IHSG Selalu Bangkit Usai Terhantam Market Crash

Resesi sepertinya makin akrab di telinga masyarakat beberapa bulan terakhir. Bagaimana tidak? Lembaga internasional, pejabat pemerintahan, hingga pengusaha terus berbicara mengenai potensi resesi global tahun depan. Ibarat kata, resesi sudah jadi bahan gosip sehari-hari yang digosok makin ‘syip’.

Stockbit pun akan ikut mengulas resesi dalam 3 bagian, agar para investor bisa mempelajari resesi lebih komprehensif dari berbagai sisi. Tulisan ini merupakan bagian 1 dari 3 episode yang akan meluncur. Simak terus di Stockbit!

Resesi kadang bikin orang khawatir untuk investasi saham karena takut rugi. Orang-orang berbondong-bondong untuk memperkirakan crash IHSG karena potensi resesi di 2023. Namun, market crash bukan sesuatu yang perlu ditakuti berlebihan. Pasalnya, IHSG dan pasar saham global selalu bangkit (rebound) ketika situasi ekonomi mulai membaik, bahkan sebelum data membaiknya ekonomi tersebut keluar.

Di sisi lain, banyak investor yang juga menunggu momen market crash untuk membeli saham dengan harga murah. Lalu, meraup banyak untung ketika IHSG mulai bangkit ke zona hijau. Kendati begitu, tak pernah ada yang tahu secara pasti bagaimana pergerakan pasar saham ke depan. Semua hanya bisa memprediksi. Untuk itu, strategi investasi rutin atau Dollar Cost Averaging (DCA) adalah salah satu pilihan strategi terbaik untuk berinvestasi.

DCA adalah metode sederhana di mana investor menginvestasikan jumlah uang yang sama setiap bulan atau minggu. Strategi ini akan membantu investor disiplin untuk membeli saham lebih banyak saat harga turun dan beli lebih sedikit saat harga naik. Hal ini dilakukan agar investor tak kelewatan momentum karena pasar bisa berbalik arah kapan saja, dari positif menjadi negatif, begitu juga sebaliknya.

Masih penasaran gimana sebenarnya pola gerak IHSG sejak krisis 1997 silam? 

Secara historis, IHSG terbukti selalu berhasil bangkit alias rebound dari market crash. Bahkan, IHSG beberapa kali jeblok ketika resesi belum benar-benar terjadi seperti pada 2020 lalu. Hal ini terjadi karena market selalu bersikap forward looking mechanism atau melihat potensi ke depan. 

Dengan kata lain, market biasanya memanfaatkan momentum dengan melakukan akumulasi beli atau membeli saham secara bertahap sebelum ekonomi benar-benar resesi. Jika membeli saat ekonomi resesi, maka kamu berpotensi ketinggalan momentum beli di harga murah.

Maka dari itu, skema DCA menjadi salah satu pilihan yang terbaik dalam berinvestasi agar tidak ketinggalan momentum ‘diskon’ ketika market sedang turun karena perkiraan keadaan ekonomi memburuk. 

Berkaca dengan tren pergerakan IHSG, berarti kamu nggak perlu khawatir untuk investasi Reksa Dana Saham (RDS) meski market sedang crash. Pasalnya, IHSG selalu bangkit saat ekonomi mulai membaik.

Ketika IHSG bangkit, artinya return Reksa Dana Saham juga akan kembali meningkat. Return Reksa Dana Saham bergantung dengan pergerakan IHSG karena 80% aset ditempatkan di pasar saham.