Pahami Indikator Ini Saat Investasi Reksa Dana

Buat kamu yang baru memulai perjalanan investasi di reksa dana, mungkin sering mengalami kebingungan saat memilih produk reksa dana yang cocok. Apalagi saat melihat informasi produk reksa dana, ada berbagai macam istilah di dalamnya. Biar makin paham, yuk kita bahas indikator-indikator apa saja yang bisa kita perhatikan saat berinvestasi di reksa dana!

Contoh Halaman Salah Satu Produk Reksa Dana Pasar Uang di Aplikasi Bibit

1. Return (Imbal Hasil) 

Return atau imbal hasil menjadi indikator untuk mengukur kinerja suatu reksa dana. Return ini bisa dilihat dalam jangka waktu, misalnya 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, atau sejak peluncuran produk (all-time). 

Return ini bisa diukur dari total return dan Compound Annual Growth Rate (CAGR). Total return adalah keseluruhan imbal hasil yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, total return sebuah produk reksa dana adalah 18% dalam 3 tahun. Itu artinya, dalam 3 tahun terakhir, total keuntungan yang diperoleh 18%. Namun dalam CAGR, bisa saja return yang tertulis dalam 3 tahun adalah 5%. Soalnya, CAGR lebih menggambarkan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan dalam 3 tahun terakhir.

Intinya, indikator return memberikan kita gambaran tentang potensi keuntungan dari sebuah produk reksa dana. Tapi perlu dipahami juga bahwa return yang tertulis berdasarkan kinerja masa lalu dan tidak menjamin hasil di masa depan.

2. Max Drawdown 

Maximum drawdown adalah penurunan maksimum harga reksa dana dari titik tertinggi ke titik terendah selama periode tertentu. Jadi, max drawdown mencerminkan risiko penurunan terbesar dari harga sebuah produk reksa dana. Contoh, max drawdown sebuah produk reksa dana dalam 1 tahun sekitar 3%. Ini artinya, reksa dana tersebut mengalami penurunan paling besar sekitar 3% dalam 1 tahun terakhir. Dengan mengetahui max drawdown, kamu memiliki gambaran apakah risiko penurunan yang ada sesuai dengan tingkat toleransi dari profil risikomu. 

3. Asset Under Management (AUM) 

AUM adalah total dana kelolaan dari sebuah produk reksa dana. Jadi AUM menggambarkan berapa besar total dana investor yang diinvestasikan dalam produk reksa dana tersebut. AUM bisa menjadi indikator untuk mengukur tingkat kepercayaan investor kepada Manajer Investasi yang mengelola produk reksa dana. Semakin besar jumlah AUM, maka bisa menggambarkan tingginya tingkat kepercayaan investor.

4. Expense Ratio 

Expense Ratio mengukur besaran biaya operasional reksa dana dibanding rata-rata nilai aset bersih dalam satu tahun terakhir. Biaya operasional misalnya meliputi management fee, custodian fee, biaya transaksi aset, dan lainnya. Semakin rendah expense ratio, bisa dikatakan pengelolaan produk reksa dananya juga semakin efisien.
Tapi kamu nggak perlu khawatir, soalnya return reksa dana yang kamu lihat sudah bersih atau setelah dipotong expense ratio kok! Jadi indikator expense ratio ini bisa kamu gunakan untuk mengukur seberapa efisien pengelolaan produk reksa dana dibandingkan dengan produk reksa dana yang sejenis.

Namun sebelum memilih produk reksa dana, jangan lupa juga kita harus mengenal dan memilih jenis reksa dananya terlebih dahulu. Ada beberapa jenis reksa dana, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana obligasi, atau reksa dana saham. 

Karena nih, jenis reksa dana yang dipilih bergantung pada profil risiko dan juga jangka waktu tujuan keuanganmu. Misalnya, kalau tujuan keuanganmu untuk jangka pendek (< 1 tahun), maka jenis reksa dana pasar uang bisa menjadi pilihan. Soalnya reksa dana pasar uang ditempatkan pada instrumen pasar uang seperti deposito dan obligasi yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun, jadi pergerakannya cenderung stabil meningkat. 

Kalau tujuan keuangan untuk jangka menengah (1-5 tahun), maka kamu bisa pilih reksa dana obligasi. Karena meskipun pergerakan reksa dana obligasi fluktuatif dalam jangka pendek, tapi secara jangka menengah bisa memberikan potensi return yang lebih tinggi dibanding reksa dana pasar uang. 

Sedangkan, jika tujuan keuanganmu dalam jangka panjang (di atas 5 tahun), reksa dana saham bisa menjadi pilihan. Sebab reksa dana saham memiliki potensi return yang lebih tinggi dibanding reksa dana pasar uang dan reksa dana obligasi dalam jangka panjang. Tapi jangan lupa “High Risk High Return” yang artinya semakin tinggi potensi return, maka akan semakin tinggi juga risikonya.

Tapi jangan lupa juga pertimbangkan profil risikomu ya! Kalau memang tujuan keuanganmu dalam jangka panjang namun profil risiko konservatif alias tingkat toleransi risiko masih rendah, nggak masalah untuk memilih investasi yang rendah risiko seperti reksa dana pasar uang. Yang penting, tetap konsisten berinvestasi untuk mewujudkan tujuan keuangan demi masa depanmu!

Writer: Catharina Kania A.