Update Trade War: Negosiasi Berlangsung, DXY Terendah dalam 3 Tahun
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan negosiasi kemitraan perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan AS akan diselesaikan dalam 60 hari.
Indonesia dan China mengadakan pertemuan pada Senin (21/4), di mana China mengajak Indonesia untuk menentang unilateralisme dan proteksionisme perdagangan, mempercepat integrasi ekonomi regional, serta menjaga stabilitas rantai industri dan pasokan. China juga akan mengimpor lebih banyak produk dari Indonesia.
Di sisi lain, Wall Street Journal melaporkan bahwa AS sedang mempertimbangkan pemangkasan tarif impor China dari 145% menjadi kisaran 50–65%.
China menanggapinya dengan mempertimbangkan penangguhan tarif 125% atas beberapa impor asal AS guna meringankan beban sektor-sektor yang masih bergantung pada produk AS.
Di tengah ketidakpastian perang dagang, kekhawatiran resesi, dan sempat beredarnya isu pemecatan Ketua The Fed, Jerome Powell, Indeks dolar AS (DXY) turun -1,8% WoW ke level 98,36 pada Selasa (22/4) dan menandai level terendah sejak Maret 2022.
Sebaliknya, harga emas sempat mencapai level all–time high di 3.499 dolar AS per troy ounce pada perdagangan intraday di pasar spot hari Selasa (22/4), sebelum kembali mengalami penurunan -6,2% ke level 3.282 dolar AS per troy ounce.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi Global dan Indonesia Melemah
IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2025 dan 2026 menjadi masing-masing +2,8% YoY dan +3% YoY. Bersamaan dengan itu, IMF juga menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia dari +5,1% menjadi +4,7% YoY untuk kedua tahun tersebut.
Bank Dunia turut merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 ke +4,7% YoY, dari sebelumnya +5,1% YoY, mempertimbangkan ketidakpastian global serta faktor kebijakan domestik.
Meski terjadi pemangkasan proyeksi oleh IMF dan Bank Dunia, Menteri Keuangan Sri Mulyani optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap akan berada di kisaran +5% YoY pada 2025, mendekati target pemerintah di +5,2% YoY.
Perkembangan Rilis Laporan Keuangan
Berikut adalah performa laba bersih dan 1Q25 dari beberapa emiten yang telah merilis laporan keuangannya per pekan ini:
Key Takeaways
Dengan ketidakpastian trade war, serta melambatnya outlook pertumbuhan ekonomi, volatilitas pasar saham tetap akan berlanjut. Pelemahan DXY yang dalam serta harga emas yang cukup volatile mensinyalkan perlunya perhatian khusus investor global terhadap kondisi pasar.
Volatilitas ini kembali menekankan pentingnya untuk stay invested atau berinvestasi secara rutin jika memiliki keyakinan terhadap suatu aset, sehingga market timing dan keputusan emosional dapat terhindari.
Investor juga perlu menyesuaikan alokasi investasi dengan profil risiko pribadi untuk membantu menghadapi ketidakpastian yang ada. Investor dengan profil risiko yang mengarah ke low-moderate risk dapat mempertimbangkan alokasi aset yang lebih banyak di aset stabil seperti Reksa Dana Pasar Uang atau Obligasi Negara jangka pendek.
Data Obligasi FR per 28 April 2025 pada jam market 10.30 - 14.00 WIB
Data Reksa Dana per 25 April 2025.
Berdasarkan data historis, tidak menjamin kinerja masa depan.
Market Update
Sumber: Bloomberg per 25 April 2025, kecuali Foreign Flow Obligasi per 22 April 2025
Writer: Bibit Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.