Market Summary
BPI Danantara telah menunjuk 5 bank sebagai koordinator untuk mendapatkan pinjaman multi–currency hingga US$10 miliar – Fasilitas pinjaman ini berpotensi menjadi pinjaman terbesar sepanjang sejarah di Asia Tenggara, menurut laporan Bloomberg.
AS Tak Ubah Tarif untuk Indonesia di 32% – Baru akan diimplementasi pada 1 Agustus 2025. Ini mundur dari deadline yang ditetapkan sebelumnya pada 9 Juli 2025, mengisyaratkan bahwa pemerintah AS masih terbuka pada negosiasi lanjutan.
Dua indeks utama AS (S&P 500 dan Nasdaq) mencetak rekor all–time high baru – pada Kamis (10/7), utamanya didorong oleh menguatnya harga saham Nvidia sebesar +1,22%, menandai rekor perusahaan publik pertama yang memiliki market cap US$4 triliun.
Danantara Incar Pinjaman US$10 Miliar
Reuters melaporkan bahwa pinjaman multi–currency hingga US$10 miliar yang didapatkan Danantara dari beberapa bank asing memiliki suku bunga yang setara dengan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia, tenor 3 tahun.
Sebanyak 5 bank asing telah ditunjuk menjadi koordinator untuk fasilitas kredit yang akan menjadi pinjaman terbesar sepanjang masa di Asia Tenggara ini, di mana masing–masing bank juga berkomitmen untuk meminjamkan US$1 miliar tanpa jaminan (unsecured) dan tanpa penjaminan dari pemerintah (government guarantees).
CEO Danantara, Rosan Roeslani, menyebut Danantara akan mengelola dividen sebesar Rp150 triliun (~US$9,2 miliar) pada 2025. Dari sisi belanja, Managing Director Finance, Arief Budiman, mengatakan Danantara hanya mengalokasikan investasi sekitar US$5 miliar hingga akhir 2025.
AS Tak Ubah Tarif untuk Indonesia di 32%
Presiden AS, Donald Trump, pada Senin (7/7) waktu setempat menetapkan tarif sebesar 32% untuk produk asal Indonesia, tidak berubah dibandingkan tarif awal yang diumumkan pada April 2025, meski pemerintah telah menawarkan paket senilai US$34 miliar untuk investasi dan impor barang dari AS.
Pemerintah AS baru akan mengimplementasikan tarif baru pada 1 Agustus 2025, mundur dari deadline yang ditetapkan sebelumnya pada 9 Juli 2025. Trump pun mengatakan bahwa deadline 1 Agustus 2025 “tidak 100% pasti”, mengisyaratkan bahwa pemerintah AS masih terbuka pada negosiasi lanjutan.
Trump sebut bahwa tarif sebesar 32% kepada Indonesia bahkan belum cukup untuk untuk mengeliminasi disparitas defisit perdagangan, yang dia klaim disebabkan oleh tarif, non–tarif, dan hambatan perdagangan (trade barriers) yang dilakukan Indonesia. Selain itu, Trump mengancam jika Indonesia memberikan tarif balasan kepada AS, maka AS akan menambah tarif untuk Indonesia dengan jumlah serupa di samping tarif existing 32%.
Disclaimer: Tarif pada tabel mengacu pada keputusan 7 Juli 2025 (waktu AS) dan berlaku mulai 1 Agustus 2025.
Pasar AS & Bitcoin Cetak All–Time High
Dua indeks utama AS — S&P 500 dan Nasdaq — cetak rekor all-time high pada Kamis (10/7), masing-masing ditutup naik ke level 6.280,46 (+0,27%) dan 20.630,67 (+0,09%). Kenaikan ditopang oleh saham Nvidia (NVDA) yang naik +1,22%, menjadikannya perusahaan publik pertama dengan kapitalisasi pasar US$4 triliun.
Pada waktu yang hampir bersamaan, Bitcoin juga mencetak rekor tertinggi baru di kisaran US$118.000, seiring meningkatnya sentimen risk-on di pasar. Kenaikan aset berisiko ini terjadi di tengah kekhawatiran tarif dagang. Menurut Steve Sosnick, Chief Strategist Interactive Brokers, pasar belum bereaksi keras karena implementasi tarif sering kali berubah.
Di Asia, indeks KOSPI Korea Selatan turut mencetak all-time high pada Jumat (11/7), dengan kenaikan +32,4% YTD, menjadikannya indeks dengan kinerja terbaik di Asia sejak awal 2025.
