Jelang Akhir Tahun: Arah Kebijakan Suku Bunga dan Strategi Investasinya

Ekonomi Indonesia +4,94% YoY pada 3Q23, Outlook 2024 Meningkat

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh +4,94% YoY pada kuartal III-2023 (vs. kuartal II-2023: +5,17% YoY), lebih rendah dibandingkan ekspektasi konsensus yang memperkirakan pertumbuhan +5,05% YoY.

  • Realisasi ini menandai pertumbuhan ekonomi secara tahunan dalam 10 kuartal beruntun, tetapi menjadi yang terendah sejak kuartal III-2021.

  • Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga – yang berkontribusi 52,62% dari ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 – tumbuh melambat ke +5,06% YoY (vs kuartal II-2023: +5,22% YoY).

Sedangkan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai kisaran 4,7–5,5% di 2024, meningkat dibandingkan perkiraan pertumbuhan pada 2023 di kisaran 4,5–5,3%. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat dari 2,9% pada 2023 menjadi 2,8% pada 2024.

Beberapa perkembangan indikator makroekonomi lainnya:

  1. Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di 6% per November 2023, sesuai ekspektasi konsensus.

    Keputusan tersebut untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah, yang per akhir November 2023 kembali menguat ke Rp15.484 per dolar AS (+2,6% MoM, +0,7% YTD). Pada Oktober 2023, nilai tukar rupiah sempat terdepresiasi ke Rp15.900 per dolar AS, terendah sejak April 2020.

    Keputusan BI untuk menahan suku bunga mengindikasikan tingkat suku bunga berada di puncak. Konsensus Bloomberg memperkirakan suku bunga BI bertahan di 6% hingga kuartal II-2024 dan mulai dipangkas pada kuartal III-2024, sesudah penurunan suku bunga The Fed yang diprediksi terjadi pada kuartal II-2024.

  2. Inflasi di Indonesia kembali meningkat ke 2,86% YoY pada November 2023 (vs. Oktober 2023: 2,56% YoY), tetapi masih berada dalam rentang target BI di 2–4% selama 7 bulan berturut-turut. Di sisi lain, inflasi inti pada November 2023 melandai ke level terendah dalam 22 bulan di 1,87% YoY.

  3. Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus bulanan ke-42 secara berturut-turut menjadi US$3,48 miliar pada Oktober 2023 (vs. September 2023: US$3,41 miliar, Oktober 2022: US$5,59 miliar). Namun, ekspor dan impor melanjutkan penurunan dalam 5 bulan terakhir, masing-masing sebesar -10,43% YoY dan -2,42% YoY.

Inflasi AS Melandai, Pemangkasan Suku Bunga Dimulai Maret 2024?

Inflasi tahunan Amerika Serikat (AS) melandai ke 3,2% YoY pada Oktober 2023 (vs. Agustus dan September 2023: 3,7% YoY), lebih rendah dari ekspektasi konsensus (3,3% YoY) dan menandai penurunan inflasi pertama dalam 4 bulan terakhir.

Sementara itu, inflasi inti AS pada Oktober 2023 juga melandai ke level terendah dalam dua tahun terakhir di 4% YoY (vs. September 2023: 4,1% YoY), lebih rendah dari ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi inti tetap di 4,1% YoY.

Penurunan inflasi meningkatkan optimisme pelaku pasar bahwa suku bunga The Fed sudah berada di puncak. Sebelumnya, The Fed kembali menahan suku bunga acuan di rentang 5,25–5,5% pada 1 November 2023. The Fed diperkirakan akan kembali menahan suku bunga pada pertemuan pekan depan (12–13 Desember 2023).

Menurut CME FedWatch Tool per 6 Desember 2023, probabilitas suku bunga dipangkas 25 bps pada Maret 2024 mencapai 54,9% (vs. probabilitas suku bunga ditahan: 37,2%).

Beberapa perkembangan indikator makroekonomi AS:

  • Pertumbuhan ekonomi +5,2% QoQ pada 3Q23 (vs. 2Q23: +2,1% QoQ), menurut estimasi kedua. Nilai tersebut lebih tinggi dari estimasi awal (+4,9% QoQ) dan ekspektasi konsensus (+5% QoQ), sekaligus menjadi yang tertinggi sejak 4Q21.

  • Tingkat pengangguran naik ke 3,9% pada Oktober 2023, menandai level tertinggi sejak Januari 2022. Di sisi lain, pada Oktober 2023 jumlah lowongan pekerjaan (job openings) turun ke level terendah sejak Maret 2021 di 8,7 juta dan tingkat ketenagakerjaan di luar sektor pertanian (non-farm payrolls) bertambah 150 ribu, di bawah rata-rata 12 bulan sebelumnya di 258 ribu.

