Reksa Dana Indeks merupakan reksa dana yang dikelola untuk memperoleh hasil investasi menyerupai suatu indeks acuannya. Indeks sendiri adalah ukuran pergerakan harga dari sekelompok saham atau obligasi yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan dievaluasi secara berkala.
Jadi saat memilih untuk investasi di Reksa Dana Indeks, sebaiknya kita juga sudah harus tau indeks apa yang digunakan sebagai acuannya! Nah, ada berbagai indeks dalam pasar modal. Beberapa indeks yang digunakan sebagai acuan bagi produk Reksa Dana Indeks di Bibit adalah sebagai berikut:
IDX30
Indeks yang mengukur kinerja dari 30 saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. IDX30 menjadi indeks yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI melakukan evaluasi minor dan mayor terhadap saham-saham dalam indeks IDX30 setiap 3 dan 6 bulan.
Untuk periode Agustus 2022 sampai Januari 2023, beberapa emiten saham yang masuk dalam IDX30 antara lain BBCA, ASII, GOTO, ICBP, UNVR, BUKA, ARTO, ADRO, ANTM, dan INCO.
SRI-KEHATI
Diterbitkan oleh Yayasan KEHATI, indeks ini berisi 25 saham perusahaan yang tercatat di BEI dengan kriteria kinerja baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan atau biasa disebut dengan Sustainable and Responsible Investment (SRI). SRI-KEHATI ditinjau ulang dan diperbarui dua kali setahun, yaitu pada bulan Mei dan November.
Pada periode Desember 2022-Mei 2023, beberapa saham yang terdaftar dalam indeks SRI-KEHATI antara lain, BBRI, TLKM, BBCA, AALI, JPFA, UNTR, SIDO, KLBF, WIKA, dan BBRI.
JII
JII atau Jakarta Islamic Index adalah indeks yang berisikan 30 saham syariah (sesuai dengan Daftar Efek Syariah/DES) yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi. BEI akan menentukan dan seleksi saham syariah yang masuk ke dalam JII tiap 6 bulan sekali dalam setahun.
Untuk periode Desember 2022 - Mei 2023, beberapa saham yang termasuk dalam JII antara lain PGAS, ANTM, BRIS, TLKM, HRUM, INCO, EXCL, AKRA, MTEL, PTBA.
FTSE Indonesia ESG
Indeks FTSE Indonesia ESG adalah indeks harga saham yang dihitung dan dipublikasikan oleh FTSE Russell (lembaga internasional yang melakukan penilaian dan pembobotan terhadap indeks). Indeks ini terdiri dari saham perusahaan yang tercatat di BEI dan dipilih berdasarkan kriteria pemilihan yang telah ditetapkan oleh FTSE Russell, dengan tolok ukur berbasis wawasan lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environment, Social, and Governance/ESG). Indeks ini dievaluasi setiap setahun sekali pada bulan Maret.
Berdasarkan Factsheet FTSE Indonesia ESG Index per November 2022, 10 Top saham berada dalam indeks ini adalah ADRO, ASII, BMRI, BBCA, BBNI, BBRI, EMTK, TLKM, UNVR, UNTR.
iBoxx ABF Indonesia Index
iBoxx ABF Indonesia sebagai indeks acuan yang menggambarkan kinerja semua obligasi pemerintah Indonesia yang belum jatuh tempo (mature). Ibaratnya, kalau di saham seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks ini disusun dan diukur oleh iBOXX yang merupakan bagian dari Markit Group Limited. Secara spesifik, obligasi pemerintah yang masuk dalam indeks ini adalah:
Berdenominasi Rupiah
Hanya khusus Obligasi Pemerintah (konvensional atau sukuk)
Minimum outstanding tiap obligasi sebesar Rp 2T
Minimum time to maturity (jatuh tempo) 1 tahun
Cara Kerja Reksa Dana Indeks
Secara historis, kinerja Reksa Dana Indeks akan senada dengan indeks yang dijadikan sebagai acuannya. Agar lebih mudah memahaminya, simak contoh berikut ini.
