Bibit Weekly Update: Kekhawatiran Resesi AS dan Realisasi APBN 2M25

Probabilitas Resesi AS Naik dan Inflasi AS Melandai

  • Kepala Ekonom di Moody's Analytics, Mark Zandi, mengatakan bahwa pihaknya menaikkan probabilitas resesi AS dari 15% menjadi 35%. Sementara itu, Kepala Ekonom J.P. Morgan, Bruce Kasman, mengatakan bahwa pihaknya meningkatkan peluang resesi dari 30% menjadi sekitar 40%.

  • CME FedWatch Tool mencatatkan probabilitas pemangkasan suku bunga lebih dari 50 bps hingga akhir 2025 naik ke level 65,8% per Rabu (12/3) dari 60,9% pada pekan lalu. Namun, probabilitas ini menurun ke level 52,5% per Senin (17/3).  

  • Inflasi indeks harga konsumen (IHK) AS melandai ke level 2,8% YoY pada Februari 2025, di bawah ekspektasi konsensus di level 2,9% YoY. Sementara itu, inflasi inti melandai ke level 3,1% YoY dan 0,2% MoM, di bawah ekspektasi konsensus yang memperkirakan di level 3,2% YoY dan 0,3% MoM, sekaligus menandai inflasi inti secara tahunan yang terendah sejak April 2021.

Dinamika Trade War Berlanjut 

  • Presiden AS, Donald Trump, sempat mengancam untuk menggandakan tarif impor untuk baju dan aluminium asal Kanada menjadi 50% pada Selasa (11/3) sebelum membatalkan pernyataan tersebut beberapa jam kemudian.

  • Sementara itu, Kanada mengumumkan tarif balasan sebesar 25% untuk impor AS senilai 20,7 miliar dolar AS pada Rabu (12/3), yang akan berlaku per Kamis (13/3).

  • Adapun Uni Eropa mengumumkan rencana menerapkan tarif balasan terhadap impor AS senilai 28 miliar dolar AS pada Rabu (12/3).Tarif impor akan diberlakukan secara penuh per 13 April 2025, tetapi mereka tetap terbuka untuk negosiasi.

Realisasi APBN 2M25: Penerimaan Melambat dan Defisit 0,13%

  • Penerimaan pajak bruto selama 2M25 melambat (-20,8% YoY) akibat penurunan harga komoditas.

  • Penurunan penerimaan pajak juga dikaitkan dengan faktor administrasi pajak, seperti implementasi kebijakan Tarif Efektif Rata–rata (TER) untuk PPh 21 dan relaksasi pembayaran PPN dalam negeri hingga 10 Maret 2025 untuk pelaporan pajak.

  • Defisit APBN pada 2025 datang lebih awal dari biasanya, menyentuh level 0,13% terhadap PDB. Ini merupakan pertama kali APBN mencetak defisit pada 2 bulan awal tahun berjalan sejak 2021.

Key Takeaways

Pasar saham terus bergerak volatil mengikuti perkembangan trade war dan update data perekonomian global maupun nasional. Sementara itu, pasar obligasi relatif stabil dengan outflow dan perubahan yield obligasi jangka panjang yang cukup rendah. 

Indonesia dijadwalkan akan menetapkan kebijakan pemangkasan suku bunga berikutnya pada Rabu (19/3), di mana 8 dari 25 ekonom di Bloomberg mengekspektasikan cut, sementara sisanya mengekspektasikan hold. Sementara itu, The Fed akan menggelar pertemuan FOMC pada Rabu (20/3) waktu setempat dengan CME Fedwatch mencatatkan probabilitas suku bunga akan hold sebesar 99%.

Di tengah volatilitas pasar, investor dapat mengelola risiko dengan mempertimbangkan produk seperti SBN Retail floating with floor seri ST014 yang dapat memberi return yang baik dan mengurangi volatilitas portofolio. ST014 bisa dibeli di Bibit hingga 16 April 2025. 

  • Imbal hasil bisa naik jika suku bunga acuan (BI Rate) naik. Tetapi jika terjadi penurunan suku bunga, imbal hasil tidak akan turun di bawah imbal hasil minimalnya (floor).

  • Imbal hasil cair setiap bulan tanggal 10, jadi sumber passive income yang rutin. 

Market Update

Sumber: Bloomberg per 14 Maret 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 13 Maret 2025

Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.