IMF Sebut Ada Risiko Resesi Global, Inilah Saatnya Menyiapkan Dana Darurat!

Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) baru saja menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Alasannya, ada risiko resesi global akibat konflik geopolitik (perang Rusia-Ukraina) yang menjadi efek domino atas terjadinya inflasi atau kenaikan harga tinggi yang terjadi di berbagai negara. 

IMF memang sempat bilang mengatakan Indonesia aman dari ancaman resesi global karena kinerja ekonomi domestik yang membaik. Namun bukan berarti Indonesia terlepas dari dampak ketidakpastian ekonomi dunia. Apalagi tercatat angka inflasi yang terjadi di Indonesia mencapai 4,35% pada Juni 2022, menjadi level tertinggi sejak 2017. 

Mungkin berita ini terdengar kurang relatable dengan kehidupan sehari-hari kamu. Tapi secara nggak langsung, kita juga turut merasakan lho! Seperti kenaikan harga barang ketika sedang belanja untuk kebutuhanmu. Oleh karenanya, salah satu hal yang perlu kamu siapkan adalah dengan cara menyisihkan dana darurat! Nggak mau kan, saat keadaan darurat kamu tidak punya dana untuk mengantisipasinya, terlebih di tengah harga kebutuhan dan barang yang semakin melambung.

Berapa yang Harus Dikumpulkan untuk Dana Darurat?

Dana darurat adalah dana yang disediakan untuk menghadapi keadaan darurat. Misalnya seperti terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sakit/kecelakaan, gadget untuk kerja rusak, dan lainnya. Makanya, dana darurat menjadi penting agar saat situasi mendesak terjadi, kita tidak perlu bingung mencari dana bahkan sampai berutang, dan juga bisa merasa lebih tenang.

Mengutip dari Otoritas Jasa Keuangan, besaran dana yang perlu dikumpulkan bisa dilihat dari status seseorang. Dalam artian, apakah seseorang single atau berkeluarga dan memiliki tanggungan. Berikut ini rinciannya: 

Perhitungan jumlah dana darurat yang perlu dikumpulkan

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah tanggungan, tentu saja jumlah dana darurat yang dikumpulkan akan semakin besar. Misalkan penghasilan bulanan kamu adalah Rp 7 juta per bulan. Jika kamu single, maka perlu mengumpulkan Rp 21-42 juta untuk dana darurat. Namun jika kamu sudah berkeluarga dengan pasangan dan anak, maka perlu mengumpulkan Rp 42-84 juta untuk dana darurat.

Tapi kamu juga bisa kok mengumpulkannya bukan berdasarkan penghasilan, melainkan pengeluaran per bulan. Angka acuan 3, 6, sampai 12 kali pengeluaran atau penghasilan pun dapat kamu sesuaikan sendiri. Karena pastinya, setiap orang memiliki kebutuhan dan preferensi yang berbeda. Jadi atur saja dengan keperluan serta budget kamu ya!

Cara Menyiapkan Dana Darurat 

Kalau sudah tahu target dana yang ingin dikumpulkan untuk dana darurat berdasarkan tabel di atas tadi, sekarang kita perlu cari cara mengumpulkannya. Kamu bisa menghitung berdasarkan target jumlah dana darurat dan target waktu kamu. 

Namun jika kamu merasa target dana terlalu besar, kamu bisa coba buat target dana yang lebih kecil. Misalnya dari target awal ingin mengumpulkan dana darurat sebesar 6 bulan penghasilan, kamu ubah menjadi 3 bulan penghasilan. Jadi setelah target yang lebih kecil terpenuhi, kamu bisa melanjutkannya lagi ke target dana yang lebih besar.

Contoh Kasus: 

Karissa seorang single yang punya penghasilan Rp 5 juta. Awalnya, Karissa ingin mengumpulkan dana darurat sebanyak 6 kali penghasilan atau sebesar Rp 30 juta. Namun karena merasa jumlah target tersebut terlalu besar, Karissa memutuskan untuk membuat target yang lebih kecil, yakni 3 kali penghasilan bulanan. Sehingga yang menjadi target dana saat ini sebesar Rp 15 juta. 

Kemudian, Karissa ingin mengumpulkan Rp 15 juta tersebut dalam setahun. Maka perhitungannya sebagai berikut: 

Dari perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa Karissa perlu menyisihkan Rp 1.250.000 setiap bulannya untuk menabung dana darurat.

Nah, supaya bisa tercapai dan on track sesuai target, strategi ampuhnya adalah dengan melakukan nabung rutin! Jadi kamu harus konsisten menyisihkan uang setiap bulan secara rutin untuk nabung mengumpulkan dana darurat. 

Akan tetapi, tak jarang juga nih ada orang yang kesulitan untuk konsisten nabung rutin. Uangnya sudah terpakai untuk hal lain, sehingga lupa untuk nabung. Akibatnya, tujuan keuangan jadi tidak tercapai sesuai target waktu.

Tapi tenang saja, karena di Aplikasi Bibit, kamu dapat menggunakan fitur Nabung Rutin dengan Jago Autodebit untuk bantu nabung dana darurat! Kamu bisa atur nominal nabung dan jadwal nabung rutinmu. Jadi saat waktunya nabung, dana kamu akan otomatis teralokasi (autodebit) untuk nabung rutin. Pastinya bikin kamu disiplin buat melakukan nabung rutin dan juga praktis! 

Pilih Instrumen untuk Nabung dan Simpan Dana Darurat 

Pada dasarnya, dana darurat harus disimpan di instrumen keuangan yang yang bersifat aman, mudah diakses, dan likuid atau mudah dicairkan. Kalau kamu nabungnya lewat Aplikasi Bibit, kamu bisa pilih Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)! Soalnya RDPU merupakan salah satu instrumen yang rendah risiko dan juga memiliki likuiditas tinggi dibandingkan jenis reksa dana lainnya!

Apalagi saat ini, di Bibit ada fitur Instant Redemption alias Pencairan Instan yang memungkinkan kamu untuk mencairkan reksa dana dalam waktu hitungan detik saja! Jangan lupa cari tahu detail hingga ketentuan fitur ini dengan klik di sini ya!

Writer: Catharina Kania A.