    Ini mengindikasikan pasar ketenagakerjaan AS perlahan mulai melonggar, sehingga dapat memberikan ruang bagi The Fed untuk tidak lagi menaikkan suku bunga dan mulai melakukan pemangkasan pada tahun depan.

Strategi Investasi Jelang Pemangkasan Suku Bunga

Melihat berbagai proyeksi dari konsensus ekonom, dapat disimpulkan pemangkasan suku bunga hanya tinggal menunggu waktu. Ekspektasi suku bunga yang dipangkas merupakan katalis positif bagi pergerakan harga instrumen obligasi pemerintah, seperti Obligasi FR.

Maka sesuai dengan tujuan, berikut strategi investasi yang bisa dipertimbangkan:

  • Bagi investor yang mencari potensi keuntungan/capital gain lebih tinggi, dapat berinvestasi pada seri Obligasi FR tenor panjang.

  • Bagi investor yang lebih cenderung mencari short-term safety atau stabilitas nilai investasi, maka dapat mempertimbangkan seri Obligasi FR tenor pendek.

  • Investor juga dapat melakukan pembelian secara berkala atau nabung rutin pada Reksa Dana Obligasi dengan komposisi aset obligasi pemerintah. Dalam jangka panjang, reksa dana berbasis obligasi pemerintah menunjukkan kenaikan yang konsisten sehingga potensi return bisa optimal. 

Top Obligasi FR di Bibit

3 Alasan Utama Obligasi FR Menarik untuk Investasi

Top Reksa Dana Obligasi di Bibit

Anda bisa mulai investasi di berbagai jenis aset tersebut melalui Bibit dengan melakukan upgrade akun menjadi Bibit Plus! Bibit Plus menyediakan lebih beragam pilihan aset investasi seperti Reksa Dana, Obligasi (FR dan SBN Ritel), hingga Saham hanya dalam satu aplikasi.

Sebagai nasabah Bibit Premium, Anda juga dapat berkonsultasi langsung dengan Wealth Specialist tentang perencanaan keuangan dan strategi ataupun produk investasi. Mulai dari rencana mengumpulkan dana pendidikan anak, dana pensiun, hingga pertanyaan seputar aset investasi dan informasi eksklusif hanya untuk Anda!

Writer: Investment Research Team

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana dan/atau produk tertentu.

Market Updates

Selama November 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik +4,87% MoM, dengan aliran dana dari investor asing tercatat outflow sebesar Rp0,17 triliun.

Di sisi lain, Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) tercatat naik +2,64% MoM diikuti inflow dana asing sebesar Rp22,23 triliun.

Foreign Flow – November 2023

  • Aset fixed income atau obligasi: terjadi inflow dari aliran dana asing pada November 2023 sebesar Rp22,23 triliun, berbalik dibandingkan outflow pada Oktober 2023 sebesar Rp11,28 triliun.

  • Aset saham: tercatat outflow sebesar Rp0,17 triliun pada November 2023, jauh membaik dibandingkan Oktober 2023 dengan outflow sebesar Rp8,05 triliun.

Pergerakan Obligasi dan Deposito – November 2023

  • Indonesia Government Bond Yield 10Y berada di 6,63%, turun 48 bps dibanding 7,11% pada Oktober 2023.

  • Indonesia Government Bond Yield 5Y berada di 6,67%, turun 38 bps dibanding 7,05% pada Oktober 2023.

  • Indonesia Government Bond Yield 1Y berada di 6,56%, naik 6 bps dibanding 6,50% pada Oktober 2023.

  • Rata-rata bunga deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di 3,95%.

Pergerakan Saham – November 2023

  • IHSG ditutup di level 7.080, naik +4,87% MoM pada November 2023.

  • Sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah teknologi (+20,5% MoM), sedangkan yang mengalami penurunan terdalam adalah  kesehatan  (-5,36% MoM).

  • Di level saat ini, IHSG berada pada P/E Ratio 13,2x.

3 Produk Reksa Dana di Bibit dengan Return Tertinggi dalam 1 Bulan Terakhir

(November 2023)

*Berdasarkan data return per 30 November 2023

Disclaimer: Kinerja reksa dana berdasarkan data masa lalu, tidak mencerminkan performa di masa depan. Bukan rekomendasi jual/beli aset investasi  tertentu. Hanya untuk tujuan edukasi.