Anak Bukan Dana Pensiun, Pertimbangkan Ini Sebelum Merencanakan Hari Tua

Menyiapkan dana pensiun tidak kalah penting dengan tujuan keuangan lainnya. Dalam piramida keuangan untuk mengatur personal finance, dana pensiun menjadi salah satu tujuan keuangan yang harus dipenuhi setelah memiliki dana darurat dan asuransi (proteksi). 

Pada akhirnya kita akan mencapai usia tidak produktif, yang mungkin sudah tidak bisa bekerja lagi untuk menghasilkan uang namun tetap ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga penting untuk menyiapkan dana pensiun, agar hari tua tetap bisa dinikmati. 

Anak Bukanlah Dana Pensiun 

Berdasarkan penelitian dari HSBC berjudul "The Future of Retirement - Bridging the Gap" pada 2018 lalu, disebutkan bahwa 3 dari 4 orang Indonesia yang bekerja berekspektasi bahwa anaknya yang akan menyokong kebutuhan finansial saat mereka pensiun. Sementara bukti menunjukkan, hanya 1 dari 4 orang pensiunan yang menerima dukungan finansial dari anaknya. 

Ini memperlihatkan bahwa menyiapkan dana pensiun merupakan hal yang penting. Sering kali pemikiran “anak adalah dana pensiun” membuat banyak orang tidak terlalu memikirkan kebutuhan hari tua nanti. 

Perlu diingat bahwa ketika anak sudah besar nanti, mereka pun juga punya kebutuhan untuk diri sendiri dan keluarganya yang mungkin juga cukup besar. Dengan menyiapkan dana pensiun, orang tua mencegah anak-anaknya berada di kondisi generasi sandwich sehingga bisa fokus untuk menjalani kehidupannya. Jadi kalaupun anak ingin terus memberikan dukungan keuangan ke orang tua, itu bukan karena merasa wajib atau beban, tapi lebih didorong karena rasa ingin berbakti. 

Yang Perlu Diperhatikan dalam Menyiapkan Dana Pensiun

Beberapa poin di bawah ini bisa menjadi pertimbangan terkait hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan dana pensiun:

1. Keuangan Pribadi 

Periksalah keuangan pribadi Anda, mulai dari arus kas, pendapatan, pengeluaran bulanan, net worth atau kekayaan bersih, hingga utang. Perkirakan juga berbagai kemungkinan atau perubahan dalam keuangan pribadi Anda di masa mendatang. 

Dengan mengenal neraca keuangan pribadi, Anda bisa memiliki gambaran akan kondisi keuangan dan kemampuan investasi untuk mengumpulkan dana pensiun. Sehingga berbagai tujuan keuangan lain di luar dana pensiun, seperti misalnya dana pendidikan, bisnis & usaha, atau yang lainnya bisa tetap dijalankan beriringan.

2. Gaya Hidup Ketika Pensiun 

Selain kebutuhan sehari-hari seperti konsumsi, transportasi, dan lainnya, faktor gaya hidup juga menentukan besar target dana pensiun yang perlu kita kumpulkan. Coba pikirkan, apa yang ingin Anda lakukan ketika pensiun? Ada banyak pilihan, mulai dari hidup sederhana, hidup sama seperti saat masih produktif, atau sering berlibur dan tinggal di tempat yang disukai. Beberapa hal tersebut akan mempengaruhi besaran kebutuhan anda saat pensiun nanti. 

Jika dibagi ke dalam beberapa poin, hal yang perlu diperhatikan dari aspek gaya hidup ketika pensiun adalah: 

  • Tempat tinggal (housing): bayangkan saat pensiun nanti, di manakah Anda akan tinggal? Apakah bersama anak Anda, atau menetap di rumah Anda sendiri? Anda bahkan ada rencana ingin pindah rumah atau mungkin kembali ke kampung halaman?

Tempat tinggal menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhitungkan menyiapkan dana pensiun. Karena ada pengeluaran yang terus perlu dipenuhi untuk rumah tempat tinggal, mulai dari listrik, air, perawatan rumah, internet (wifi), hingga Pajak Bumi Bangunan (PBB). 

  • Kesehatan: faktor kesehatan tentu tidak kalah penting. Kita tentunya tidak ingin sakit. Tapi semakin menua, tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi fisik bisa saja menurun. Tentunya, kita perlu menyiapkan dana untuk perawatan kesehatan di masa pensiun nanti. Misalnya untuk membayar biaya asuransi kesehatan secara rutin, atau biaya medical check up rutin.

  • Hiburan: hal ini erat kaitannya dengan gaya hidup. Misalkan, ingin traveling keliling Eropa saat pensiun nanti dan lain sebagainya. Tentunya semakin banyak hiburan yang ingin anda nikmati saat hari tua nanti, akan membutuhkan biaya yang lebih besar di luar kebutuhan operasional sehari-hari.

