Rupiah Sentuh Rp15.900/USD, BI Naikkan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia naikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 bps menjadi 6% pada Oktober 2023. Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan suku bunga tetap ditahan di 5,75% hingga akhir 2023.
Keputusan tersebut untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah yang cenderung melemah hingga sempat menyentuh Rp15.900 per dolar AS, terendah sejak April 2020.
Per 31 Oktober 2023, nilai tukar rupiah melemah 2,6% MoM dan 2% YTD ke level Rp15.897 per dolar AS. Ekonom saat ini mulai membuka kemungkinan BI kembali menaikkan suku bunga sebesar 25–50 bps hingga akhir 2023 jika rupiah terus melemah.
BI menyebutkan pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh tingginya volatilitas aliran modal terkait dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, sedangkan fundamental perekonomian Indonesia saat ini masih baik.
Beberapa perkembangan indikator makroekonomi Indonesia lainnya:
Inflasi di Indonesia per Oktober 2023 naik ke 2,56% YoY (vs. September 2023: 2,28% YoY), menandai inflasi berada dalam rentang target BI sebesar 2–4% selama 6 bulan beruntun.
Kenaikan ini didorong kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, dengan komoditas beras memberikan andil terbesar 0,58% terhadap inflasi Oktober lalu.
Realisasi investasi di Indonesia di 3Q23 tumbuh +21,6% YoY menjadi Rp374,4 triliun. Penanaman modal asing (Foreign Direct Investment/FDI) tumbuh +16,2% YoY menjadi Rp196,2 triliun dan penanaman modal dalam negeri (Domestic Direct Investment/DDI) tumbuh +28,2% YoY menjadi Rp178,2 triliun.
Selama 9M23, realisasi investasi di Indonesia tumbuh +18% YoY capai Rp1.053,1 triliun (75,2% dari target FY23). Dari jumlah tersebut, investasi terkait hilirisasi komoditas dan ekosistem kendaraan listrik mencapai Rp266 triliun atau 25,3% dari total investasi.
Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus bulanan ke-41 secara berturut-turut menjadi US$3,42 miliar pada September 2023 (vs. Agustus 2023: US$3,12 miliar, September 2023: US$4,96 miliar). Namun ekspor turun -16,17% YoY dan impor turun -12,45% YoY.
Cadangan devisa Indonesia turun menjadi US$134,9 miliar pada September 2023 (vs. Agustus 2023: US$137,1 miliar), menandai posisi terendah sepanjang 2023. Penurunan cadangan devisa dalam 2 bulan terakhir antara lain dipengaruhi kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
The Fed Kembali Tahan Suku Bunga, Beri Sinyal Dovish
Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), kembali menahan suku bunga acuan di rentang 5,25–5,50% dalam pertemuan pada 31 Oktober–1 November 2023, sesuai ekspektasi konsensus. Artinya, The Fed telah menahan suku bunga dalam 2 pertemuan terakhir.
The Fed belum cukup yakin apakah kondisi keuangan saat ini sudah cukup ketat untuk mengendalikan inflasi, yang telah melandai dari puncaknya di 9,1% YoY pada Juni 2022 ke 3,7% YoY pada September 2023, tetapi masih jauh di atas target The Fed sebesar 2%.
Perlambatan kenaikan suku bunga akan memberikan waktu bagi The Fed untuk mengamati data ekonomi guna memutuskan apakah pengetatan lebih lanjut diperlukan. Hal tersebut ditafsirkan sebagai sinyal dovish oleh ekonom.
The Fed diprediksi akan tetap menahan suku bunga acuan dalam pertemuan berikutnya pada 12–13 Desember 2023, dengan probabilitas mencapai 80%. Ekspektasi tersebut berlawanan dengan proyeksi The Fed sebelumnya, yang memperkirakan suku bunga acuannya akan naik sekali lagi sebesar 25 bps ke rentang 5,5–5,75% pada akhir 2023.
