Tahun 2022 sudah berlalu setengah jalan. Selama periode itu, banyak hal yang bisa menjadi pelajaran untuk kita semua, khususnya investor di pasar modal. Apalagi kalau bukan kondisi yang terjadi di pasar modal di Indonesia. Nah, Bibit Weekly sepanjang Juni 2022 akan mengupas tuntas, kenapa sih investasi kamu bisa naik turun?
Flashback Dulu Yuk! β³
Diawal tahun 2022, penutupan perdagangan 3 Januari 2022 mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke level 6.665. Sempat naik sedikit, namun akhirnya pada 24 Februari 2022, perang antara Ukraina dan Rusia pecah sehingga sempat mempengaruhi pasar modal di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Hingga akhirnya pada 24 Maret 2022, IHSG berhasil menembus level All Time High 7.000-an tepatnya di 7.049. Sayangnya, posisi tersebut tidak bertahan lama karena IHSG kembali turun hingga ke level 6.909 pada penutupan 9 Mei 2020, turun 4,4% akibat Bank Sentral Amerika, The Fed yang menaikkan suku bunga dan penyesuaian pasar setelah libur panjang Idul Fitri.
Kini, IHSG pelan-pelan kembali ke arah 7.000-an, atau tepatnya pada penutupan perdagangan Jumat, 3 Juni ke level 7.182.
Pesan dari Cerita Masa Lalu π
Nah dari cerita flashback di atas, memang ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar modal, tak hanya investasi saham tapi juga investasi di reksa dana. Meskipun, biasanya hanya Reksa Dana Saham (RDS) dan Reksa Dana Obligasi (RDO) yang lebih berfluktuasi. Berikut beberapa faktor penyebab naik-turunnya investasi kamu, simak baik-baik ya!
π° Kondisi Perekonomian. Saat perekonomian suatu negara tumbuh positif, maka akan tingkat kepercayaan investor meningkat. Sebaliknya, perekonomian memburuk, performa reksa dana juga bisa terkena imbasnya.
Contoh nyata saat ini: Meski tidak separah negara lain, Indonesia juga mengalami tekanan inflasi. Secara sederhana, inflasi adalah naiknya harga barang dan jasa yang menyebabkan turunnya nilai uang. Ngerasa nggak, belakangan ini harga-harga mengalami kenaikan? Sebut aja, harga BBM, tiket pesawat, sembako, dan lainnyaπ’.
πΊ Berita Ekonomi Makro dan Mikro. Kabar positif tentang suatu kondisi ekonomi makro dan mikro akan menciptakan sentimen positif, sehingga mendorong harga reksa dana mengalami kenaikan. Dan begitu juga sebaliknya. Saat ini, kamu bisa dengan mudah mengakses pemberitaan seputar ekonomi hanya melalui gadget-mu saja.
Contoh nyata saat ini: Salah satu yang sedang ramai dibicarakan adalah The Fed yang sudah menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali sepanjang 2022 ini. Artinya? Bank Indonesia juga berpotensi menaikkan suku bunga yang bisa mempengaruhi performa obligasi dan saham.
π Kondisi Politik dan Keamanan Negara. Kondisi yang aman akan membuat investor lebih tenang. Imbasnya, investasi masih akan tumbuh positif di masa depan. Sebaliknya, ada kondisi negara yang kurang stabil sehingga bisa menyebabkan sentimen negatif untuk investor.
Contoh nyata saat ini: Perang antara Rusia dan Ukraina yang mempengaruhi banyak pihak. Ketika terjadi perang, performa investasi di Rusia dan Ukraina mengalami kejatuhan. Indonesia mendapat efek tidak langsung salah satunya kenaikan harga komoditas.
Buat kamu yang sudah menjadi investor, pasti banyak mendapatkan pelajaran berharga sejak awal tahun ini. Misalnya portofolio kamu yang sempat hijau di awal tahun, tiba-tiba jadi merahπ₯π Jadinya kamu bertanya-tanya nih: bagaimana faktor-faktor tadi mempengaruhi pergerakan investasi reksa dana kamu? Reksa dana jenis apa saja yang ikut terdampak?
Kamu bisa temukan jawabannya di Bibit Weekly minggu berikutnya. Tunggu update-nya sebagai bahan pembelajaran, agar kamu semakin siap saat bisa berinvestasi lebih banyak lagi di masa yang akan datang. Sambil terus belajar, jangan lupa tetap konsisten investasi reksa dana sesuai dengan tujuan keuanganmu.
Kabar Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,4% secara bulanan pada Mei 2022. Inflasi tercatat sebesar 2,56% secara tahun berjalan dan sebesar 3,55% secara tahunan. Kenaikan harga tiket pesawat, ikan, hingga bawang menjadi faktor inflasi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis prospek pemulihan ekonomi nasional terus menguat karena mobilitas masyarakat mulai normal usai pandemi Covid-19. Sri mulyani memproyeksikan ekonomi RI tembus 5,9% pada tahun 2023 yang lebih tinggi dari tahun 2022 sebesar 5,2%. Pemulihan ini juga didorong oleh konsumsi masyarakat yang mulai pulih setelah pandemi.
Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia meningkat pesat pada April 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 111,1 ribu jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada April 2022. Kepala BPS Bapak Margo Yuwono mengatakan bahwa jumlah tersebut meningkat 172,27% secara bulanan dan hampir 500% secara tahunan.
SBN ritel ketiga tahun ini, yakni Saving Bond Ritel seri SBR011 jadi incaran investor. Berdasarkan data per Jumat (3/6), SBR011 sudah laku terjual lebih dari Rp5 triliun atau melebihi kuota nasional. Sehingga pemerintah menambah kuota nasional sebesar Rp2 triliun menjadi Rp7 triliun.
Poin Penting
Pemerintah semakin optimistis bahkan tingkat pemulihan ekonomi bisa kembali ke kondisi pra-pandemi. Hal ini terlihat dari beberapa indikator, seperti angka wisman yang melonjak 500% secara tahunan. Di sisi lain, inflasi tak terelakkan. Kamu bisa melawan inflasi dengan nabung rutin reksa dana di Bibit. Tak hanya itu, saat ini pemerintah pun masih menawarkan SBN seri SBR011 dengan kupon floating minimal 5,50%. Cek SBR011 di Bibit sekarang!