Tahun 2024 menjadi tahun yang penuh dinamika di pasar obligasi global. Sejumlah peristiwa besar, seperti pemilu presiden Amerika Serikat, ekspektasi serta realisasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), dan ketegangan geopolitik, memberikan dampak signifikan terhadap kinerja berbagai jenis aset obligasi.
Secara keseluruhan, yield Obligasi FR mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan yield pada awal tahun yang membuat Obligasi FR semakin menarik untuk dikoleksi pada akhir tahun ini.
Obligasi FR (Short Term)
Obligasi FR (Long Term)
Rangkuman peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dari awal tahun:
Dari awal tahun hingga Mei, Yield Obligasi FR naik seiring isyarat higher for longer dari The Fed
The Fed, memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di rentang 5,25–5,5% pada Rabu (1/5) waktu setempat.
Kepala The Fed, Jerome Powell, mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak akan menaikkan suku bunga lebih lanjut.
Namun, ia juga mengatakan bahwa pemangkasan suku bunga akan lebih lambat dari perkiraan awal.
Dari Mei Hingga Juli, Yield Obligasi FR cenderung terjaga di level relatif tinggi. Data inflasi dan ketenagakerjaan menunjukkan pelemahan ekonomi, The Fed isyaratkan siap potong suku bunga.
Pada Juli, data tingkat pengangguran AS meningkat dan non-farm payrolls (NFP) AS melemah, lebih buruk dibandingkan ekspektasi konsensus. Inflasi juga melandai.
Kepala The Fed, Jerome Powell, menahan suku bunga acuan AS di level 5,25%- 5,5% pada Rabu (31/7) waktu setempat.
Powell juga mengatakan bahwa The Fed dapat melakukan pemotongan suku bunga pada FOMC bulan September jika disinflasi terus berlanjut sesuai ekspektasi.
Dari Juli hingga September, Yield Obligasi FR turun seiring peningkatan ekspektasi pemangkasan suku bunga.
Bank Indonesia pada Rabu (18/9) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar -25 bps menjadi 6%. Keputusan ini di luar ekspektasi konsensus yang memperkirakan BI Rate tidak berubah.
The Fed pada Rabu (18/9) memangkas suku bunga acuannya sebesar -50 bps ke level 4,75–5%, menandai pemangkasan suku bunga pertama sejak kenaikan suku bunga secara agresif dalam 2 tahun terakhir.
Dari September hingga akhir tahun, Yield Obligasi FR kembali naik seiring kemenangan Donald Trump pada Pilpres AS dan Menguatnya DXY
Donald Trump pada Rabu (6/11) waktu setempat memenangkan pilpres AS. Trump sendiri mengusung kebijakan inflationary dan proteksionis.
Seiring dengan hal tersebut, indeks Dolar AS menguat hingga mencapai level tertinggi dalam 1 tahun dan rupiah melemah hingga hampir kembali mencapai Rp16.000 di Desember.
Di sisi lain, rate cut AS diisyaratkan melambat.
SBN Retail
Keputusan BI menahan suku bunga acuan hingga September 2024 menjadi keuntungan bagi investor SBN untuk mengunci imbal hasil saat suku bunga di puncak (tinggi).
Adapun saat BI memangkas suku bunga pada September lalu, SBN tetap menawarkan imbal hasil (kupon) yang menarik. Terbukti dengan ST013-T2 dan ST013-T4 yang masuk dalam kategori SBN dengan imbal hasil tertinggi di 2024 pada masa penawarannya (November-Desember 2024).
SBN Retail sangat cocok bagi investor yang menginginkan passive income pasti yang dikirim setiap bulan. Nantikan kesempatan untuk investasi SBN Ritel pada masa penawaran berikutnya di 2025!
Writer: Bibit Investment Research Team & CRM Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.