Market Summary
Peluang Fed Rate Cut Menguat hingga Emas Cetak All–Time High – Non–Farm Payroll (NFP) di AS naik 22 ribu pada Agustus 2025 (vs. ekspektasi konsensus: 75 ribu). Ekspektasi Fed rate cut naik ke level 100%. Sementara itu, harga emas menyentuh rekor all–time high di 3.508,73 dolar AS.
BI Proyeksikan Ekonomi RI +5,3% pada 2026 – Gubernur BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 akan berkisar +4,7–5,5% YoY yang didasarkan pada proyeksi pemangkasan suku bunga BI serta pertumbuhan konsumsi dan investasi berdasarkan RAPBN 2026.
Pemerintah Lakukan Reshuffle Kabinet - Hasil reshuffle kabinet pada Senin (8/9), dengan Sri Mulyani digantikan oleh Purbaya Yudhi Sadewa.
Peluang Fed Rate Cut Menguat hingga Emas Cetak All–Time High
Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat bahwa Non–Farm Payroll (NFP) di AS naik 22 ribu pada Agustus 2025, jauh di bawah ekspektasi konsensus di level 75 ribu.
Sementara itu, data NFP Juli 2025 direvisi dari naik 73.000 menjadi naik 79.000. Adapun NFP periode Juni 2025 direvisi dari naik 14.000 menjadi turun 13.000, menandai penurunan pertama semenjak Desember 2020.
Selain data NFP, tercatat juga tingkat pengangguran di AS yang naik menjadi 4,3% pada Agustus 2025 (vs. Juli 2025: 4,2%), tetap sejalan dengan ekspektasi konsensus namun merupakan level tertinggi sejak Oktober 2021.
Hal ini meningkatkan probabilitas rate cut oleh The Fed ke level 100% per Senin (8/9), dibandingkan 91,8% pada pekan lalu berdasarkan CME FedWatch Tool.
Meningkatnya probabilitas rate cut bersama dengan tren de-dolarisasi global dan tingginya ketidakpastian geopolitik dan makroekonomi mendorong rally harga emas sehingga mencetak rekor all–time high di 3.508,73 dolar AS pada perdagangan intraday Selasa (2/9).
BI Proyeksikan Ekonomi RI +5,3% pada 2026
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan bahwa BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 akan berkisar +4,7–5,5% YoY (vs. perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025: +5,1% YoY), dengan pertumbuhan kredit perbankan di kisaran +9–12% YoY.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2026 didasarkan pada arah kebijakan moneter maupun fiskal yang lebih longgar.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, pada Selasa (2/9) menegaskan bahwa pemerintah tidak akan memberlakukan pajak baru maupun menaikkan tarif pajak pada 2026, meski RAPBN 2026 menargetkan pendapatan negara naik +9,8% YoY dan penerimaan perpajakan naik sekitar +13% YoY dibandingkan outlook APBN 2025.
Berdasarkan RAPBN 2026, konsumsi dan investasi diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis, Koperasi Desa Merah Putih, serta ketahanan pangan dan energi, diharapkan dapat mendukung daya beli.
Di samping itu, BI akan mendukung pendanaan anggaran negara melalui perjanjian burden sharing baru dengan pemerintah untuk membiayai program pembangunan 3 juta Perumahan Rakyat dan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.
Pemerintah Lakukan Reshuffle Kabinet
Presiden Prabowo Subianto melantik sejumlah menteri dan wakil menteri hasil reshuffle kabinet pada Senin (8/9). Salah satu perubahannya adalah pergantian Sri Mulyani dari posisi menteri keuangan menjadi Purbaya Yudhi Sadewa.
Menyusul keputusan ini, IHSG ditutup turun -1,28% ke 7.767 pada hari Senin (8/9), dengan kurs one–month NDF rupiah terhadap dolar AS melemah -1,07% ke 16.585 per Senin sore.
Key Takeaways
Investor global dan domestik mengantisipasi keputusan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada 17 September, dimana probabilitas pemangkasan suku bunga naik signifikan setelah rilis laporan tenaga kerja AS. Konsensus Bloomberg juga mengekspektasikan pemangkasan BI Rate sebesar -25 bps ke level 4,75% hingga akhir 2025 dan pemangkasan lebih lanjut sepanjang 2026. Namun di tengah tren penurunan suku bunga, reshuffle tampaknya memberikan kekhawatiran dan ketidakpastian bagi investor, yang terlihat dari respon negatif pasar di hari Senin (8/9).
