IHSG menunjukkan pemulihan yang cukup signifikan dengan menguat +19% dari level terendahnya pada 9 April 2025 ke level 7.095 per 20 Mei 2025. Dengan pemulihan ini, secara YTD IHSG relatif flat (+0,21%), meskipun masih berjarak -10% dari level tertingginya di 7.905 yang dicatatkan pada 19 September 2024.
Pemulihan ini sendiri didorong oleh faktor eksternal maupun internal.
Dari eksternal, market global pulih seiring de-eskalasi perang dagang, terutama antara AS dan China yang membuat sentimen market kembali menjadi risk-on.
Sementara itu, dari internal, terdapat sentimen peningkatan porsi saham BPJS-TK, Danantara sebagai liquidity provider, dan buybacks oleh pengendali, direksi, dan emiten.
Faktor Eksternal
De-eskalasi Perang Dagang dan Penguatan Rupiah
Pada 12 Mei 2025, AS dan China mengumumkan kesepakatan perdagangan sementara di mana kedua negara memangkas tarif impor sebanyak 115% selama setidaknya 90 hari. China akan memangkas tarif impor produk AS dari 125% menjadi 10%, sementara AS menurunkan tarif produk China dari 145% menjadi 30%.
Meskipun masih bersifat sementara, kesepakatan dagang ini diperkirakan berdampak positif terhadap prospek perekonomian global termasuk AS. Goldman Sachs pada 12 Mei 2025 memangkas proyeksi resesi AS dari 45% menjadi 35%, sekaligus merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 AS dari 0,5% menjadi 1%.
Prospek perekonomian global yang lebih baik juga memberikan sentimen positif terhadap Rupiah. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS telah menguat ke level Rp16.415 per 20 Mei 2025 setelah sempat melemah hingga Rp16.870 pada 24 April 2025, setara dengan kenaikan +2,7%.
Bloomberg melaporkan bahwa sejumlah analis memperkirakan tren penguatan rupiah akan terus berlanjut. TD Securities memproyeksikan rupiah berpotensi menguat lebih dari +4% pada 4Q25 dibandingkan penutupan Jumat (16/5) di level Rp16.440. Sementara itu, Citigroup Global Markets memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat ke kisaran Rp16.000 pada 2026. ING Financial Markets memiliki proyeksi paling bullish, dengan memperkirakan rupiah akan terapresiasi hingga ke level Rp15.200 pada akhir 2025.
Foreign Kembali Catatkan Inflow ke IHSG
Membaiknya sentimen global seiring de-eskalasi perang dagang juga mendorong kembali masuknya investor asing ke IHSG. Pada 14 Mei 2025, IHSG mencatatkan net foreign inflow sebesar Rp2,7 T, yang menandai foreign inflow harian tertinggi setidaknya sejak awal 2025. Sejak pengumuman kesepakatan dagang AS dan China pada 12 Mei hingga 20 Mei 2025, IHSG telah mencatatkan net foreign inflow sebesar Rp5,3 T. Tren inflow pada bulan Mei 2025 ini berpotensi mengakhiri tren foreign outflow selama 7 bulan berturut-turut.
Faktor Internal
BPJS-TK dan Danantara
Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan (BPJS-TK), Edwin Ridwan, mengatakan bahwa pihaknya berencana menggandakan porsi saham lokal dalam portofolionya dari 10% hingga 20% dari assets under management (AUM) dalam 3 tahun ke depan. Edwin mengatakan bahwa pihaknya telah meningkatkan investasi di pasar saham secara bertahap — khususnya pada saham-saham big cap - sejak penurunan IHSG pada bulan Maret-April 2025.
Per akhir 2024, BPJS-TK mengelola dana investasi senilai Rp791 T dan merupakan investor institusional terbesar di Indonesia. Dari dana tersebut, sekitar ~Rp80 T ditempatkan di pasar saham secara langsung atau melalui reksa dana.
Sementara itu, Chief Investment Officer BPI Danantara, Pandu Sjahrir, menyatakan kesiapan Danantara untuk menjadi liquidity provider di pasar modal Indonesia. Pernyataan ini menyusul koordinasi dengan OJK yang ingin mendorong investasi lebih besar dari lembaga keuangan milik pemerintah. Pandu menambahkan bahwa Danantara tengah mengkaji rencana penempatan dana dari setoran dividen yang diterima pada akhir April 2025.
Buybacks Pengendali, Direksi dan Emiten
Sejumlah emiten mengumumkan rencana buyback saham menyusul relaksasi OJK di mana buyback dapat dilakukan tanpa persetujuan RUPS, sebagai respon terhadap volatilitas pasar modal. Kebijakan ini berlaku selama 6 bulan sejak 18 Maret 2025. Sebelumnya, sejumlah direksi dan pengendali perusahaan telah melakukan aksi buyback.
Sumber: Bibit Research, data per 20 Mei 2025.
What To Do
Meskipun dalam jangka pendek terdapat potensi profit-taking seiring kenaikan signifikan IHSG, namun kami menilai puncak ketidakpastian terkait perang dagang (policy uncertainty) telah terlewati. Oleh karena itu, kami menilai investor dapat tetap stay invested dengan setiap potensi koreksi dapat digunakan untuk mengakumulasi.
Kami melihat IHSG masih memiliki ruang untuk melanjutkan pemulihan seiring 1) prospek kelanjutan penguatan Rupiah dan 2) outlook pemangkasan suku bunga di tengah 3) tren kembalinya foreign inflow ke IHSG yang masih cukup dini. Faktor-faktor ini menjadi faktor kunci yang perlu diperhatikan oleh investor termasuk eksekusi program pemerintah.
Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten hanya untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi jual/beli saham. Always do your own research.