pada 8 November 2024 (15.00 WIB). ST013 memiliki imbal hasil dengan skema floating with floor: yang bisa naik jika suku bunga naik, tapi tidak akan turun dari return yang sudah ditentukan!