Reksa Dana Aktif dan Pasif, Apa Bedanya dan Pilih yang Mana?

Ada berbagai jenis atau kategori dalam reksa dana yang perlu dipahami ketika investor memilih reksa dana. Hal ini bertujuan untuk membantu investor dalam memilih reksa dana mana yang sesuai dengan tujuan keuangan hingga profil risiko. 

Kali ini kita akan bahas tentang kategori reksa dana dari segi strategi pengelolaan Manajer Investasi (MI). Ada dua jenis reksa dana yakni reksa dana aktif dan pasif. Nah, apa ya artinya?  

Reksa Dana Aktif

Artinya reksa dana ini dikelola  dengan tujuan utama  berusaha untuk mengalahkan indeks acuan atau tolok ukurnya, sehingga imbal hasil yang diperoleh memiliki potensi lebih dari rata-rata harga pasar. 

Kata aktif memiliki dua makna : 

  1. Manajer investasi lebih leluasa untuk mengatur strategi dalam mengelola portofolio. Dan pastinya, setiap manajer investasi memiliki strategi yang berbeda-beda. 

  2. Manajer investasi akan lebih sering melakukan jual beli efek dalam portofolio (lebih fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan kondisi dan dinamika pasar).

Reksa Dana Pasif

Artinya reksa dana dikelola dengan tujuan utama untuk meraih kinerja menyerupai performa  indeks acuannya (index mirroring). Tak heran, reksa dana pasif ini sering juga disebut sebagai reksa dana indeks. Contoh beberapa indeks yang menjadi acuan, untuk saham ada IDX30, SRI-KEHATI, JII 70. Lalu di obligasi ada indeks Indonesia Bond Index (INDOBeX).

Karena mengikuti pergerakan indeks acuan, biasanya MI tidak terlalu membutuhkan strategi khusus untuk memilih aset investasi dalam portofolionya karena alokasi aset akan serupa dengan indeks acuan. 

Jadi Apa Bedanya Reksa Dana Aktif dan Reksa Dana Pasif? 

Setelah memahami pengertian reksa dana aktif dan pasif (indeks), kita bisa memahami perbedaan dari kedua jenis reksa dana tersebut. Yuk simak tabel berikut supaya kamu jadi lebih mengerti!

Jika kalian lihat di tabel tersebut, terdapat istilah expense ratio. Apa sih artinya? 

  • Expense Ratio atau disebut juga biaya pengelolaan adalah besarnya biaya yang dikeluarkan MI dalam mengelola  portofolionya. Reksa dana aktif biasanya lebih besar dibandingkan dengan reksa dana pasif. 

Ini karena untuk mengelola reksa dana aktif, MI membutuhkan tenaga analis untuk mencari peluang pasar secara lebih intensif dan juga lebih sering melakukan transaksi jual beli efek dalam portofolio untuk memaksimalkan kinerja reksa dana. Semakin sering dilakukan transaksi jual beli, tentu ada biaya administrasi (fee) yang harus dibayarkan sehingga menambah beban biaya. 

Sedangkan expense ratio reksa dana pasif (indeks) lebih kecil karena MI tidak banyak melakukan transaksi dalam pengelolaan portofolio ataupun membutuhkan banyak tenaga analis untuk menganalisis aset yang akan dibeli. Pasalnya  pemilihan aset relatif mengikuti indeksnya saja.

Contohnya seperti di gambar bawah ini. TRIM Kapital adalah reksa dana yang dikelola secara aktif, sedangkan BNP Paribas SRI KEHATI merupakan reksa dana pasif/indeks.

Tapi tidak perlu khawatir, karena investasi reksa dana di Bibit tidak dikenakan biaya tambahan kok! Jadi hasil investasi reksa dana yang diterima nanti sudah bersih (net).

  • Isi Aset Portofolio

Reksa dana aktif lebih memiliki keleluasaan untuk memilih aset dalam portofolio sesuai dengan strategi MI. Jadi isinya dapat berubah-ubah mengikuti keputusan analisis dan strategi dari tim MI. Kamu bisa coba menganalisis strategi MI dimulai dari melihat bagian Fund Fact Sheet (FFS) reksa dana pada bagian Top Holdings

Di sisi lain, keseluruhan isi portofolio dari reksa dana indeks tentu akan mengikuti indeks acuannya. Misalnya reksa dana indeks yang mengacu pada IDX30, berarti keseluruhan isi portofolionya akan mengikuti emiten saham yang termasuk dalam IDX30. 

  • Risiko

Reksa dana Aktif dan Pasif memang memiliki risiko masing-masing. Ketika MI lebih aktif dalam melakukan beli-jual dan menyesuaikan dengan dinamika pasar, maka cost of mistake juga lebih besar dibandingkan dengan reksa dana pasif yang fokus pada kinerja dalam jangka sangat panjang. 

Sebaliknya MI di reksa dana pasif memiliki gerak terbatas dalam mengatur komposisi portofolio (hanya berubah jika ada penyesuaian indeks acuan). Itulah kenapa peluang saat ada momentum tertentu tak bisa dinikmati.

Bagaimana dengan Kinerja Reksa Dana Aktif vs Pasif?

Untuk melihat kinerja dari reksa dana aktif dan pasif, coba perhatikan contoh berikut ini terkait performa Reksa Dana Aktif dengan produk Sucorinvest Equity Fund dan Reksa dana Indeks dengan produk BNI-AM Indeks IDX30. 

Dari tabel di atas, terlihat jika  Sucorinvest Equity Fund (SEF) sebagai reksa dana aktif berusaha mengalahkan benchmarknya yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil return SEF dalam 5 tahun sudah jauh mengungguli IHSG, lho! Hal ini juga semakin terlihat dengan grafik kinerja SEF vs IHSG berikut ini. 

Di sisi lain, BNI-AM Indeks IDX30 yang merupakan reksa dana pasif/indeks memiliki performa yang tidak berbeda jauh dengan indeks acuannya yaitu IDX30. Kamu juga bisa melihat pergerakannya dengan grafik performa BNI-AM Indeks IDX30 dan IDX30 yang kinerjanya hampir mirip.

Jadi Pilih Reksa Dana Aktif atau Reksa Dana Pasif?

Reksa dana aktif dan pasif memiliki karakteristiknya masing-masing. Reksa dana pasif atau reksa dana indeks bisa menjadi salah satu pilihan bagi investor yang baru ingin memulai investasi di reksa dana saham. Karena investor bisa melihat secara langsung bagaimana performa indeks acuan dalam jangka panjang, sehingga dapat memperoleh gambaran tentang kinerja reksa dana yang dipilih. 

Misalnya, indeks SRI-KEHATI berisi 25 saham yang memiliki kinerja baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI) dan ditinjau 2 kali dalam setahun. 

Sebaliknya jika kamu memilih produk reksa dana aktif, artinya risiko yang harus dihadapi juga lebih tinggi seiring dengan imbal hasil yang relatif mampu mengalahkan indeks dan reksa pasif.

Tapi perlu diingat bahwa baik reksa dana aktif dan pasif yang mayoritas menempatkan asetnya di saham akan lebih cocok untuk investasi jangka panjang atau lebih dari 5 tahun dan investor dengan profil risiko agresif. Karena saham memiliki pergerakan yang sangat fluktuatif, sehingga harus siap dengan naik-turunnya pergerakan nilai investasi!

Nah, jadi antara reksa dana aktif dan reksa dana pasif, mana yang jadi pilihanmu?

Writer: Tim Edukasi