Sebelum pandemi, dana darurat bisa jadi hanya istilah yang sering kamu lihat dalam artikel atau perencanaan keuangan. Namun sejak pandemi, dana darurat menjadi hal yang benar-benar harus disiapkan dan tidak bisa dianggap remeh.
Contoh nyata bagaimana dana darurat bisa menjadi penyelamat adalah saat beberapa perusahaan terpaksa merumahkan/PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) karyawannya akibat pandemi. Bagi yang belum memiliki persiapan, utang bakal jadi jalan ninja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi yang sudah siap, dana darurat bisa menjadi penolong sampai kondisinya lebih membaik.
Contoh lain dari pentingnya dana darurat adalah kamu terpaksa membeli smartphone baru karena smartphone lamamu sudah rusak. Padahal, itu adalah salah satu alat kerja yang juga merupakan sumber penghasilanmu. Sehingga, mau tak mau kamu harus beli smartphone baru saat itu juga.
No problem kalau sudah ada dananya, kamu bisa beli sesuai budget yang kamu punya. Permasalahannya adalah, ketika kamu nggak punya dana darurat, maka pilihannya dengan utang, bisa dengan pinjam teman, cicilan kartu kredit hingga pinjaman online. Bukan pilihan yang menyenangkan, ya?
Berapa jumlah dana darurat yang harus disiapkan?
Buat kamu yang masih single, setidaknya kamu bisa menyiapkan 3 bulan dari pengeluaran wajib setiap bulan. Selanjutnya untuk kamu yang sudah menikah, siapkan 6 bulan dari pengeluaran bulanan. Nah, buat yang menikah dan punya anak, siapkanlah setidaknya 12 bulan dari pengeluaran bulanan.
Adapun daftar pengeluaran untuk menghitung jumlah dana darurat yang harus disiapkan adalah kebutuhan pokok misalnya konsumsi harian, tagihan rutin bulanan (listrik, internet, air), transportasi, pembayaran sewa rumah/kos (jika ada), hingga pengeluaran seperti utang misalnya cicilan KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Pengeluaran ini tidak termasuk hiburan seperti liburan karena sifatnya bukanlah pengeluaran wajib.
Supaya lebih jelas, simak tabel di bawah ini sebagai contoh kebutuhan dana darurat untuk kamu yang single sampai pasangan yang memiliki anak.
Tabel di atas merupakan jumlah dana darurat yang bisa kamu siapkan untuk memenuhi kebutuhan darurat yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Tapi ingat, perhitungan di atas bukanlah angka pasti yang harus kamu penuhi. Sesuaikan saja dengan kondisi kamu dan terus konsisten saat mengumpulkannya.
Cara untuk mengumpulkan dana darurat tersebut adalah dengan mengalokasikan 10% dari penghasilan bulanan (gaji) sampai terkumpul dana daruratmu. Namun, nggak masalah juga kalau kamu hanya bisa mengumpulkan di bawah 10% dari gaji setiap bulannya. Sebab, yang terpenting adalah konsisten dan punya target yang jelas supaya kamu siap jika ada keadaan darurat.
Kalau udah paham hitungannya, jangan lupa memisahkan dana darurat dengan rekening tabungan untuk keperluan kamu sehari-hari, ya! Yang harus dipahami juga, tempatkan dana darurat di tempat yang aman, mudah diakses dan dicairkan. Misalnya, sebagian di rekening bank yang berbeda dengan rekening sehari-hari dan sebagiannya lagi di tempatkan di instrumen investasi Reksa Dana Pasar Uang (RDPU).
Kenapa RDPU? Karena uang kamu akan ditempatkan di deposito dan instrumen yang jatuh tempo nya di bawah 1 tahun sehingga cenderung lebih stabil dan risikonya rendah. Bonusnya, kamu juga akan mendapatkan return dari investasi kamu.
Kabar baiknya nih, di Bibit ada fitur Instant Redemption atau Pencairan Instan lho!
Dengan fitur ini, reksa danamu bisa dicairkan langsung dan masuk ke dalam rekening dalam hitungan detik saja. Jadi kalau misalnya dana daruratmu sudah terkumpul dan sewaktu-waktu kamu butuh dananya karena ada peristiwa genting terjadi, kamu bisa mencairkan dananya langsung. Jangan lupa baca dan perhatikan ketentuannya di sini ya!
Gimana, udah siap ngumpulin dana darurat? Atau kamu sudah setengah jalan ngumpulinnya? Semangat terus dan jangan kasih kendor. pilih instrumen yang kamu di aplikasi Bibit!