BI Rate Ditahan dan Indikator Makroekonomi Positif
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75% pada Mei 2023, sejalan dengan ekspektasi konsensus. Dengan adanya keputusan ini, artinya BI telah menahan suku bunga acuan sebesar 5,75% selama 4 bulan berturut-turut (Februari-Mei 2023).
Di sisi lain, beberapa indikator makroekonomi Indonesia juga menunjukkan hasil yang cenderung positif:
Pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,03% YoY pada kuartal pertama 2023. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi konsensus yang memperkirakan pertumbuhan 4,95%. Secara kuartalan, ekonomi Indonesia terkontraksi -0,92% QoQ. Namun, hal ini masih lebih baik dari estimasi konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar -1%. Realisasi ini sekaligus menjadi kontraksi kuartalan pertama dalam 1 tahun terakhir.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat menjadi 126,1 pada April 2023 (vs. Maret 2023: 123,3). Hal ini menandai level IKK tertinggi sejak Juni 2022. Peningkatan IKK ini menunjukkan konsumen Indonesia masih optimis dengan kondisi dan ekspektasi ekonomi di masa depan.
Neraca perdagangan Indonesia surplus US$3,94 miliar pada April 2023 (vs. Maret 2023: US$2,83 miliar, April 2022: US$7,56 miliar). Angka ini melampaui estimasi konsensus yang memperkirakan surplus sebesar US$3,38 miliar serta menandakan surplus neraca dagang 36 bulan berturut-turut. Namun di sisi lain, nilai ekspor dan impor turun. Ekspor turun -17,62% MoM dan -29,4% YoY. Sedangkan nilai impor turun sebesar -25,45% MoM dan -22,32% YoY.
Kemungkinan The Fed Stop Kenaikan Suku Bunga
Pada awal Mei 2023, bank sentral AS The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5%–5,25%. Keputusan tersebut menandai suku bunga acuan The Fed yang tertinggi sejak September 2007.
Lalu setelahnya pada Jumat (19/5), Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan masih belum jelas apakah suku bunga bank sentral AS perlu dinaikkan kembali dalam pertemuan berikutnya yang akan dilaksanakan pada 13–14 Juni 2023 mendatang.
Pernyataan Powell tersebut semakin membuka peluang bahwa The Fed akan menahan suku bunga acuan AS di level 5%–5,25% pada pertemuan berikutnya. Namun, sejumlah petinggi The Fed lain juga masih terbelah mengenai kebijakan suku bunga yang masih perlu dinaikkan atau tidak.
Suku Bunga Ditahan, Obligasi Jadi Rebutan?
Ekspektasi terhadap The Fed untuk mengambil sikap dovish alias menghentikan kenaikan suku bunga acuan semakin menguat, yang berpotensi diikuti bank sentral negara lain termasuk Indonesia. Memuncaknya suku bunga acuan berpotensi membuat instrumen obligasi menjadi salah satu investasi yang diincar oleh investor. Sebelumnya sudah diulas lengkap dalam Bibit Premium Newsletter edisi April 2023.
Hal ini juga terefleksi dari obligasi pemerintah Indonesia yang menjadi ‘rebutan’ dalam beberapa waktu terakhir, yang dapat dilihat dari tiga hal berikut:
1. Bid-to-Cover Ratio Lelang SBN yang semakin tinggi
Total penawaran yang masuk (bid) pada lelang Surat Berharga Negara (SBN) konsisten tetap tinggi dibandingkan dengan mulai menurunnya total penawaran yang diterima (dimenangkan). Pada Mei 2023, terdapat 2x lelang SBN dengan total penawaran yang masuk mencapai Rp106 triliun. Sementara total penawaran yang dimenangkan hanya Rp24 triliun.
Hal ini mengakibatkan Bid-to-Cover Ratio (rasio antara penawaran masuk dengan penawaran yang dimenangkan) mencapai lebih dari 4x, lebih tinggi dibanding pada dua bulan sebelumnya (Maret-April 2023) yang berada di bawah 3x.