Beberapa perkembangan indikator makroekonomi AS:
Pertumbuhan ekonomi +4,9% QoQ pada 3Q23 (vs. 2Q23: +2,1% QoQ), menurut estimasi awal. Nilai tersebut melampaui estimasi konsensus sebesar +4,3% QoQ, sekaligus menjadi yang tertinggi sejak 4Q21. Kuatnya pertumbuhan ekonomi AS antara lain didorong konsumsi rumah tangga yang tumbuh +4% QoQ, tertinggi sejak 4Q21.
Tingkat pengangguran di 3,8% pada September 2023, sama dengan bulan sebelumnya dan di atas estimasi konsensus sebesar 3,7%. Ini mengindikasikan pasar ketenagakerjaan masih cukup ketat, sehingga memberikan ruang bagi The Fed untuk menahan suku bunga tinggi lebih lama (higher for longer).
Peluang Kunci Yield Tinggi di Obligasi Tenor Panjang
Peluang The Fed menahan kenaikan suku bunga acuan dapat mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah, sehingga berpotensi membuat Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Potensi berakhirnya tren kenaikan suku bunga akan menguntungkan sektor yang cenderung sensitif terhadap kebijakan suku bunga, seperti perbankan, properti, telekomunikasi, dan teknologi.
Peluang berakhirnya tren kenaikan suku bunga juga akan membuat obligasi pemerintah Indonesia dengan tenor panjang menjadi lebih menarik, mengingat tingkat imbal hasil saat ini berada di kisaran ~7%. Maka, saat ini dapat menjadi momentum yang tepat untuk mengunci yield di aset rendah risiko yang dijamin negara!
3 Alasan Utama Obligasi FR Menarik untuk Investasi
Anda bisa mulai investasi di berbagai jenis aset tersebut melalui Bibit dengan melakukan upgrade akun menjadi Bibit Plus! Bibit Plus menyediakan lebih beragam pilihan aset investasi seperti Reksa Dana, Obligasi (FR dan SBN Ritel), hingga Saham hanya dalam satu aplikasi.
Anda sebagai nasabah Bibit Premium juga dapat berkonsultasi langsung dengan Wealth Specialist tentang perencanaan keuangan dan strategi ataupun produk investasi. Mulai dari rencana mengumpulkan dana pendidikan anak, dana pensiun, hingga pertanyaan seputar aset investasi dan informasi eksklusif hanya untuk Anda!
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana dan/atau produk tertentu.
Market Updates
Selama Oktober 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun -2,70% MoM, dengan aliran dana dari investor asing tercatat outflow sebesar Rp8,05 triliun.
Di sisi lain, Indeks Obligasi Pemerintah Indonesia (IBPA Total Return) mencatat penurunan -1,25% MoM diikuti outflow dana asing sebesar Rp11,28 triliun.
Foreign Flow – Oktober 2023
Aset fixed income atau obligasi: terjadi outflow dari aliran dana asing pada Oktober 2023 sebesar Rp11,28 triliun, membaik dibandingkan outflow pada September 2023 sebesar Rp15,4 triliun.
Aset saham: tercatat outflow sebesar Rp8,05 triliun pada Oktober 2023, meningkat dibandingkan September 2023 dengan outflow sebesar Rp4,08 triliun.
Pergerakan Obligasi dan Deposito – Oktober 2023
Indonesia Government Bond Yield 10Y berada di 7,11%, naik 19 bps dibanding 6,91% pada September 2023.
Indonesia Government Bond Yield 5Y berada di 7,04%, naik 48 bps dibanding 6,57% pada September 2023.
Indonesia Government Bond Yield 1Y berada di 6,50%, naik 20 bps dibanding 6,30% pada September 2023.
Rata-rata bunga deposito perbankan Indonesia (TD Rate 12M) berada di 3,88%.
Pergerakan Saham – Oktober 2023
IHSG ditutup di level 6.752, turun -2,70% MoM pada Oktober 2023.
Sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi adalah infrastruktur (+39,45% MoM), sedangkan yang mengalami penurunan terdalam adalah teknologi (-11,08% MoM).
Di level saat ini, IHSG berada pada P/E Ratio 13,5x.