Rupiah menguat +3,8% terhadap dolar AS pada Jumat minggu lalu (23 Mei) setelah menyentuh level terendahnya di 16.870 di 24 April 2025.
Sejumlah analis bahkan memproyeksikan bisa menguat hingga ke bawah level 16.000:
TD Securities: Menguat lebih dari +4% dari level 16.440 (16 May) pada 4Q25
Citigroup Global Markets: ~16.000 pada 2026
ING Financial Markets: 15.200 pada akhir 2025.
Penguatan ini lebih didukung oleh faktor eksternal seperti (1) meredanya sentimen perang dagang dan (2) pelemahan dolar AS seiring lolosnya RUU pajak & belanja kabinet Presiden AS. Selain itu, faktor internal meliputi (3) ekspektasi pengelolaan fiskal Indonesia yang lebih prudent, dan (4) surplus APBN di awal tahun.
Namun, di sisi lain, pasar global masih sangat dinamis. Hanya selang dua hari setelah diumumkan pada Jumat (23 Mei), Presiden AS Donald Trump menunda rencana tarif sebesar 50% untuk Uni Eropa.
Di tengah kondisi seperti ini, ketidakpastian tetap tinggi. Maka dari itu, penting bagi investor untuk tetap berinvestasi secara rutin (DCA) dan memilih instrumen yang bisa memberikan perlindungan dan stabilitas, terutama saat volatilitas meningkat.
Simak market summary terbaru 26 Mei 2025 mengenai penguatan rupiah, suku bunga BI, dan update perang dagang.
SBN Syariah SR022: 100% Aman Dijamin Negara
Untuk investor yang risk averse, SR022 dapat menjadi pilihan menarik. SR022 merupakan Sukuk Ritel Syariah dengan imbal hasil tertinggi dalam 5 tahun terakhir mencapai 6,55% per tahun.
Selain itu, imbal hasilnya fixed rate & stabil hingga jatuh tempo, sehingga menawarkan kepastian imbal hasil di tengah ketidakpastian pasar dan dijamin 100% oleh negara.
SBN SR022 dapat dibeli di Bibit hingga 18 Juni 2025.
Reksa Dana Pasar Uang: Return Stabil & Likuid
Reksa Dana Pasar Uang seperti BRI Seruni Pasar Uang III dan Sucorinvest Sharia Money Market Fund memiliki return stabil di atas 5% dalam setahun terakhir, sehingga bisa dipertimbangkan. Terlebih, investor bisa menarik dana kapan saja tanpa dikenakan penalti.