2. ST010 yang habis sebelum masa penawaran berakhir
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang ditawarkan khusus untuk investor ritel ini juga diburu hingga habis sebelum masa penawarannya berakhir. ST010 awalnya ditawarkan dari 12 Mei-7 Juni 2023, namun pada 24 Mei sudah ‘ludes’ berdasarkan kuota awal sebanyak Rp10,8 triliun.
Rinciannya sebagai berikut:
Kuota nasional ST010-T4 sebesar Rp3,3 triliun sudah ludes diborong investor. Pemerintah pun telah menutup penjualan SBN syariah dengan tenor 4 tahun tersebut.
Kuota nasional ST010-T2 sebanyak Rp7,5 triliun sudah habis. Namun, tidak perlu khawatir karena selanjutnya, pemerintah akan menambah kuota tambahan Rp 20 miliar setiap satu jam sekali.
3. Total Dana Asing yang masuk hingga Rp60 triliun sejak awal tahun
Dari awal bulan hingga 25 Mei 2023 (MtD), total dana asing yang masuk (foreign inflow) ke obligasi pemerintah Indonesia mencapai Rp1,79 triliun, melanjutkan inflow dari bulan April 2023 sebesar Rp2,95 triliun.
Sementara itu sejak awal tahun 2023, foreign inflow telah mencapai Rp59,98 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa investor asing juga ‘berburu’ obligasi pemerintah Indonesia dengan tren foreign inflow yang masih berlanjut sejak awal tahun.
Dari tiga poin tersebut, maka obligasi dapat dipertimbangkan sebagai pilihan investasi. Di samping ST010-T2 yang saat ini dalam masa penawaran hingga 7 Juni 2023, beberapa jenis aset obligasi lain yang dapat dipertimbangkan antara lain Reksa Dana Obligasi dan Obligasi FR.
Anda bisa mulai investasi di berbagai jenis aset ini melalui Bibit dengan melakukan upgrade akun menjadi Bibit Plus! Bibit Plus menyediakan lebih beragam pilihan aset investasi seperti Reksa Dana, Obligasi (FR dan SBN Ritel), hingga Saham hanya dalam satu aplikasi.
Anda sebagai nasabah Bibit Premium juga dapat berkonsultasi langsung dengan Wealth Specialist tentang perencanaan keuangan dan strategi ataupun produk investasi. Mulai dari rencana mengumpulkan dana pendidikan anak, dana pensiun, hingga pertanyaan seputar aset investasi dan informasi eksklusif hanya untuk Anda!
Market Updates
Dalam satu bulan terakhir (Mei 2023), obligasi menjadi instrumen investasi dengan kinerja terbaik. Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) mencatat kenaikan +1,43% MoM, dengan inflow dana asing sebesar Rp2,39 triliun.
Di sisi lain, IHSG turun -3,23% MoM, namun aliran dana dari investor asing masih inflow sebesar Rp670 miliar.
Foreign Inflow
Fixed income atau obligasi: terjadi inflow dari aliran dana asing di Mei 2023 sebesar Rp2,39 triliun. Inflow pada obligasi ini melanjutkan inflow dari bulan April sebesar Rp2,56 triliun.
Aset saham: tercatat inflow yakni Rp670 miliar, jauh melambat dibandingkan April 2023 yang mencatat inflow sebesar Rp12,01 triliun.
Pergerakan Obligasi dan Deposito di Mei 2023
Indonesia Government Bond Yield 10Y berada di 6,43%, turun 9 bps dibanding 6,52% pada April 2023.
Indonesia Government Bond Yield 5Y berada di 6,09%, turun 19 bps dibanding 6,28% pada April 2023.
Indonesia Gov Bond Yield 1Y berada di 5,86%, turun 21 bps dibanding 6,07% pada April 2023.
Rata-rata deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di 3,89%.
Pergerakan Saham di Mei 2023
IHSG ditutup di level 6.687, turun -3,23% MoM pada bulan Mei 2023.
Sektor dengan peningkatan terbesar adalah cyclical (+7,14% MoM), sedangkan industri yang mengalami penurunan terbesar adalah energy (-16,55% MoM).
Di level saat ini, IHSG berada pada P/E Ratio 12,9x.
3 Produk Reksa Dana di Bibit dengan Return Tertinggi dalam 1 Bulan Terakhir (Mei 2023)