Are You Over-Allocated to Cash?
Saat suku bunga naik, imbal hasil instrumen cash seperti deposito juga cenderung ikut meningkat. Jika melihat tren historis, siklus kenaikan suku bunga terakhir terjadi pada Agustus 2022 hingga April 2024, saat Bank Indonesia meningkatkan BI Rate sebesar +275 bps dari 3,5% menjadi 6,25%. Di saat yang bersamaan, rata-rata imbal hasil deposito 12 bulan meningkat +75 bps dari 3,23% menjadi 3,98%.
Sejalan dengan momentum kenaikkan suku bunga, investor juga berbondong-bondong berinvestasi terhadap instrumen cash. Hal ini tercerminkan terhadap pertumbuhan giro (current account), tabungan (savings account), dan deposit selama 3 tahun terakhir:
Pergerakan DPK dan CASA Perbankan
Why is Cash Less Attractive Now?
Namun investor harus memperhatikan, bahwa imbal hasil instrumen cash seperti deposito akan ikut turun saat siklus pemangkasan suku bunga terjadi. Hal ini terbukti dari tren historis, di mana pada siklus-siklus pemangkasan suku bunga sebelumnya, rate deposito selalu turun, bahkan menjadi lebih rendah dibandingkan sebelumnya:
Pergerakan Imbal Hasil Deposito Indonesia dalam Siklus Penyesuaian Suku Bunga
Selain itu, kami juga melihat imbal hasil antara instrumen cash seperti deposito dan obligasi pemerintah Indonesia terus melebar. Selisih antara rate deposito dengan yield obligasi pemerintah saat ini berada di sekitar 2,4%. Dari data ini, deposito menjadi instrumen investasi yang kurang menarik dibandingkan obligasi.
Is it Too Late to Switch From Cash to Bonds?
Siklus pemangkasan suku bunga baru saja dimulai dan diperkirakan akan berlanjut hingga akhir 2025. Jadi masih belum terlambat bagi investor untuk memindahkan alokasi cash ke Obligasi Negara dan Reksa Dana Obligasi. Menurut kami, saat ini yield obligasi yang ditawarkan masih menarik, seperti short-term Obligasi FR yang memiliki yield di atas 6%.
Di sisi lain, saat ini juga dapat menjadi waktu bagi kamu untuk mengevaluasi kembali komposisi portofolio kamu: apakah saat ini terlalu banyak alokasi ke cash dan kurang alokasi ke aset obligasi dan saham? Jika iya, kamu dapat mempertimbangkan untuk melakukan rebalancing terhadap portofolio kamu dan mengalokasikan lebih ke aset lain, utamanya Obligasi Negara dan Reksa Dana Obligasi yang memiliki underlying obligasi negara.
Berikut adalah pilihan produk yang kami rasa memiliki risk-reward menarik:
Obligasi negara dengan jatuh tempo lebih pendek seperti PBS032 (yield 6,04% per tahun) dan ORI026-T3 (yield 6,30% per tahun) memiliki volatilitas yang tergolong rendah, memberikan keamanan yang lebih tinggi untuk investor.
Di sisi lain, obligasi negara dengan tenor lebih panjang seperti ORI026-T6 (6,40% per tahun) adalah pilihan yang menarik bagi investor dengan time frame investasi jangka panjang.
Selain Obligasi FR, kamu juga dapat mempertimbangkan Reksa Dana Obligasi karena memiliki underlying aset obligasi negara.
Kenaikan harga obligasi juga dapat mendorong kenaikan kinerja Reksa Dana Obligasi. Performanya secara historis juga konsisten naik dalam jangka panjang.
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.