Bibit Update 15 Januari 2023: Inflasi AS Melandai 6,5% YoY Desember 2022, Terendah Sepanjang Tahun Lalu

Inflasi AS tercatat 6,5% secara tahunan (year on year/YoY) pada Desember 2022. Realisasi itu menjadi yang terendah sepanjang 2022 dan lebih rendah 0,1% dari posisi November 2022 yang tembus 7,1% YoY.

Mengutip berbagai sumber, inflasi inti naik 0,3% menjadi 5,7% sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Hal ini didorong oleh harga telur dan tiket pesawat. 

Data ekonomi AS ini akan menjadi acuan The Fed dalam menentukan suku bunga acuan dalam pertemuan FOMC pada 31 Januari-1 Februari 2023 mendatang. 

Sebelumnya, The Fed beberapa kali mengerek suku bunga acuan demi menekan inflasi AS yang terus meningkat tahun lalu. Terakhir, The Fed menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%-4,5% pada Desember 2022. 

Ekonomi AS kerap menjadi acuan bagi banyak pihak dalam memandang ekonomi global. Ketika inflasi melandai, artinya kondisi perekonomian AS juga berpotensi semakin membaik. Manfaatkan situasi ini dengan tetap nabung rutin di aplikasi Bibit.  

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ Kabar Indonesia Lain yang Perlu Kamu Simak Pekan Ini

  1. Bank Indonesia (BI) mencatat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat pada Desember 2022 dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Tercatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) naik dari 119,1 pada November 2022 menjadi 119,9 pada Desember 2022

  2. Harga jual BBM ron 92 di SPBU BP AKR lebih murah dari PT Pertamina (Persero). BP AKR menjual BP92 sebesar Rp12.509 per liter jika pembeli mengisi minimal 25 liter, sedangkan Pertamina menjual Pertamax sebesar Rp12.800 per liter

  3. Otoritas Ibu Kota Nusantara (OIKN) mencatat 100 lebih investor berminat menanamkan dana di IKN Nusantara. Namun, baru 71 investor yang mengirim letter of intent (LOI) dari luar dan dalam negeri. 

  4. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan nilai ekspor RI sebesar US$268 miliar sepanjang 2022. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya US$231,6 juta.  

๐ŸŒKabar Luar Negeri Pekan Ini

  1. Bank Dunia memproyeksi ekonomi global 2023 1,7%. Angka itu turun dari prediksi sebelumnya yang mencapai 3%. 

  2. Sejumlah ekonom memproyeksi ekonomi China hanya tumbuh 2,8% pada 2022. Realisasi itu lebih rendah dari realisasi 2021 yang mencapai 8,4%

  3. Inflasi China tercatat 1,8% pada Desember 2022. Angka itu meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,6%.

  4. Malaysia akan menghentikan ekspor CPO ke Uni Eropa. Rencana ini merupakan balas dendam Pemerintah Malaysia atas peraturan deforestasi Uni Eropa yang berlaku pada 6 Desember 2022 lalu.

Summary:

Inflasi AS pada Desember 2022 ke level 6,5% memperjelas kondisi bahwa tren inflasi telah berhasil melewati puncaknya yakni 9,1% pada Juni 2022. Hal ini sekaligus akan menjadi salah satu bahan pertimbangan utama The Fed untuk menentukan kebijakan suku bunga acuan (Fed Funds Rate/FFR).

The Fed berpeluang hanya menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam FOMC yang akan digelar 31 Januari-1 Februari 2023 mendatang seiring dengan inflasi AS yang melandai. Jika itu benar-benar terjadi, tekanan ekonomi AS akan berkurang, sehingga kekhawatiran investor terkait perlambatan ekonomi global juga semakin menipis.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) akan memiliki 'ruang' lebih fleksibel untuk mengatur suku bunga acuan (BI7DRR). Apa efeknya? Ekonomi RI akan semakin positif ditopang oleh kebijakan moneter yang masih pro-growth. 

Lalu, nilai tukar rupiah juga berpotensi stabil sesuai dengan target BI di level Rp14.800 per dolar AS. Kondisi ini akan berimbas positif untuk pasar saham dalam jangka panjang. 

Oleh karena itu, momen koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini bisa dimanfaatkan investor untuk membeli Reksa Dana Saham (RDS) dengan strategi Dollar Cost Averaging (DCA). RDS ini cocok untuk kamu yang memiliki target keuangan jangka panjang. 

Writer: Tim CRM