Tigor Siagian, CFA, FRM merupakan salah satu sosok yang berperan dalam pengembangan produk Reksa Dana Obligasi ABF Indonesia Bond Index Fund. Pak Tigor juga sudah berpengalaman dalam dunia investasi lebih dari 25 tahun, termasuk mengelola cadangan devisa negara di Bank Indonesia.
Simak insights investasi dari Bibit Podcast bersama Tigor Siagian, CFA, FRM — Direktur Bank Indonesia.
1. High Risk ≠ High Return
Banyak orang yang masih salah kaprah dengan istilah high risk, high return. Faktanya, risiko tinggi tidak selalu menghasilkan return yang tinggi juga.
Fluktuasi bukanlah risiko yang sebenarnya, tapi permanent loss of capital. Artinya, modal bisa hilang kalau salah pilih aset.
Jika tidak ingin mengambil risiko tinggi, investor bisa fokus ke strategi meningkatkan modal dan memperpanjang jangka waktu investasi.
2. Selain Compounding Return, Biaya Juga Ikut Compounding
Meskipun perbedaan expense ratio hanya 1–2%, dampaknya terhadap return bisa signifikan, hingga tergerus 35% dalam jangka panjang. Karena itu, expense ratio merupakan salah satu faktor yang penting juga untuk dipertimbangkan.
*Produk dengan alokasi aset pada obligasi pemerintah di atas 85%
Data per 30 September 2025
3. Obligasi Negara Sebagai Risk-Free Asset
Risk-free asset di Indonesia biasanya merujuk pada obligasi pemerintah yang dijamin oleh negara. Karena dijamin oleh negara, obligasi pemerintah dapat dianggap bebas dari risiko gagal bayar (default risk).
Ada juga cara lebih mudah untuk punya obligasi negara tanpa harus beli satu per satu, yaitu dengan investasi di Reksa Dana Obligasi.
Reksa Dana Obligasi ABF Indonesia Bond Index Fund
*Return reksa dana per 30 September 2025
Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan
ABF Indonesia Bond Index Fund (ABF IBI Fund) berisi 99% obligasi pemerintah Indonesia. Dikelola secara pasif, reksa dana ini mencetak return historis dalam 5 tahun terakhir +37,49%* dengan drawdown yang relatif rendah dan expense ratio yang juga relatif rendah.
4. Apakah Investor Expert Masih Pakai Passive Investing?
Institusi besar banyak menggunakan strategi passive investing.
Riset menunjukan strategi ini punya kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan active investment.
Bahkan, 80-90% fund manager aktif di Amerika gagal mengalahkan indeks acuannya dalam 10 tahun terakhir.
Sumber: Apollo Academy
Semakin expert seorang investor, semakin besar kecenderungannya untuk menerapkan passive investing dan meminimalkan downside risk.
5. Perbedaan Reksa Dana Obligasi dengan SBN Retail
ABF IBI Fund=ABF Indonesia Bond Index Fund
Pilih instrumen sesuai tujuan keuangan dengan mempertimbangkan kebutuhan cash flow kamu.
Key Takeaways
Passive investing di produk yang tepat dapat memberikan return lebih optimal dengan biaya dan risiko minimal.
Kombinasi Reksa Dana Obligasi pasif + SBN Retail bisa menjadi fondasi portofolio.
Investasi itu bukan soal cepat-cepat, tapi soal membangun stabilitas dan peace of mind jangka panjang.
Tonton Podcast Bibit selengkapnya dengan klik video di bawah ini!
SBN Retail ORI028 Masih Dibeli Bibit, Kepastian Return Cair Tiap Bulan
Saat ini, SBN Ritel seri ORI028 bisa dibeli di Bibit pada masa penawaran hingga 23 Oktober 2025 pukul 10.00 WIB. Pilihan yang cocok untuk stabilkan portofolio dengan imbal hasil fixed rate hingga 5,65% p.a. yang bisa dikunci hingga jatuh tempo.
Return cair setiap bulan tanggal 15, sehingga jadi passive income rutin yang pasti. Cek simulasi passive income dari ORI028: