Bank Indonesia akhirnya memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI7DRR) di level 5,75% pada Februari 2023. Keputusan ini merupakan pertama kalinya sejak BI menaikkan suku bunga selama enam bulan berturut-turut (sejak Agustus 2022). Total kenaikan suku bunga hingga saat ini sebesar 225 bps, yaitu dari 3,5% menjadi 5,75%.
Adanya kenaikan suku bunga ini nyatanya juga berdampak dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada cicilan dan investasi kita. Cicilan bisa jadi semakin berat, namun di sisi lain beberapa aset investasi berpotensi diuntungkan dengan kenaikan suku bunga. Kok bisa, ya? Simak penjelasannya berikut.
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Cicilan Utang
Jika suku bunga naik, maka cicilan utangmu bisa berpotensi naik juga. Terlebih jika cicilan utang dengan skema floating rate (mengambang), di mana perhitungan bunganya mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia dan kebijakan bank. Jadi jika suku bunga naik, maka bunga cicilan juga bisa naik. Biasanya cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bank konvensional menggunakan sistem floating rate ini.
Sebagai contoh untuk gambaran: Rudi membeli rumah seharga Rp350 juta. Setelah membayar Down Payment (DP) rumah sebesar Rp50 juta, Rudi memutuskan mengambil KPR untuk pelunasan sebesar Rp300 juta dengan tenor 20 tahun.
Awalnya, bunga yang dikenakan adalah 7% per tahun. Maka cicilannya per bulan (menggunakan perhitungan PMT) adalah sebesar Rp2,3 juta per bulan. Lalu saat suku bunga naik, bunga cicilannya juga naik sebanyak 2%. Bunga KPR pun menjadi 9%. Maka cicilan KPR per bulan menjadi Rp2,75 juta per bulan.
Jika dihitung secara persentase, maka cicilan KPR per bulan yang dibayar naik sekitar 19%. Nah itulah sebabnya jika kamu memiliki cicilan KPR dengan skema floating rate, perhatikan pergerakan suku bunga BI yang menjadi acuan dalam penentuan bunga cicilan ya.
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Investasi
Lalu bagaimana pengaruh suku bunga terhadap investasi? Jika kenaikan suku bunga berpotensi memberatkan cicilan utang, namun di investasi justru bisa berpotensi menguntungkan.
Kenaikan suku bunga acuan BI berpotensi menaikkan imbal hasil investasi, terutama untuk instrumen seperti Reksa Dana Pasar Uang. Ini karena Reksa Dana Pasar Uang menempatkan asetnya di instrumen pasar uang seperti deposito dan obligasi yang jatuh temponya kurang dari setahun.
Saat ini, rata-rata bunga deposito di bank BUMN berada di level 3% per tahun untuk deposito dengan tenor 12-24 bulan. Adanya kenaikan suku bunga acuan BI ini membuat bunga deposito bank juga berpeluang naik secara bertahap. Sedangkan yield obligasi pemerintah dengan tenor di bawah 1 tahun saat ini berada di kisaran 5,3-6,1% per 8 Maret 2023.
Dengan begitu, imbal hasil Reksa Dana Pasar Uang juga berpeluang semakin menarik mengingat alokasi investasinya di deposito dan juga obligasi tenor pendek (<1 tahun). Berikut ini beberapa performa dari 3 produk Reksa Dana Pasar Uang yang ada di aplikasi Bibit:
Untuk Reksa Dana Pasar Uang, strategi lump sum memang lebih disarankan bagi investor. Ini karena modal investasi sudah ditempatkan sejak awal, sehingga uang dapat bekerja lebih lama. Hal ini juga dikenal sebagai prinsip compounding.
Namun tidak masalah juga jika menggunakan strategi nabung rutin atau Dollar Cost Averaging (DCA). Karena yang terpenting adalah investasi secara konsisten agar dana kamu bisa tumbuh untuk melawan inflasi!
Writer: Tim Edukasi
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual reksa dana/produk tertentu.