Market Euphoria After Rate Cuts
Kami melihat siklus pemangkasan dan kenaikan suku bunga dalam 5 tahun terakhir cukup unik, dengan pemangkasan drastis pada 2020–2022 yang dilanjut peningkatan suku bunga yang pesat. Perubahan drastis dalam kurun waktu singkat menyebabkan volatilitas berbagai aset investasi.
Ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga yang terealisasi dengan dipotongnya 50 bps oleh the Fed dan 25 bps oleh Bank Indonesia sudah direspons dengan kenaikan +4,5% dan +9% di indeks obligasi dan saham dalam 3 bulan terakhir.
Are The Rate Cuts Priced In?
Perlu diingat bahwa siklus pemangkasan suku bunga baru saja dimulai.
Berdasarkan CME FedWatch Tool terakhir, market mengekspektasikan The Fed lanjut memangkas -175 bps hingga akhir 2025. Sementara itu, berdasarkan ekspektasi konsensus Bloomberg, pemangkasan suku bunga oleh BI diekspektasikan lebih sedikit, yakni pemangkasan sekitar 75bps atau tiga kali lagi hingga akhir 2025.
Ekspektasi pemangkasan The Fed yang lebih agresif daripada BI dapat membuat spread atau perbedaan suku bunga antara BI Rate dengan Fed Rate semakin melebar. Hal ini membuat investasi di Indonesia lebih menarik bagi investor.
Namun belajar dari masa lalu, menurut kami juga akan tetap ada volatilitas karena probabilitas, besaran, dan timing pemotongan suku bunga the Fed dapat berubah sewaktu-waktu berdasarkan data inflasi dan ekonomi. Karena itu, menurut kami investor masih dapat menggunakan kesempatan ini untuk berinvestasi di obligasi dan saham yang secara historis diuntungkan dari siklus pemotongan suku bunga.
Is it Too Late to Buy Bonds?
Walaupun Reksa Dana Obligasi dan harga obligasi sudah mengalami rally ~2-5% selama 3 bulan terakhir, menurut kami imbal hasil obligasi masih cukup menarik. Ini terutama karena perbedaan dari imbal hasil obligasi dengan rata-rata deposito semakin melebar, Selain itu, dengan dipotongnya suku bunga, return yang didapatkan dari instrumen cash seperti tabungan dan deposito akan terus menurun. Perlu diingat obligasi juga mempunyai pajak yang 50% lebih rendah daripada deposito (pajak obligasi 10% vs pajak deposito 20%).
Dengan instrumen obligasi, investor bisa mengunci yield sampai jatuh tempo. Walaupun obligasi jangka panjang akan mendapatkan capital gain lebih tinggi saat suku bunga turun, volatilitasnya juga akan lebih tinggi. Utamanya dengan probabilitas dan timing pemotongan suku bunga yang dapat berubah, sehingga belum tentu cocok untuk investor yang tidak mempunyai jangka waktu investasi panjang.
Menurut kami obligasi jangka 1-3 tahun masih memberikan risk-reward yang menarik. Investor masih dapat mengunci yield sebesar 6-6,3% untuk jatuh tempo 1-3 tahun, di mana imbal hasil ini tidak akan berubah walaupun suku bunga turun. Jadi investor mempunyai opsi untuk menjualnya untuk capital gain ketika suku bunga turun, atau tetap menikmati imbal hasil tinggi tersebut sampai jatuh tempo.
Is it Too Late to Buy Stocks?
Selama tiga bulan terakhir, IHSG memang telah mengalami kenaikan yang cukup pesat, didorong terealisasinya pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia.
Namun, kami melihat bahwa IHSG saat ini masih murah secara historis dan apabila dibandingkan dengan pasar modal negara berkembang lain. Secara historis, forward P/E IHSG berada di 13,8x, atau -1 standard deviation dibawah rata-rata 10 tahun. Dan ini juga lebih murah dari negara berkembang lain di Asia seperti Malaysia (15x) Thailand (16x), dan India (24x).
Secara historis di 2015 dan 2020, ketika IHSG menyentuh level -2 STDev–seperti yang telah terjadi pada bulan Juni 2024 lalu, biasanya juga akan terjadi rebound yang signifikan. Sehingga masih ada potensi kenaikan lebih lanjut.
Kami juga melihat meningkatnya ketertarikan investor asing dalam tiga bulan terakhir. Foreign inflow saham dan obligasi mengalami peningkatan signifikan.
Optimize Your Portfolio
Dengan mulainya pemotongan suku bunga, return dari cash akan semakin turun. Jadi investor dapat mempertimbangkan untuk mengalokasikan lebih banyak investasi ke aset yang akan diuntungkan dari pemotongan suku bunga seperti obligasi dan saham. Namun juga tak melupakan jangka waktu investasi serta profil risiko kamu. Berikut adalah contoh aset investasi yang dalam penilaian kami menawarkan risk-reward yang menarik:
Obligasi negara dengan jatuh tempo lebih pendek seperti PBS032 (6,04% per tahun) dan ORI026-T3 (6,30% per tahun) memberikan risk-reward menarik terutama dibanding deposito dan memperhitungkan faktor volatilitas.
Di sisi lain, untuk jangka waktu lebih panjang, investor dengan risiko cenderung rendah dapat mempertimbangkan obligasi negara dengan tenor lebih panjang, seperti ORI026-T6 (6,40% per tahun).
Investor yang tertarik untuk berinvestasi jangka panjang dan mencari potensi return lebih tinggi, dapat mempertimbangkan saham dan dapat berfokus pada beberapa sektor yang dapat berkembang karena adanya pemangkasan suku bunga:
High foreign inflow: Investor asing cenderung menunjukkan preferensi pada saham sektor perbankan
Interest-rate-sensitive: Pemangkasan suku bunga berpotensi mendongkrak demand pada sektor properti dan otomotif
Good economic growth: Pertumbuhan perekonomian yang berpotensi meningkat akibat pemangkasan suku bunga akan berdampak positif pada kinerja sektor komoditas
Pastikan kamu mendiversifikasi portofolio untuk menyeimbangkan potensi return dan risiko dengan memilih variasi produk short-term (risiko dan return yang lebih rendah) hingga produk long-term (risiko dan return yang lebih tinggi).
Writer: Investment Research Team
Disclaimer: Konten ini hanya dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan rekomendasi untuk beli/jual produk investasi tertentu.