Apabila indeks acuan meningkat sebesar 1%, maka Reksa Dana Indeks juga akan memiliki tingkat kenaikan yang tidak jauh berbeda, atau bahkan hampir sama.
Ketika nilainya flat atau tetap, maka pergerakan Reksa Dana Indeks tersebut pun bakal tetap stagnan atau bergerak tetap.
Sebaliknya, jika terjadi penurunan pada indeks acuan sebesar 1%, maka performa Reksa Dana Indeks juga akan menurun dengan persentase yang mirip, atau hampir sama.
Kenapa Investasi di Reksa Dana Indeks?
1. Biaya pengelolaan relatif rendah
Reksa Dana Indeks dikelola secara pasif, yang berarti manajer investasi (MI) tidak banyak melakukan transaksi dalam pengelolaan portofolio dan tidak butuh banyak tenaga analyst untuk menganalisis aset yang akan dibeli. Hal ini membuat biaya pengelolaan reksa dana alias management fee jadi lebih efisien dan relatif rendah dibandingkan reksa dana yang dikelola secara aktif.
2. Lebih bisa diukur
Reksa Dana Indeks lebih terukur karena pilihan aset dalam reksa dana mengacu pada indeks. Sehingga kita hanya perlu memperhatikan pergerakan kinerja indeks. Berbeda dengan reksa dana saham yang dikelola aktif karena kinerjanya mengandalkan strategi dan analisis tiap MI dan pastinya setiap MI memiliki strategi yang bervariasi.
3. Tidak perlu mengkhawatirkan pemilihan aset
Ini karena komposisi Reksa Dana Indeks mengikuti indeks yang menjadi acuannya. Jadi kita bisa bisa tahu apa yang menjadi pilihan saham atau aset obligasi berdasarkan indeksnya. Selain itu, indeks akan ditinjau secara berkala, sehingga jika ada perubahan kualitas fundamental dari saham-saham dalam indeks, akan dapat diganti.
4. Profil risiko bisa disesuaikan
Kita sebagai investor dapat menyesuaikan profil risiko berdasarkan indeks yang dipilih karena setiap indeks ditetapkan dengan kriteria masing-masing. Misalnya JII yang mengukur 30 saham syariah dengan kinerja keuangan yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi. Saat mengenal kriteria indeksnya, kita jadi memiliki gambaran terhadap aset yang ada dalam reksa dana indeks serta risiko investasi di dalamnya. Pada akhirnya, kita bisa menyesuaikan dengan profil risiko.
Bagaimana Jika Kinerja Indeks Acuan Tertekan?
Berkaca dari kejadian saat beberapa indeks unggulan seperti IDX30 dan LQ45 tertekan akibat koreksi saham di sektor teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa performa reksa dana indeks juga menjadi kurang optimal. Koreksi jangka pendek inilah yang harus siap dihadapi investor, pasalnya Manajer Investasi cenderung tidak sebebas investor individual untuk melakukan switching komposisi portofolio.
Namun demikian, hal yang wajib diingat adalah Reksa Dana Indeks sudah terdiversifikasi, baik dari segi komposisinya maupun porsi alokasinya. Itulah kenapa walaupun ada satu saham dalam indeks yang tertekan, masih ada saham-saham lain yang bisa menopang. Sehingga jangka panjang, kinerja reksa dana indeks masih tetap dapat bertumbuh.
inilah sebabnya, Reksa Dana Indeks bisa menjadi alternatif untuk investasi jangka menengah hingga panjang misalnya di atas 5 tahun. Selain itu, reksa dana indeks juga bisa menjadi pilihan bagi investor yang tidak ingin terlalu memusingkan strategi investasi serta pemilihan aset oleh MI, karena semua mengikuti indeks acuannya. Jadi, apakah kamu tertarik berinvestasi di reksa dana indeks?