Pilih Reksadana Sendiri Vs Pakai Robo : Lebih Cuan Mana?

shutterstock_1846995598.jpg

Bagi investor, saat pertama kali nabung reksa dana, salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah “mendingan pilih sendiri atau ikut rekomendasi Robo Advisor-nya Bibit ?”. Sebenarnya apapun pilihannya nggak ada masalah, yang bikin penasaran “pilihan mana yang bisa kasih cuan lebih optimal?”

Supaya kita punya gambaran, grafik di bawah merupakan simulasi nabung rutin reksa dana setiap bulannya mulai dari Januari 2020 hingga Desember 2020.

Keterangan Warna Garis:Biru: Rekomendasi Robo Profil KonservatifKuning: Rekomendasi Robo Profil ModeratHijau: Rekomendasi Robo Profil AgresifMerah: Pergerakan Indeks IDX30

Keterangan Warna Garis:

Biru: Rekomendasi Robo Profil Konservatif

Kuning: Rekomendasi Robo Profil Moderat

Hijau: Rekomendasi Robo Profil Agresif

Merah: Pergerakan Indeks IDX30

Simulasi ini menunjukan beberapa alternatif portofolio seorang investor bisa nabung rutin: memilih reksa dana sendiri, mengikuti robo advisor dengan profil resiko mulai dari konservatif hingga agresif.

Satu poin menarik adalah simulasi ini dibuat melewati tahun 2020, dimana sempat terjadi kejatuhan pasar pada Maret 2020. Dari sini kita bisa melihat alternatif portofolio yang turun lebih dalam dan lebih stabil, serta portofolio mana yang mampu mencetak keuntungan lebih besar setelah pasar pulih di akhir tahun.

Pada Maret 2020, terlihat bahwa yang jatuhnya paling dalam adalah indeks IDX30 (garis merah). Artinya bila kita hanya berinvestasi pada reksa dana indeks IDX30 saja, kita harus siap untuk menerima penurunan yang besar.

Sedangkan, bila mengikuti rekomendasi robo yang sudah menyebar uang investor ke tiga jenis reksadana yang berbeda (saham, obligasi & pasar uang), hasilnya penurunan yang dialami bisa diminimalisir. Terbukti dari tiga macam rekomendasi robo berada di atas garis merah pada Maret.

“Kenapa masing-masing rekomendasi robo tetap punya penurunan yang berbeda?”

Setiap rekomendasi punya profil risiko yang berbeda. Contohnya, garis hijau (rekomendasi portofolio agresif) punya porsi reksa dana saham lebih banyak dari 2 rekomendasi lainnya. Ini sebabnya garis hijau jatuh lebih dalam dibandingkan 2 garis di atasnya.

Lebih Tinggi Risiko, Lebih Tinggi Cuannya

Simulasi di atas bisa kasih kita kesimpulan: bila mau menghindari kejatuhan lebih dalam saat pasar turun, pilihlah rekomendasi robo yang paling konservatif. Ya, itu betul.

Namun, bila memilih yang terlalu konservatif, kita harus merelakan potensi keuntungan yang lebih besar di saat pasar pulih kembali.

Terlihat saat seluruh grafik di atas memasuki Desember 2020, yang mencetak kenaikan terbesar adalah indeks saham IDX30, kemudian diikuti oleh setiap rekomendasi robo mulai dari yang tertinggi yaitu agresif hingga terendah yaitu konservatif.

Kondisi ketika pasar naik hampir bisa dibilang adalah kebalikan dari saat pasar turun di Maret. Semakin agresif pemilihan investasi kita, keuntungan yang didapatkan semakin besar.

Sebab utamanya adalah di saat pasar jatuh di Maret, meski investor agresif mengalami kejatuhan harga lebih dalam, dia mengambil kesempatan untuk menambah investasi di harga yang lebih murah dibandingkan investor yang lebih konservatif. Hasilnya adalah keuntungan lebih besar saat pasar naik kembali.

Jadi, Harus Pilih Portofolio yang Mana?

Tidak ada pilihan yang benar atau salah, semua tergantung tujuan investasi masing-masing orang. Bila kamu menginvestasikan uang dingin yang akan digunakan dalam 5 hingga 10 tahun lagi, kamu bisa ambil rekomendasi portofolio yang lebih agresif. Meski bisa turun banyak dalam jangka pendek, namun ada kesempatan untuk untung lebih besar pada jangka panjang.

Tapi, bila investasinya hanya untuk jangka pendek (kurang dari 1 tahun), kamu bisa memilih rekomendasi portofolio yang lebih konservatif. Rekomendasi ini bisa menjaga kestabilan nilai investasi kamu saat pasar jatuh, sehingga tidak khawatir saat dana harus dicairkan secepatnya.