Pasar global dan domestik yang naik bisa saja berkurang sewaktu-waktu, sehingga optimisme investor bisa berkurang nantinya. Apa saja sentimen positif untuk pasar yang terjadi pada minggu lalu? Sampai kapan akan berlanjut terus?
Pengaruh Kebijakan The Fed Terhadap Pasar
Bank Sentral Amerika/ The Fed ingin tingkat inflasi berada di atas 2%, setelah dalam waktu lama gagal memenuhi target tersebut. Akibatnya, suku bunga acuan di Amerika tetap rendah dalam jangka panjang.
Hal ini menjadi salah satu sentimen yang membuat pasar Amerika (S&P 500) tetap melanjutkan kenaikan selama masa pandemi. Sebagai salah satu pasar terbesar global, sentimen positif dari S&P 500 berdampak baik ke pasar di banyak negara lain.
Suku bunga Amerika yang rendah membuat investor lebih tertarik masuk ke negara berkembang dengan bunga lebih tinggi. Akibatnya, negara berkembang berpotensi menerima dana investor asing.
Kenaikan Pasar Hanya Sebatas Optimisme
Salah satu sebab banyak pasar global tetap mencatatkan kenaikan di kala pandemi adalah akibat ekspektasi keuntungan perusahaan yang lebih baik dibanding ekspektasi pasar. Menurut Bloomberg, awalnya keuntungan perusahaan diperkirakan turun 50%, namun saat ini perkiraan hanya 30%.
Meski ada perbaikan, tetap ada kekhawatiran tingkat hutang meningkat pesat, khususnya di negara berkembang. Selama ada potensi ekonomi kembali terpuruk, tumpukan hutang ini bisa semakin berat untuk dibayar di masa depan.
Selama wabah COVID-19 belum bisa dikendalikan sepenuhnya, kasus infeksi bisa naik lagi setelah lockdown mulai dilonggarkan. Hal ini sudah terjadi di Korea Selatan dan beberapa negara Eropa. Maka, ekspektasi ekonomi bisa saja memburuk kembali.
Infeksi Domestik Meninggi, Pemulihan Terbatas
Saat ini rata-rata penambahan kasus baru harian COVID-19 di Indonesia telah mencatatkan rekor. Mulai 27 Agustus, penambahan kasus sudah konsisten di atas 2,500 setiap harinya. Ini adalah minggu dengan rekor penambahan kasus tertinggi.
Pada Agustus 2020, data BPS kembali menunjukan ada deflasi di Indonesia sebesar 0,01%. Ini mencerminkan konsumsi & investasi yang turun di ekonomi. Konsumsi masyarakat menopang 60% perekonomian domestik, sehingga adanya deflasi sangat perlu diwaspadai.
Pemerintah Indonesia memang terus melakukan stimulus, namun perlu diingat kalau ada defisit anggaran pemerintah yang diproyeksikan membesar pada 2020 sehingga utang negara juga semakin banyak. Ini alasan bahwa pemulihan tidak bisa bergantung pada pemerintah saja, tapi juga kepatuhan masyarakat dalam menghadapi pandemi.
Dibalik perkembangan pasar yang masih positif saat ini, ada ancaman nyata dari perkembangan ekonomi riil yang masih dihantui pandemi. Meski dampak ancaman tersebut belum begitu terlihat ke pasar saat ini, namun investor perlu tetap berhati – hati akan efeknya dalam jangka panjang.