Gimana Caranya Memisahkan Keuangan Keluarga dengan Orangtua atau Mertua?

Ada berbagai macam alasan, banyak pasangan suami istri yang masih tinggal serumah dengan orangtua atau mertua. Ada yang masih tinggal berdua, namun ada juga yang sudah memiliki anak atau tengah mengandung. Lantaran ada lebih dari satu keluarga dalam satu rumah, tentu ada banyak pengeluaran untuk kebutuhan hidup sehari-hari tersebut. Sebenarnya, bagaimana aturan keuangannya agar ‘sama-sama enak’ antara kamu maupun orangtua atau mertua? Simak pengalaman dua ibu rumah tangga berikut ini!

Andien, 28 tahun, karyawan bank swasta di Jakarta, sedang hamil 4 bulan.

 “Sejak menikah sekitar satu tahun lalu, saya dan suami tinggal di rumah mertua. Kebetulan di rumah orangtua suami saya juga tinggal adik ipar yang sudah bekerja. Oleh karena itu, kami sepakat untuk saling membagi pos-pos pengeluaran rumah tangga bersama ini. Saya dan suami kebagian membayar listrik, internet, dan juga kebutuhan di kamar mandi seperti pasta gigi, sabun, shampo, dan pembersih wajah. Sementara adik ipar bertanggung jawab untuk membayar sebagian kebutuhan pangan dan sembako bersama ibu mertua. Saya dan suami juga berkomitmen jika gaji atau penghasilan kami naik, maka saya dan suami juga sepakat untuk menambahkan cash money yang setiap bulan kami berikan ke mama.” Cerita Andien.

Lala, 32 tahun, ibu rumah tangga sekaligus freelance writer, mama dari 1 anak.

 “Kami tinggal di rumah orangtua saya sejak menikah kurang lebih empat tahun lalu. Sejak itu, saya dan suami sudah sepakat menyisihkan pendapatan kami berdua untuk kebutuhan rumah tangga dalam bentuk sejumlah uang tunai. Uang ini nantinya akan digunakan mama saya untuk membayar listrik, makan sehari-hari seluruh anggota keluarga, serta itung-itung ‘uang jajan’ mama karena sudah membantu mengurus anak saya di rumah. Selain itu kami juga rutin berbelanja bulanan seperti sembako, keperluan si kecil, dan seluruh keperluan kamar mandi. Lalu, jika ada kebutuhan lain di luar kebutuhan bulanan, seperti misalnya biaya pengeluaran rumah sakit karena beberapa waktu lalu, papa saya diopname selama beberapa hari, kami juga patungan, termasuk dengan adik saya yang bekerja di luar kota. Intinya prinsip sederhana kamu adalah siapa yang sedang memiliki uang lebih banyak, maka ia yang harus menyumbang lebih banyak pula.” Kata Lala

Lalu, bagaimana cara memisahkan keuangan keluarga bersama mertua yang baik agar tidak menimbulkan pertengkaran dalam rumah tangga?

Meskipun tinggal dengan orangtua sendiri, namun kamu tetap harus ‘tahu diri’ ya. Pengeluaran bulanan pun memang sebaiknya dibagi dengan orangtua. Agar tidak terjadi konflik lantaran uang merupakan hal yang sensitif, terapkan tip berikut:

Pertama, rencanakan keuangan keluarga dengan pasangan

Tinggal serumah maupun terpisah dengan orang tua, kamu dan pasangan harus membicarakan secara terbuka mengenai kondisi keuangan masing-masing. Kemudian, rencanakan keuangan keluarga dengan menentukan tujuan finansial dan alokasi pendapatan. Tujuan finansial antara lain: membeli rumah, membeli kendaraan, dana pendidikan anak, liburan, perjalanan ibadah, dana pensiun. Dengan memiliki tujuan finansial, kamu akan lebih mudah mengalokasikan pendapatan tiap bulannya.

Kedua, tentukan berapa besar kontribusi bulanan

Dari alokasi di atas, kamu bisa mendiskusikan dengan pasangan berapa besar kontribusi yang bisa diberikan pada mertua setiap bulannya, termasuk dalam bentuk apa. Bisa uang tunai untuk belanja bahan makanan, membayar tagihan bulanan seperti listrik dan internet, atau kebutuhan rumah tangga rutin lain seperti gas dan air minum. Jika kamu dan pasangan sama-sama bekerja, diskusikan pula dari penghasilan siapakah kontribusi tersebut akan diberikan. Bisa juga, masing-masing memberi kontribusi sesuai kemampuan.

Walaupun mungkin orangtua atau mertua kamu tidak pernah meminta secara langsung berapa uang yang harus kamu berikan untuk membantu kebutuhan rumah tangga sehari-hari, sebaiknya kamu dan suami sudah menyepakati jumlah uang atau pengeluaran apa saja dalam sebulan yang menjadi tanggung jawab kamu berdua. 

 

Misalnya kebutuhan makanan. Berdasarkan hasil riset dan survei yang mereka lakukan tahun 2018, untuk konsumsi DKI Jakarta, rata-rata pengeluaran per kepala adalah Rp 847.847 per bulan. 

Jadi, jika membiayai orang tua serta mertua sebesar Rp 1.695.694

Maka, sisihkan sebesar pengeluaran makan bulanan per rumah tangga.

 

Ketiga, persiapkan dana darurat

Membiayai sebagian kebutuhan orang tua (atau malah sepenuhnya) bukan berarti tuntas kewajiban. Menjaga kesehatan mental orang tua sama dengan menjaga kesehatan mereka juga tak kalah penting. Kamudan suami memang tengah ada keperluan mendadak atau biaya tak terduga, mungkin kamu bisa mengurangi 10% dari gaji untuk kebutuhan dana darurat orang tua.

Menunjukkan rasa sayang kepada orangtua dan mertua, tidak hanya dalam bentuk uang dengan jumlah yang besar. Selagi kamu dan pasangan bisa memenuhi kebutuhan bulanannya dengan cukup sesuai kemampuan, orangtua dan mertua pastinya akan senang. Selebihnya, kamu dan pasangan bisa memenuhi kebutuhan utama kalian.