Dua hal yang bisa membuat investor takut untuk berinvestasi adalah kondisi yang penuh ketidakpastian dan bayang-bayang resesi perekonomian global. Sebagai contoh ekspektasi probabilitas atau kemungkinan resesi ekonomi di Amerika Serikat dalam 12 bulan ke depan mencapai 65%. Angka tersebut mengacu pada survei yang dilakukan oleh Bloomberg.
Probabilitas tersebut juga mengacu pada kondisi yang menimpa tiga bank regional di Amerika yang tengah menghadapi krisis. Ketiga bank tersebut antara lain Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan First Republic Bank. Selain tiga bank tersebut, bank asal Swiss yaitu Credit Suisse juga bermasalah hingga akhirnya Bank UBS ‘menyelamatkan’ dengan cara melakukan akuisisi.
Hasil riset Amundi, Manajer Investasi terbesar di Eropa, menjelaskan bahwa 2023 adalah tahun yang baik dan memiliki potensi jika berinvestasi di emerging market atau negara berkembang. Bahkan, berinvestasi di emerging market pada 2023 dinilai lebih baik dibandingkan berinvestasi di developed market atau negara maju.
Beberapa alasan yang mendukung riset tersebut antara lain karena perlambatan ekonomi cenderung lebih banyak dialami negara maju dibandingkan negara berkembang. Selain itu, Amundi juga berpendapat bahwa reopening China lebih menguntungkan bagi negara berkembang dan dapat menjadi katalis utama untuk berinvestasi di negara berkembang.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia tergolong ke dalam emerging market, sehingga termasuk ke dalam tema investasi dari Amundi. Hal ini membuat Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu sasaran investasi yang menarik bagi investor secara global.
Terbukti, hingga April 2023 (year-to-date), berdasarkan data dari Bloomberg, jumlah aliran dana asing yang masuk ke pasar modal di Indonesia mencapai Rp76 triliun. Angka ini terbagi menjadi Rp58 triliun dana asing masuk ke pasar obligasi pemerintah Indonesia dan Rp18 triliun dana asing masuk ke pasar saham Indonesia.
Banyaknya dana asing yang masuk ke Indonesia yang sebagian besar masuk ke pasar obligasi pemerintah, sejalan dengan riset yang dilakukan Amundi. Amundi mengatakan bahwa obligasi di emerging market, terutama negara-negara eksportir komoditas, memberikan peluang yang baik serta potensi imbal hasil yang menarik. Karena Indonesia adalah eksportir komoditas, artinya pasar obligasi Indonesia tergolong menarik.
Investasi di Obligasi Pemerintah
Masuknya dana asing ke Indonesia terutama ke pasar obligasi pemerintah menjadi tanda bahwa imbal hasil obligasi pemerintah memiliki potensi dan menarik bagi investor asing. Jangan kalah dengan investor asing, karena kamu juga bisa berinvestasi di instrumen obligasi pemerintah yang tersedia di Bibit.
Instrumen investasi yang bisa kamu pilih antara lain Reksa Dana Obligasi, Obligasi FR, sampai Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Berikut beberapa produk Reksa Dana Obligasi di Bibit yang sebagian besar dana kelolaannya diinvestasikan di obligasi pemerintah!
Produk reksa dana di atas bisa kamu pilih dengan catatan untuk tujuan keuangan jangka menengah sampai jangka panjang. Idealnya, investasi yang kamu tempatkan di Reksa Dana Obligasi memiliki jangka waktu 3 tahun sampai lebih dari 5 tahun.
Tujuan keuangan tersebut antara lain untuk dana pendidikan anak, ibadah ke tanah suci, liburan yang menjadi impian kamu sampai tujuan keuangan jangka panjang misalnya dana pensiun. Namun hal yang juga perlu kamu ingat adalah bahwa tujuan keuangan dan toleransi risiko setiap orang berbeda. Untuk itu, pastikan kamu sudah melihat catatan profil risikomu sendiri. Jadi apakah kamu sudah siap berinvestasi Reksa Dana Obligasi?
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana/produk tertentu.