Market Update: Dampak Kebijakan Tarif Trump Terhadap Pasar Global hingga Aset Investasi

Pekan lalu menjadi periode yang penuh tantangan bagi pasar global. Ini dipicu oleh pengumuman tarif global dari Presiden AS, Donald Trump, yang disebut sebagai “Liberation Day.” 

Pada Rabu (2/4), Trump memberlakukan tarif dasar sebesar 10% untuk semua impor AS, dengan tarif yang lebih tinggi terhadap mitra dagang utama, seperti 54% untuk China, 46% untuk Vietnam, dan 32% untuk Indonesia. Sejak pengumuman tersebut, pasar saham AS terkoreksi signifikan, dengan S&P 500 dan Nasdaq ditutup melemah -10,7% dan -11,4% pada periode 2–7 April 2025.

Pasca libur bursa Idulfitri 28 Maret–7 April, IHSG sempat anjlok pada pembukaan market 8 April 2025 di level -9,19% sebelum membaik dan ditutup di level -7,71% pada akhir sesi I.

Lalu bagaimana dampaknya bagi investasi kamu di Indonesia? Baca penjelasannya berikut ini! 

Ada Apa dengan Kebijakan Tarif Trump?

  • Kebijakan tarif baru ditujukan untuk melindungi industri AS, namun menimbulkan gejolak pada pasar global. 

  • China sendiri telah mengumumkan tarif balasan sebesar 34% untuk impor AS, dengan para ahli memperingatkan adanya potensi kenaikan harga di atas pertumbuhan ekonomi global yang melambat. 

  • Ketua The Fed, Jerome Powell, juga mengatakan bahwa hal ini dapat memicu inflasi dan melemahkan aktivitas ekonomi. Pelemahan dua hari terbesar indeks saham S&P 500 sejak 2020 mencerminkan kekhawatiran ini, menghapus triliunan rupiah dari nilai pasar.  

Bagi Indonesia, dampaknya tidak begitu langsung tetapi tetap signifikan. Ekspor utama ke AS—seperti mesin dan elektronik, pakaian, serta sepatu—berpotensi dikenai biaya lebih tinggi, sehingga berdampak terhadap perusahaan berorientasi ekspor.  

Apa Dampaknya ke Aset Investasi? 

  • Saham & Reksa Dana Saham: Secara jangka pendek, IHSG akan melihat sentimen negatif. Perusahaan yang bergantung pada ekspor—seperti manufaktur dan komoditas—dapat menghadapi tekanan jika tarif balasan berlanjut dan permintaan AS serta pertumbuhan global melemah. Adapun dalam jangka menengah, Indonesia memiliki peluang untuk merebut pangsa pasar ekspor seiring berubahnya dinamika manufaktur dan perdagangan global.  

  • SBN, Obligasi FR & Reksa Dana Obligasi: Meskipun pasar saham AS turun signifikan, yield obligasi jangka pendek AS (<1 tahun) turun dari >4% menjadi ~3,8%. Penurunan ini juga dapat mendorong naik harga obligasi Indonesia. Namun, mengingat ketidakpastian ekonomi global, investor dapat mempertimbangkan obligasi jangka pendek yang volatilitasnya lebih rendah, seperti Obligasi FR PBS003 dan ST014-T2.

  • Reksa Dana Pasar Uang: Aset ini tetap bisa menjadi safe haven untuk stabilitas dan likuiditas jangka pendek, dengan imbal hasil lebih tinggi dan pajak yang lebih rendah dibandingkan deposito bank.  

Should You Panic? Absolutely Not. Here’s Why.

Penurunan pasar dapat mengkhawatirkan—terutama saat kata “resesi” terpapar di berbagai kanal berita. Namun, sejarah menunjukkan bahwa market bisa kembali pulih. Kamu bisa lihat contohnya pada IHSG yang turun -62% pada 2008 dan -38% pada 2020—namun mengalami rebound sebesar +173% dan +66% pada masing-masing periode. 

* from peak to bottom

** from bottom to subsequent peak

^ trading week

Sumber: Stockbit (https://stockbit.com/post/17765351

Pertanyaannya bukan “Apakah pasar akan terkoreksi dalam?”—tetapi “Apakah investasi saya akan pulih?” Sejarah mengatakan iya, terutama jika portofolio kamu terdiversifikasi.  

Key Takeaways: Apa yang Harus Investor Lakukan? Fokus pada Alokasi Portofolio 

Kinerja portofolio kamu akan ditentukan oleh komposisi aset. Alokasi yang terdiversifikasi di berbagai kelas aset dapat membantu meminimalisasi dampak volatilitas. Jika volatilitas pasar membuat kamu tidak tenang saat berinvestasi, pastikan portofolio diisi dengan aset yang lebih stabil seperti Reksa Dana Pasar Uang dan obligasi pemerintah jangka pendek.  

Berikut beberapa tips untuk menghadapi periode market yang volatil ini:

1. Remember Your Goals: Jika tujuan kamu masih bertahun-tahun ke depan, perlu diingat bahwa penurunan ini bersifat sementara. Tetap fokus pada tujuan jangka panjang.  

2. Review Your Portfolio Mix: Miliki portofolio yang seimbang dan sesuai dengan profil risiko kamu. Jika kamu terganggu oleh volatilitas pasar, pastikan alokasi portofolio lebih besar pada aset stabil, seperti Reksa Dana Pasar Uang dan obligasi pemerintah jangka pendek.  

3. Avoid Emotional Moves: Hindari panic sell saat market terkoreksi. Mungkin menjual aset dapat meningkatkan rasa aman, tetapi meningkatkan kemungkinan kamu melewati rebound. Secara historis, portofolio yang terdiversifikasi berhasil bertahan dari situasi yang lebih buruk. 
4. Look for Opportunities: Jika kamu memiliki idle money, penurunan pasar bisa jadi peluang untuk membeli aset berkualitas yang terdiskon. Atur SIP (Systematic Investment Plan) untuk membeli aset berkualitas agar bisa terhindar dari emotional investing dan market timing.

Data Obligasi FR per 8 April 2025, jam market 10.30-14.00 WIB

Data Reksa Dana per 27 Maret 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja masa depan

Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.