Beberapa metrik yang perlu dimonitor dalam jangka pendek adalah: 1) foreign flow di pasar obligasi dan saham setelah reshuffle ini; dan 2) pergerakan yield obligasi pemerintah dan 3) pergerakan nilai tukar rupiah. Untuk yield obligasi, selain pergerakan yield di pasar sekunder, investor juga dapat memantau hasil lelang di pasar primer yang dijadwalkan Selasa (9/9). Dalam jangka yang lebih panjang, investor perlu memonitor kebijakan fiskal pemerintah dan efektivitasnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Reshuffle kabinet yang terjadi secara tiba–tiba ini menunjukkan bahwa berita dan sentimen pasar dapat berubah dengan cepat. Hal ini kembali menekankan bahwa yang penting untuk investor adalah disiplin berinvestasi sesuai profil risiko dan tujuan keuangan masing–masing, agar tidak mudah terpengaruh untuk panic selling atau FOMO.
Bagi investor yang ingin menambah stabilitas portofolio, produk seperti Reksa Dana Pasar Uang dapat dipertimbangkan. Sementara itu, di tengah tren penurunan suku bunga, investor yang memiliki profil risiko low–moderate dengan jangka waktu investasi lebih panjang dapat mempertimbangkan produk SBN Retail dan Reksa Dana Obligasi.
Top Reksa Dana Pasar Uang di Bibit
*Return reksa dana per 4 September 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
Reksa Dana Pasar Uang
Sucorinvest Money Market Fund: Return +6% dalam 1 tahun terakhir
BRI Seruni Pasar Uang III: Return +5,5% dalam 1 tahun terakhir
TRIM Kas 2 Kelas A: Return +5,5% dalam 1 tahun terakhir
Top Reksa Dana Obligasi di Bibit
*Return reksa dana per 4 September 2025. Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja di masa depan.
Reksa Dana Obligasi
ABF Indonesia Bond Index Fund: Return +36,5% 5 tahun terakhir
Manulife Obligasi Unggulan Kelas A: Return +30,4% 5 tahun terakhir
Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas A: Return +27,3% 5 tahun terakhir
Sukuk Ritel SR023
Investasi SBN SR023 bisa menjadi pertimbangan bagi investor yang mencari aset dengan kepastian return dari Fixed Rate Return pasti stabil hingga jatuh tempo. Imbal hasil cair setiap bulan, bisa jadi sumber passive income yang rutin.
Masa penawaran SR023 akan berakhir minggu depan, yakni 15 September 2025 pukul 12.00 WIB.
Market Update: Foreign Outflow Mingguan Tertinggi SBN Sejak Juni 2025
Sumber: Bloomberg per 4 September 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 3 September 2025
In Case You Missed It
Bibit Insights | Investor Bias: Memilih Informasi yang Sering Lewat, Bukan yang Tepat – Tetap berinvestasi sesuai profil risiko kamu agar terhindar dari Availability Bias. Bias ini terjadi saat keputusan investasi lebih dipengaruhi oleh info yang mudah diingat, bukan data objektif. Informasi yang paling sering muncul dianggap paling relevan.
Minggu Depan SR023 Berakhir, Segera Amankan Return Stabil – Masa penawaran akan berakhir pada 15 September 2025. Segera kunci kepastian return up to 5,95% p.a. yang cair setiap bulan. Pilihan investasi rendah risiko untuk stabilkan portofolio.
Other Articles
📈 PANI Berencana Rights Issue untuk Tambah Kepemilikan di CBDK – PANI berencana menggelar rights issue hingga 1,21 miliar saham baru untuk pembelian saham CBDK dan penyertaan saham baru di 3 anak usaha PANI. Harga pelaksanaan belum diumumkan, tetapi PANI mengasumsikan perolehan dana ~16,73 triliun rupiah dalam keterbukaan informasinya.
⏫ Kinerja Grup Adaro 2Q25: AADI Lampaui Ekspektasi, ADRO di Bawah Ekspektasi – AADI mencatatkan laba bersih 233 juta dolar AS pada 2Q25 sehingga laba bersih selama 1H25 menjadi 429 juta dolar AS (-50% YoY), melampaui ekspektasi 2025F konsensus. Sementara, ADRO mencatatkan laba bersih 98 juta dolar AS pada 2Q25 sehingga laba bersih selama 1H25 menjadi 175 juta dolar AS (-78% YoY), di bawah ekspektasi 2025F konsensus.