Mayoritas ekonom memprediksi bahwa suku bunga BI-7DRR telah berada di level puncak. Apakah ini berarti terdapat peluang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan? Bagaimana dampaknya dengan investasi dan juga kondisi terbaru iklim investasi?
Simak penjelasannya dalam wawancara eksklusif Bibit dengan Helmi Arman, Chief Economist Citi Indonesia!
Apakah Suku Bunga BI Sudah di Puncak?
Citi Indonesia memproyeksikan bahwa level suku bunga acuan saat ini di 5,75% telah berada di titik puncak. Hal ini didasari oleh berbagai pertimbangan:
Inflasi Indonesia yang telah melandai (Juli 2023: 3,08%), setelah sempat menyentuh level 5,95% pada September 2022.
Stabilitas nilai tukar rupiah dengan risiko gejolak yang lebih rendah. Pada 2022, The Fed secara agresif menaikkan suku bunga dari 0% hingga 4%. Kenaikan tersebut masih berlanjut tahun ini, meskipun level kenaikannya tidak setinggi tahun lalu.
Pertimbangan suku bunga riil, di mana saat ini selisih (spread) antara suku bunga acuan dengan inflasi inti di Indonesia berada jauh lebih lebar dibandingkan AS.
Kapan Suku Bunga BI akan Turun?
Citi Indonesia juga memperkirakan bahwa suku bunga acuan BI-7DRR berpeluang untuk dipangkas sebelum akhir tahun ini. Beberapa faktor yang mendukung pandangan tersebut:
Inflasi diperkirakan akan melanjutkan tren penurunan dengan proyeksi dapat berada di bawah level 3% pada September 2023.
Peluang penguatan nilai tukar rupiah, dipicu oleh The Fed yang diperkirakan mengakhiri kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini. Ketika hal ini terjadi, maka aliran dana berpotensi masuk ke negara berkembang (emerging markets) seperti Indonesia. Dengan begitu, nilai tukar rupiah pun berpeluang menguat.
Lalu Apa Dampaknya Bagi Instrumen Investasi?
Aset Obligasi
Penurunan suku bunga acuan umumnya akan diikuti oleh turunnya suku bunga di pasar uang. Ketika hal ini terjadi, maka imbal hasil (yield) berpotensi ikut turun, dan harga obligasi naik.
Aset Saham
Ketika suku bunga turun, maka sektor-sektor yang tergolong sensitif terhadap perubahan suku bunga (interest sensitive) berpeluang untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Berikut performa Obligasi FR jangka panjang yang tersedia di Bibit dan berpotensi atraktif jika suku bunga acuan dipangkas.
Performa beberapa produk reksa dana yang ada di Bibit:
Apakah Indonesia Menarik Bagi Investor Asing?
Terdapat berbagai faktor yang mendukung perkembangan iklim investasi dan menjadikan Indonesia sebagai tujuan menarik bagi investor asing.
Pertumbuhan Ekonomi yang Semakin Berimbang
Dalam dekade terakhir, komposisi pertumbuhan ekonomi Indonesia makin berimbang. Dulu pertumbuhan sangat didorong konsumsi, tetapi sekarang juga didorong investasi dan ekspor.Secara struktural, hal ini ditambah dengan risiko gejolak inflasi yang lebih kecil, menjadikan tingkat suku bunga dapat menurun dalam jangka panjang.
Tingkat inflasi
Dibandingkan negara-negara maju, tingkat inflasi di Indonesia melandai lebih cepat.Pengelolaan Fiskal yang Bijak
Hal ini terlihat dari level defisit APBN yang telah berada di bawah 3% dari PDB, atau sudah kembali ke level pra-pandemi.
Dengan penjelasan di atas, maka kamu tak perlu ragu lagi untuk memulai dan melanjutkan investasi. Temukan berbagai jenis instrumen investasi yang cocok denganmu di Bibit, mulai dari reksa dana, SBN ritel, dan Obligasi FR.
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana/produk tertentu.
Tonton wawancara eksklusif selengkapnya di Channel YouTube Bibit