Bibit Weekly: Performa Pasar Saham IHSG dan Asia YTD 2025. Sumber: Bloomberg
Key Takeaways
Indeks utama AS — S&P 500 dan Nasdaq — mencetak rekor all-time high, ditopang oleh penguatan saham Nvidia (NVDA). Di waktu yang hampir bersamaan, Bitcoin juga mencetak rekor tertinggi baru, didorong oleh meningkatnya sentimen risk-on di pasar. Rally di pasar AS dan Korea Selatan terutama dipicu oleh optimisme terhadap tren AI, yang sejauh ini mengalahkan kekhawatiran atas kebijakan tarif AS.
Sementara itu, minat investor asing terhadap pasar Indonesia masih tertahan, seiring kekhawatiran atas fundamental ekonomi dan prospek pertumbuhan nasional. Hal ini tercermin dari arus keluar dana asing di IHSG yang terus berlanjut, dengan total net foreign outflow mencapai Rp56 triliun secara year-to-date (vs. minggu lalu: Rp55 triliun). Meski AS tidak mengubah tarif impor untuk produk Indonesia (tetap di level 32%), IHSG tidak mencatatkan penurunan signifikan, menandakan sentimen pasar yang tetap stabil.
Dalam jangka pendek, percepatan belanja pemerintah pada 2H25 dinilai menjadi faktor kunci untuk mendongkrak perekonomian, di samping pentingnya memantau perkembangan negosiasi dagang RI–AS. Sementara itu, konsensus Bloomberg sendiri masih memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas suku bunga sebanyak 50 bps lagi ke level 5% hingga akhir 2025.
Di tengah ketidakpastian, investor dengan profil risiko ‘low–moderate risk’ dapat mempertimbangkan:
SBN Retail Seri SBR014
SBN Retail seri SBR014 bisa dibeli di Bibit dengan imbal hasil floating with floor. Return bisa naik jika BI Rate naik, tapi tidak akan turun dari return minimumnya. Masa penawaran berakhir pada 7 Agustus 2025 pukul 10.00 WIB.
Reksa Dana
Reksa Dana Obligasi: Cenderung diuntungkan dalam siklus suku bunga turun. Investor dapat investasi rutin untuk jangka panjang di Reksa Dana Obligasi. Total return mencapai +37,9% dalam 5 tahun terakhir.
Reksa Dana Pasar Uang: Aset low risk dengan performa stabil dan likuid bisa dicairkan kapan saja.
*Return reksa dana per 14 Juli 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
Reksa Dana Obligasi
ABF Indonesia Bond Index Fund: Return +37,9% 5 tahun terakhir
Manulife Obligasi Unggulan Kelas A: Return +30,96% 5 tahun terakhir
Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas A: Return +28,53% 5 tahun terakhir
Reksa Dana Pasar Uang
Sucorinvest Sharia Money Market Fund: Return +6,00% setahun terakhir
BRI Seruni Pasar Uang III: Return +5,60% setahun terakhir
Majoris Pasar Uang Syariah Indonesia: Return +5,55% setahun terakhir
Market Update: Obligasi Pemerintah Kembali Catat Foreign Inflow dalam Sebulan Terakhir
Sumber: Bloomberg dan Bibit per 11 Juli 2025
In Case You Missed It
SBR014 Sudah Bisa Dibeli di Bibit, Imbal Hasil Floating with Floor — Masa penawaran berakhir 7 Agustus 2025. Imbal hasil SBR014 akan naik jika suku bunga BI (BI-Rate) naik. Namun imbal hasil SBR014 tidak akan turun dari batas imbal hasil minimum yang sudah ditentukan.
Return Tumbuh +116% Jika Investasi Rutin dari 10 Tahun Lalu — Volatilitas pasar dalam jangka pendek adalah hal yang wajar. Namun rebound yang kuat sering kali datang setelah fase koreksi. Cek simulasinya jika tetap investasi rutin di tengah fluktuasi pasar dalam jangka panjang.
Other Articles
MSCI Cabut Pengecualian untuk BREN, CUAN, dan PTRO
MSCI pada Jumat (11/7) mengumumkan bahwa Barito Renewables Energy ($BREN), Petrindo Jaya Kreasi ($CUAN), dan Petrosea ($PTRO) tidak akan lagi dikenakan perlakuan khusus (exceptional treatment) dan akan dievaluasi sesuai dengan metodologi yang berlaku (termasuk perubahannya) untuk review indeks bulan Agustus 2025 dan seterusnya.
Penjualan Mobil Juni 2025 Semakin Memburuk
Gaikindo mencatat bahwa penjualan wholesales mobil pada Juni 2025 hanya mencapai 57.760 unit (-23% YoY, -5% MoM). Ini merupakan angka penjualan bulanan yang terendah pada tahun ini, mengecualikan penjualan April 2025 yang terdampak Lebaran. Realisasi ini membuat penjualan selama 1H25 mencapai 374.741 unit (-9% YoY), hanya setara 42–50% target 2025 dari Gaikindo di kisaran 750.000–900.000 (vs. 1H24: 47% realisasi 2024).
Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu. Always do your own research.