PT Bank Central Asia (BBCA) catat laba bersih FY23 (fiscal year) sebesar Rp48,6 triliun (+19,4% YoY), sedikit di bawah (99,2%) ekspektasi konsensus yang memperkirakan laba bersih FY23 di level Rp49 triliun. Capaian ini didorong oleh Net Interest Income (NII) yang naik +17,5% YoY menjadi sebesar Rp75,4 triliun, sementara beban provisi turun -50% YoY menjadi Rp2,3 triliun.
Pada kuartal IV-2023, laba bersih tercatat sebesar Rp12,2 triliun (-0,1% QoQ), didorong NII yang naik +3,5% QoQ serta tidak ada beban provisi yang tercatat.
Dari segi operasional, kredit disalurkan tumbuh +13,9% YoY menjadi Rp810,4 triliun, melampaui guidance manajemen yang menargetkan pertumbuhan +10—12%. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) meningkat +6% YoY menjadi Rp1.102 triliun, sehingga Loan-to-Deposit Ratio (LDR) naik ke level 70,2% (vs. FY22: 65,2%). Pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan Current Account Saving Account/CASA (+4,3% YoY) dan deposito (+13,2% YoY), sehingga CASA Ratio turun ke level 80,3% (vs. FY22: 81,6%).
Stockbit Commentary
Capaian laba bersih sejalan dengan ekspektasi konsensus dan pertumbuhan kredit positif karena di atas guidance manajemen. Kami melihat lonjakan beban bunga sebesar +48,6% YoY akibat peningkatan cost of fund, tetapi Net Interest Margin (NIM) masih dapat meningkat menjadi 5,54% (vs. FY22: 5,34%).
Ke depannya, kami melihat bahwa potensi penurunan suku bunga pada 2024 dapat menjadi sentimen positif untuk menurunkan beban bunga. Selain itu, posisi likuiditas (LDR) BBCA yang masih tergolong baik di level 70,2% memposisikan perseroan untuk masih dapat menumbuhkan kreditnya hingga double-digit pada 2024, sejalan dengan target BI yang mengincar pertumbuhan kredit perbankan sebesar +10—12% pada 2024.
Kamu juga bisa temukan key information lainnya terkait BBCA pakai fitur Key Stats Bibit. Data lengkap dan real-time!
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research!