Investor kerap memperhatikan data makroekonomi untuk menentukan investasi. Ini karena data-data tersebut juga mempengaruhi pergerakan pasar dan investasi.
Simak update hingga dampaknya ke investasi ke depan berikut ini!
Indonesia: Inflasi Melandai, Masih Sesuai Target BI
Badan Pusat Statistik catat inflasi indeks harga konsumen di Indonesia per Desember 2023 melandai ke level 2,61% YoY (vs. November 2023: 2,86% YoY).
Angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi konsensus di 2,72% YoY. Realisasi tersebut sesuai dengan target inflasi dari Bank Indonesia di level 2–4%.
Secara bulanan, inflasi Desember 2023 capai 0,41% MoM (vs. November 2023: 0,38% MoM), lebih rendah dari ekspektasi konsensus di 0,5% MoM namun menandai inflasi bulanan tertinggi dalam 12 bulan terakhir.
Angka inflasi di bawah ekspektasi memberikan ruang lebih besar bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan.
Amerika Serikat: Inflasi Naik, di Atas Konsensus
AS mencatatkan inflasi tahunan sebesar +3,4% YoY pada Desember 2023 (vs. Nov 2023: 3,1% YoY), di atas ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi sebesar 3,2% YoY.
Hal ini menandakan bahwa perjalanan The Fed untuk menekan inflasi ke target 2% belum selesai.
Secara bulanan, inflasi di AS mencapai 0,3% MoM (vs. Nov 2023: 0,1% YoY), di atas ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi 0,2% MoM.
Market masih mengekspektasikan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada Maret 2024, dengan probabilitasnya mencapai 70% menurut analisis dari CME Group.
Sebelumnya pada November 2023, The Fed memperkirakan bahwa suku bunga pada akhir 2024 akan berada di level 4,6%, mengindikasikan pemangkasan sebanyak 75 bps di tahun ini.
Bagaimana Dampaknya ke Aset Investasi?
Harga Obligasi Naik, Ada Potensi Capital Gain
Pemangkasan suku bunga acuan dapat diikuti dengan penurunan yield obligasi dan harga obligasi pun terdorong naik.
Obligasi FR jangka panjang bisa dipertimbangkan jika investor mencari potensi capital gain dari kenaikan harga. Sebab Obligasi FR jangka panjang lebih sensitif terhadap pergerakan suku bunga.
Kamu juga bisa kunci yield (kepastian return) jika yield dirasa sudah menarik untuk di-hold hingga jatuh tempo.
Performa Reksa Dana Obligasi Berpotensi Meningkat
Pemangkasan suku bunga dapat diikuti dengan kenaikan harga obligasi pada underlying asset reksa dana tersebut. Maka performa Reksa Dana Obligasi juga berpotensi meningkat.
Investor dapat menerapkan strategi nabung rutin dalam jangka panjang di tengah fluktuasi harga. Saat ada koreksi harga, maka kamu akan peroleh jumlah unit yang lebih banyak dan dalam jangka panjang potensi return menjadi optimal.
Sentimen Positif untuk Sektor Saham yang Sensitif Pergerakan Suku Bunga
Pemangkasan suku bunga dapat memberikan dampak positif terhadap sektor-sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti:
Perbankan: cost of fund yang lebih rendah dapat meningkatkan Net Interest Margin.
Properti: bunga KPR yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan properti. Selain itu, studi yang kami lakukan juga menemukan bahwa harga saham emiten-emiten properti cenderung naik ketika suku bunga sudah mencapai puncaknya dan mulai dipangkas. Simak analisisnya dalam Mini Unboxing Properti.
Teknologi: pendanaan investor yang lebih mudah dari suku bunga yang lebih rendah.
Mulai diversifikasi investasi ke saham untuk mendapatkan potensi imbal hasil yang lebih maksimal.
Key Takeaway
Data ekonomi yang mendukung narasi penurunan suku bunga masih bervariasi, sehingga akan tetap ada volatilitas di pasar obligasi. Oleh karena itu:
Nabung rutin (DCA) tetap menjadi strategi investasi terbaik untuk Reksa Dana Obligasi.
Sedangkan untuk Obligasi FR, manfaatkan kesempatan untuk mengunci yield FR lebih tinggi di level yang sudah menarik bagi investor.
Diversifikasi ke Saham untuk jangka panjang agar bisa mendapatkan potensi return maksimal.
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual aset investasi tertentu. Always do your own research.