  • Inflasi

    Faktor inflasi tentu perlu dipertimbangkan, karena bagaimanapun juga akan ada kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi tiap tahunnya. Hal ini juga akan mempengaruhi biaya hidup kita nanti di masa pensiun nanti. Sebagai gambaran berdasarkan data Bank Indonesia (BI), rata-rata inflasi 10 tahun terakhir terhitung dari Juni 2012 hingga Juni 2022 adalah sekitar 4%.

Nah, ada rumus cara sederhana untuk menghitung biaya hidup nanti di masa pensiun dengan mempertimbangkan faktor inflasi. Rumusnya sebagai berikut: 

Biaya Hidup Saat Pensiun = Biaya Hidup per Tahun Saat Ini x (1 + inflasi)^jangka waktu 

Keterangan:

Biaya Hidup Saat Pensiun: biaya kehidupan per tahun saat nanti sudah pensiun

Biaya Hidup Saat Ini: biaya hidup per tahun yang dikeluarkan saat ini

Inflasi: asumsi inflasi per tahun dalam bentuk desimal 

^Jangka waktu:  dipangkatkan jangka waktu investasi hingga mencapai masa pensiun

Jadi kalau misalkan biaya hidup Anda per bulan adalah Rp20 juta, sehingga per tahun menjadi Rp240 juta, lalu asumsi inflasi sebesar 4%, dan jangka waktu Anda ingin pensiun adalah 20 tahun lagi. Maka perhitungannya: 

Biaya Hidup Saat Pensiun: Rp 240 juta x (1 + 4%) ^ 20 tahun = Rp525.869.554 

Dari perhitungan tersebut, dapat terlihat bahwa saat 20 tahun lagi ketika Anda ingin pensiun, biaya hidup per tahun mengalami kenaikan menjadi sekitar Rp525,8 juta per tahun atau Rp43,8 juta per bulan karena adanya inflasi. Bisa dikatakan, naik dua kali lipat lebih dari biaya hidup yang sekarang. 

Formula 4% Rule untuk Dana Pensiun 

Hal lain yang sering dipertanyakan dan perlu dipertimbangkan adalah besaran dana pensiun yang dibutuhkan nanti. Nah, salah satu cara sederhana untuk menghitungnya adalah dengan formula the 4% rule. Cara ini menjadi pedoman praktis atau bisa disebut sebagai rule of thumb untuk menentukan besaran dana bisa kita ambil secara berkala dari tabungan pensiun. 

“The 4% rule” merupakan metode yang diteliti dari seorang financial advisor ternama di Amerika Serikat, William Bengen pada 1994. Angka 4% dari metode ini berasal dari asumsi rata-rata return investasi sebesar 7% per tahun dikurangi dengan asumsi inflasi sebesar 3% di Amerika saat itu. Sehingga pada saat pensiun nanti kita dapat menarik sebesar 4% dari total tabungan dana pensiun secara rutin setiap tahun untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, paling tidak untuk 30 tahun masa pensiun.

Dengan data dari BI yang disebutkan sebelumnya, “The 4% Rule” juga bisa dipertimbangkan untuk kita terapkan di Indonesia. Misalnya, rata-rata inflasi dalam 10 tahun terakhir adalah sekitar 4%, berarti anda perlu memperoleh return investasi sebesar 8% untuk dapat menggunakan 4% rule ini. 

Jika kita coba hitung dengan contoh biaya hidup saat pensiun yang sudah dihitung sebelumya (Rp525,8 juta per tahun), maka perhitungannya dengan rumus 4% rule adalah:

Dana Pensiun yang Dibutuhkan =  Pengeluaran tahunan ÷ 4% 

= Rp525,8 juta ÷ 4%

= Rp13,1 Miliar

Namun, 4% rule ini memang masih sering diperdebatkan. Terlebih dengan adanya faktor inflasi dan kondisi ekonomi, misalnya terjadi kenaikan inflasi yang tinggi atau krisis ekonomi. Namun paling tidak, the 4% rule bisa memberikan gambaran tentang dana pensiun di hari tua Anda nanti. 

Anda bisa merencanakan persiapan dana pensiun yang lebih matang dengan Bibit Premium. Dengan menjadi pengguna Bibit Premium, Anda bisa langsung berkonsultasi dengan Wealth Specialist untuk membahas seputar pengelolaan, pengembangan aset, termasuk perencanaan pensiun. Anda juga bisa mendapatkan informasi eksklusif dan melakukan transaksi langsung dengan Wealth Specialist yang didedikasikan khusus untuk Anda!